#19: Selamat Tinggal, Park Jimin

4.9K 732 58
                                    

Beberapa jam kemudian, Yeorin dan ibunya sudah berada di sebuah kafe di dekat areal pusat perbelanjaan yang mereka datangi. Mereka terlalu asyik berkeliling sehingga tidak sadar kalau sudah hampir masuk waktunya jam makan siang.

"Sebenarnya apa yang membuat Ibu bertingkah aneh seperti ini?" tanya Yeorin membuka percakapan di antara mereka saat sedang menikmati makan siang mereka di kafe itu.

"Bertingkah aneh seperti apa maksudmu?" tanya ibunya keheranan.

"Apa Ibu sedang menyelidiki sesuatu?" tanya Yeorin curiga.

"Ibu hanya khawatir padamu," jawab ibunya sambil menatap Yeorin lekat-lekat. Tatapan seorang ibu yang sangat mengkhawatirkan putri semata wayangnya.

"Ternyata memang karena masalah itu," ujar Yeorin sambil menghela napas lalu tersenyum menatap ibunya. "Ibu tidak perlu khawatir, dia memperlakukanku dengan sangat baik."

"Yeorin," ujar ibunya sambil meraih tangan Yeorin dan menggenggamnya dengan erat. "Ibu tahu ini akan sangat berat untukmu, tapi cobalah untuk mencintainya. Selain dia sudah jadi suamimu, ibu yakin dia cukup pantas untuk kau cintai. Ibu rasa dia pria yang baik."

"Aku sedang mencobanya." Yeorin berkata seraya tersenyum lagi.

"Berjanjilah kau akan membuat dirimu bahagia bersamanya atau ibu dan ayahmu tidak akan tenang menjalani hidup karena sudah mengorbankan kebahagiaanmu." Tanpa diduga, sang ibu justru menitikkan air mata.

"Ibu tidak perlu sedih." Yeorin balas menggenggam tangan ibunya dengan tangannya yang satu lagi. "Aku bahagia bersamanya. Siapa bilang aku tidak bahagia kalau setiap harinya dia selalu membuatku tersenyum dengan segala apa yang ada pada dirinya."

Yeorin mengucapkan kalimat itu dengan sangat ringan. Itu memang perasaan yang sedang ia rasakan saat itu.

"Syukurlah," ujar ibunya seraya tersenyum.

"Jangan pernah lagi berpikir kalau kalian sudah mengorbankan kebahagiaanku. Aku sangat berterima kasih atas apa yang kalian lakukan padaku, termasuk mempertemukan aku dengannya."

Ada sebuah binaran yang tampak di mata Yeorin saat ia membicarakan Taehyung. Hal itu membuat hati sang ibu sedikit tenang hingga suara dering ponsel membuyarkan atensinya menatap sang putri.

"Ah, ayahmu menelepon. Dia akan menjemput ibu," ujar ibunya sambil mengangkat telepon, tetapi tiba-tiba ponselnya langsung mati. "Baterainya habis. Boleh ibu pinjam ponselmu untuk menelpon ayahmu?"

Yeorin tidak mungkin meminjamkan ponsel Taehyung kepada ibunya. Ibunya bisa curiga. Dengan sangat terpaksa Yeorin mengaktifkan kembali ponselnya yang selama beberapa hari ini tidak ia aktifkan. Untung ponsel itu selalu ada di dalam tas selempangnya dan tas itu sedang ia bawa.

Beberapa saat kemudian, ibunya mengembalikan ponsel itu kepada Yeorin lalu pamit untuk pulang. Sebelum pulang, sekali lagi ibunya berpesan pada Yeorin untuk mencoba mencintai Taehyung karena menurutnya Taehyung adalah pria yang baik.

Begitu ibunya sudah menghilang dari hadapannya, ada sebuah pesan masuk ke ponselnya. Seperti yang sudah Yeorin duga, pesan itu dari Jimin. Isi pesan itu sanggup membuat Yeorin kehilangan akal sehatnya dan seperti ada kekuatan lain yang begitu kuat sehingga ia sendiri tidak bisa mencegahnya.

Diliriknya jam di pergelangan tangannya. Hampir setengah dua. Masih ada waktu untuk mengejar penerbangan pukul empat. Ia berlari sekencang mungkin ke stasiun kereta dan membeli tiket jurusan Bandara Internasional Incheon.

💜💜💜


Yeorin celingukan ke sana kemari, jantungnya berdebar-debar, dan napasnya memburu. Ia mencari sosok itu di antara kerumunan ratusan orang yang memenuhi bandara. Hati kecilnya sangat berharap ia belum terlambat untuk menemui sosok itu untuk terakhir kalinya, sebelum ia pergi jauh.

[Sudah Terbit] Be With You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang