l i m a

2.9K 353 43
                                    

Yuki baru saja mengeluarkan kotak bekalnya dari dalam laci saat ia mendengar salah satu teman sekelasnya berdecak pelan dan bergumam, "Harry kembali membuat masalah tuh. Dihukum di koridor berdiri satu kaki dan tidak diperbolehkan ke cafeteria. I wonder what he did this time."

Yuki lalu menghela nafas berat sebelum meraih tempat bekalnya dan berjalan perlahan keluar dari kelas. Ia menyusuri koridor yang ramai dalam diam. Dari kejauhan, Yuki bisa melihat seorang laki-laki dengan rambut keriting berantakan berdiri dengan satu kaki di angkat dan tangan di telinga. Rasanya Yuki ingin tertawa geli namun ia langsung mengurungkan niatnya dan cepat-cepat mengambil langkah lebar menghampiri Harry.

"Buat masalah lagi?" tanya Yuki saat ia sudah berdiri dihadapan Harry.

Harry yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum kecil, "Yah, begitulah."

Dengan satu tangan Yuki mengangkat kotak bekalnya persis di depan hidung Harry. Ekspresi datar terpasang di wajah Yuki sementara Harry langsung menyeringai.

"Tak ku sangka kau sangat perhatian padaku." ucap Harry sebelum meraih kotak bekal itu dan duduk bersila di lantai.

Yuki memutar mata namun ikut duduk di lantai. Punggungnya terasa dingin saat ia menyandarkan tubuhnya di dinding dan ikut duduk disebelah Harry.

"Itu onigiri." terang Yuki saat mendapati Harry memegang nasi kepal buatanya dan menatapnya lama. "Kalau di Jepang, Okaasan sering membuatkan itu untuk bekalku."

"Aku tau ini onigiri, blasteran." tukas Harry. Sesaat Yuki bisa melihat sorot kesedihan di matanya namun dalam hitungan detik sorot itu raib digantikan oleh senyum tipis di bibir Harry. "Ini mengingatkanku tentang banyak hal."

Yuki melirik Harry dengan alis menyatu. "Kenangan maksudmu? Tentang apa?"

"Kenangan kalau aku ini selalu sial." balas Harry langsung.

Dalam hati Yuki menyetujui hal yang baru saja diucapkan Harry. Mereka berdua memang tidak pernah menyinggung soal kejadian Harry hampir tertabrak namun di selamatkan Yuki. Harry bahkan mungkin tidak sadar kalau Yuki-lah alasan kenapa ia masih bertahan hidup sampai sekarang. Namun gadis itu tidak mau membahasnya sama sekali.

Yuki tersenyum tipis sekali sebelum berkata, "Oh, maksudmu seperti hari ini? Aku berani bertaruh kalau hari ini kau di hukum dan tidak diberi kesempatan untuk ke cafeteria, 'kan? Dan kau punya magg akut--tunggu jangan sela aku dulu. Jadi kalau kau telat makan magg mu akan kumat dan akibatnya bisa fatal?" Harry menatap Yuki dengan mata yang membesar berkali-kali lipat sementara Yuki sendiri tersenyum puas melihat reaksi Harry.

Kemarin sore, Yuki mendapat pengelihatan tentang Harry yang terbaring di kamar serba putih. Wajahnya terlihat seakan menahan sakit dan tanganya di letakkan tepat diatas perut. Dan tiba-tiba saja seakan ada yang berbisik pada Yuki, gadis itu langsung tau kalau Harry punya magg akut.

Harry dengan spontan meletakkan onigiri yang sedari tadi di genggamnya keatas kotak bekal sebelum bertepuk tangan dengan meriah di depan wajah Yuki. "Sadar atau tidak sadar kau baru saja menebak seluruh rahasia hidupku. Selamat Ms. Evans."

Yuki hanya mengangkat bahu dan tersenyum tipis sementara Harry kembali mengunyah onigirinya.

Sejujurnya, Yuki bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa semua pengelihatan yang datang padanya hanya berisi hal-hal tentang Harry? Seakan-akan Yuki di perintahkan untuk menjaga Harry sebagaimana Yuki menjaga Zayn dulunya. Dan menurut Yuki semuanya sangat tidak masuk akal.

"Kau tau tidak, ambang kematian dan kehidupanmu batasnya tipis sekali." cetus Yuki tanpa sadar. Harry langsung melemparkan pandangan kaget bercampur heran padanya yang kontan membuat Yuki merutuki dirinya sendiri.

"Whoa, who are you? Bianca di Angelo? Hazel Lavasque? Anaknya Hades?" Harry mengernyit namun sedetik kemudian ia kembali menyeringai. "Tapi kau tidak salah juga sih. Sejak kecil aku sangat akrab dengan yang namanya 'hampir mati'" sambung Harry.

Yuki menutup kotak bekalnya yang kini sudah kosong dan melemparkan pandangan kearah orang-orang di koridor yang menatap kearahnya dengan pandangan aneh. Tapi Yuki memilih untuk menghiraukanya.

"Waktu kecil aku lahir dalam keadaan diam. Itu benar-benar tidak masuk akal karena normalnya bayi menangis. Semua orang sudah mengira aku tidak bisa di selamatkan namun tiba-tiba jantungku berdetak begitu saja bersamaan dengan aku yang menangis menjerit-jerit." Harry terkekeh pelan, Yuki sendiri heran bagaimana Harry bisa tertawa saat mengatakan cerita seperti ini.

"Dan jangan tanyakan soal masa kecilku," sambung Harry lagi. "Hampir semuanya penuh dengan hal semacam itu. Aku sering hampir kecelakaan. Oh, bahkan bukan hampir tapi pernah beberapa kali. Aku juga pernah koma selama beberapa bulan. Pokoknya hidupku mengerikan."

Yuki mengangguk pelan. Ia menumpukan sikunya diatas paha dan menyandarkan dagunya diatas telapak tangan lalu kembali melirik Harry, memberi isyarat agar laki-laki itu melanjutkan ceritanya.

"Tapi sepertinya Tuhan masih sayang padaku, karena dia mengirimkanku seorang malaikat penjaga." Harry kembali tertawa dan merutuki dirinya pelan saat ia sadar kata-kata yang di ucapkanya sangat chessy. "Rambutnya panjang, matanya bulat besar, kulitnya putih dengan senyum yang menawan. Cantik sekali."

"Pacarmu?" tanya Yuki spontan.

Harry menggeleng. "Sahabatku sejak sepuluh tahun lalu."

Yuki tersenyum tipis. Mendengar cerita Harry, sedikit banyak ia teringat dengan Zayn. "Dimana dia sekarang?"

Kali ini Harry tersenyum miris dan menatap Yuki sekilas dengan sorot nanar sebelum mengalihkan pandanganya jauh entah kemana. "Aku ini benar-benar orang yang tidak berguna, Yuki. Sudah susah payah Malaikatku menjagaku, namun aku malah mencelakainya."

Mata Yuki membesar seketika, pikiranya mulai menebak-nebak apa yang telah terjadi pada hidup Harry, namun Yuki tetap memilih bungkam. Membiarkan Harry melanjutkan ceritanya sendiri kalau ia bersedia.

"Sore itu kami baru pulang dari pantai. Dia sangat suka pantai, Yuki. Nah, kami berhenti di tengah jalan untuk membeli minuman. Aku menyuruhnya tinggal di mobil, tapi dia turun untuk menyelamatkanku yang hampir tertabrak. Kami jatuh ke sisi jalan dan berguling karena daerah itu curam. Sampai akhirnya tubuh Malaikatku membentur sesuatu dengan keras. Pandanganku sendiri saat itu sudah lemas jadi aku--"

Harry tidak bisa menyelesaikan ceritanya, Yuki tau itu. Jadi Yuki meraih tangan Harry dan meremasnya perlahan, berusaha memberikan sedikit kekuatan untuk laki-laki dengan mata berkaca-kaca di sebelahnya.

"Kau tidak harus menceritakan padaku semuanya." ucap Yuki pelan. "Aku tau benar bagaimana sakitnya luka karena kehilangan."

Harry balas mengenggam tangan Yuki dan tersenyum tipis, bertepatan dengan suara bel yang memenuhi koridor. Untuk sesaat Yuki menatap Harry tepat di mata dan tersenyum kecil.

Ragu-ragu Harry melepaskan genggaman tanganya, "Sudah masuk, kau sebaiknya kembali ke kelasmu."

Yuki mengangguk, meraih tempat bekalnya lalu berdiri. Ia lalu tersenyum sekali lagi pada Harry sebelum perlahan melangkah menjauh. Tapi suara khas Harry yang memanggil namanya langsung membuat Yuki menghentikan langkah.

Dengan alis di naikkan Yuki menatap Harry yang kini tersenyum lebar. "Terimakasih, Yuki." ucap Harry tulus.

Yuki mengangguk sebelum membalikkan badan dan berlalu. Setiap langkah yang diambilnya terasa semakin berat dan detik itu juga Yuki tau kalau ia tak akan pernah memandang Harry dengan cara yang sama lagi.

a/n
jadi gini aku udh mau ulangan dan bakal late update. gimana ya, aku kadang ga semangat buat ngelanjutinya--" jadi aku harap kalian bisa ninggalin komentat yang bikin aku termotivasi... bukan cuma nyuruh ngelanjutin.. soalnya aku ngerasa.. gimana gitu. maaf kalau kesanya gak tau diri bgt...
on the other side MAKASIH UDAH IKUTIN FORTUNE TELLER SAMPAI SKRG HEHE
ps: zayn bakal muncul dicerita ini tapi di chapter ujung ujung<33
kritik saran komentar ditunggu^^

elsa.

fortune teller ★彡 h.sWhere stories live. Discover now