Part 27

36K 1.3K 72
                                    

Author POV

Sudah 5 kali tangan Flora terangkat untuk memegang knop pintu kamar yang ada di depannya. Namun bathinnya terus saja bergolak. Seakan tak sinkron dengan tindakan yang akan dilakukannya.

“Buka—enggak—buka—enggak—buka—huuffftt!”

Untuk yang kesekian kalinya satu tangannya kembali terangkat memegang knop pintu kokoh bercat kulit manggis itu. Dan satu tangan lainnya memegang nampan yang berisi sepiring nasi dan segelas susu. Sudah dari semalaman pria yang ada di dalam sana mengurung diri dikamar. Dan sudah beberapa kali juga mama dan papa mencoba untuk membangunkannya. Namun semua usaha itu tak membuahkan hasil. Karena si pria itu lebih memilih untuk bergelung di dalam selimut tanpa mempedulikan perhatian dari kedua orang tuanya. Saat jam terus bergerak menjelang siang hari, akhirnya Flora memutuskan untuk turun tangan menangani pria ini. Berharap kalau keadaannya baik-baik saja. Dan benar saja, ketika Flora memberanikan diri untuk membuka pintu kamar yang tak terkunci itu, dilihatnya seisi ruangan kosong melompong. Hanya meninggalkan bed cover yang acak acakan diatas ranjang king size kamar itu. Kemana dia? Raut Flora pun mulai khawatir saat dia tak mendapati Farrel berada di dalam kamar. Dia berlari cepat masuk dan meletakkan nampan diatas meja kecil yang terletak disamping tempat tidur. Namun beberapa detik kemudian, Flora menghela nafas lega. Karena dia mendengar ada bunyi keran air yang terdengar dari balik pintu kamar mandi. Dengan pelan, Flora melangkah kearah sumber suara yang terletak disudut kamar itu.

“Uhuk...Uhuk...Hkkkhhh...”

Flora memicing seketika mendengar suara batuk yang disusul dengan suara muntahan setelahnya itu. Kejadian semalam kembali terputar jelas diotaknya. Saat dimana Farrel keluar dari pub Alvin dalam keadaan mabuk berat. ketika dengan susah payah Farrel dibawa pulang kerumah dalam keadaan mengingaukan namanya disepanjang  perjalanan. Saat dimana Flora, mama dan papanya terjaga sepanjang malam untuk merawat Farrel yang suhu tubuhnya lumayan panas.

Ceklek!

Bunyi dentingan pintu sedikit membuat Flora terkesiap. Lamunannya buyar dan kakinya pun otomatis mengambil langkah mundur melihat seseorang yang tiba-tiba keluar dari kamar mandi dengan wajah kuyu dan basah. Bagian bawah matanya tampak menghitam. Bahkan bibirnya pucat. Rambutnya juga berantakan. Kaus oblong putih yang dikenakannya pun terlihat kusut. Dan ketika Flora melihat Farrel yang seperti ini, Flora bagai becermin kepada dirinya sendiri. Karena mungkin saja Farrel juga berpikiran sama, menilai keadaan Flora saat ini. Tampang kusut, mata sembab, rambut panjangnya yang digulung sembarang dan tentunya wajah yang begitu pucat. Lama. Sangat lama mereka terdiam dalam jarak sekitar setengah meter ini. Mata mereka saling menatap kosong satu sama lain. Namun sama sekali tak berani mengucap sepatah kata apapun. Mulut mereka seakan terkunci untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan saat ini. Dan hanya ada satu kata yang dapat mewakili perasaan mereka. Yaitu ‘kehancuran’.

“Kamu...belum makankan?”

Akhirnya dengan nada tergagap Flora angkat bicara juga kepada Farrel. Secepat kilat Farrel menggeleng lemah.

“Ayo makan..”

Dalam hitungan detik Tangan Flora segera meraih lengan Farrel. Ditariknya Farrel untuk duduk diranjang bersama dengannya. Diambilnya piring berisi nasi dan ayam goreng yang berada diatas nampan. Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Flora mengambil sesendok nasi kemudian berusaha untuk menyuapkannya kepada Farrel yang masih terdiam dalam kebekuan dihadapannya. Saat ini, hanya tindakan tanpa suaralah yang banyak dilakukan oleh mereka berdua. Farrel masih menatap kosong mata Flora ketika sendok makan sudah berada tepat didepan mulutnya. Ingin rasanya Flora menyuruh Farrel untuk membuka mulut. Tapi lidahnya terasa sangat kelu untuk mengucapkannya.

“Kak...”

“Kamu juga belum makankan?”

Saat Flora angkat suara, Farrel segera memotong. Satu tangannya kemudian terangkat menyentuh tangan Flora yang sedang memegang sendok di depan mulutnya. Kemudian dengan hati-hati dituntunnya tangan itu untuk mengarahkan sendok makan ke mulut sang pemilik tangan. Sesaat Flora hanya termangu dengan mata melebar melihat tindakan Farrel. Namun beberapa detik kemudian, dengan sigap dia membuka mulut. Seakan mengerti dengan maksud dari semua ini. Farrel tersenyum tipis ketika dia berhasil memberikan satu suapan nasi untuk Flora. Dia segera mengambil segelas susu yang berada diatas nampan. Meneguknya beberapa kali. Sedangkan Flora masih berusaha untuk mengunyah pelan nasi yang ada dimulutnya. Mencoba untuk meloloskan makanan itu ke perutnya. Karena jujur, nafsu makannya turun dengan sangat drastis.

Family Flower's WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang