#12: Kembali Ke Gyeongju

4.6K 789 120
                                    

"Kau tidak ke rumah sakit menjenguk ayahmu?" tanya Jimin saat melihat Yeorin hanya duduk terdiam seusai makan siang dua hari berikutnya. Yeorin yang agak melamun tidak menghiraukan pertanyaan Jimin. Ia masih asyik dengan dunianya sendiri.

"Han Yeorin!" tegur Jimin sambil melambaikan tangannya di depan wajah kekasihnya itu. Setelahnya barulah gadis itu menoleh ke arah Jimin.

"Ada apa?" tanya Yeorin dengan polosnya, membuat Jimin menghela napas.

"Ternyata benar kau sedang melamun. Kau tidak dengar pertanyaanku," keluh Jimin kecewa dengan sikap cuek Yeorin akhir-akhir ini. Kekasihnya itu selalu asyik melamun sendiri, tanpa memperhatikan keadaan sekelilingnya.

"Kau tanya apa?" tanya Yeorin berusaha bersikap seceria mungkin.

"Sangat menyedihkan melihatmu seperti ini. Katakan apa yang sebenarnya terjadi? Pasti ada sesuatu yang mengganjal pikiranmu. Kau tidak bisa membohongiku," ujar Jimin sambil menatap ke dalam mata Yeorin seakan mencari jawaban dari sana.

"Oppa, kan tahu aku baru saja membuat pilihan yang sulit dengan memilih satu di antara dua keluarga." Yeorin menggunakan alasan itu agar Jimin tidak lagi banyak bertanya.

Yeorin belum siap menceritakan apa yang sudah didengarnya beberapa hari yang lalu kepada siapa pun, terutama Jimin. Gadis itu tidak sanggup membayangkan apa yang akan dilakukan oleh kekasihnya itu jika ia tahu ternyata Yeorin sudah dijodohkan. Padahal selama ini kedua orang tua Yeorin merestui hubungan mereka. Yeorin sangat takut karena sejujurnya ia belum siap jika harus kehilangan Jimin, pria yang selama empat tahun terakhir selalu mengisi hari-harinya.

Jimin pun hanya bisa menghela napas panjang saat Yeorin kembali dalam lamunannya. Ia tahu benar sifat Yeorin. Kalau kekasihnya sudah diam mematung seperti itu pasti ada masalah serius yang sedang dipikirkannya. Pada akhirnya Jimin mengalah dan memutuskan untuk membiarkannya saja. Ia yakin Yeorin akan menceritakan masalahnya kalau ia sudah siap membaginya dengan orang lain.

💜💜💜


Hari itu ayahnya sudah diperbolehkan pulang ke rumah sehingga Yeorin merasa amat lega. Meskipun masih harus menggunakan kursi roda, tetapi ayahnya sudah tampak lebih segar. Jimin kembali meninggalkan kantornya siang itu untuk menemani Yeorin menjemput ayahnya di rumah sakit.

Sudah hampir satu pekan berlalu sejak ayahnya masuk rumah sakit dan Yeorin mendengar percakapan yang membuatnya sedikit terguncang itu. Gadis itu sudah mulai bisa menerima kenyataan dan berpikir pasti akan ada jalan keluar. Akan ada cara agar dirinya tidak perlu menuruti perjodohan itu dan ayahnya tidak kehilangan hak atas perusahaanya.

Gadis itu yakin ia bisa hidup bahagia bersama keluarganya dan Jimin. Ia masih memiliki harapan yang besar akan hal itu.

Setibanya di rumah, ayahnya menolak untuk beristirahat di kamar. Ia memilih untuk duduk di ruang tamu dan mengajak Jimin mengobrol dengan serius. Yeorin bersama ibunya ikut bergabung dalam obrolan itu setelah meletakkan barang-barang ayahnya di kamar.

"Kita sudah berkumpul semua," ujar ayahnya membuka percakapan.

"Ada apa Ayah?" tanya Yeorin keheranan dengan sikap ayahnya itu.

"Jimin-ssi, aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Tuan Han tidak menjawab pertanyaan putrinya, melainkan berbicara kepada Jimin. "Apa kau serius dengan Yeorin?"

Jelas Yeorin tercengang mendengar pertanyaan itu. Apakah ayahnya akan membahas masalah itu sekarang?

"Aku serius dengannya," ujar Jimin tanpa keraguan sedikit pun. "Sebenarnya aku sudah memikirkan rencana ini selama musim panas. Kalau tidak keberatan, aku akan melamar Yeorin."

[Sudah Terbit] Be With You ✓Where stories live. Discover now