Part 18

30.9K 1.1K 75
                                    

Flora POV

“Mang Asep nggak perlu jemput aku lagi nanti siang. Biar aku pulang sendiri aja, kalo nggak dianterin temen.”

Ujarku sesaat setelah keluar dari mobil. Setiap harinya aku memang diharuskan papa untuk diantar oleh mang Asep. Dan aku tak mampu untuk menolaknya. Karena papa memang terlihat otoriter semenjak kepergian kak Farrel dari rumah.

“Trus kalau tuan atau nyonya nanyain gimana non?”

Mang Asep tampak ragu saat harus menuruti permintaan dariku.

“Tenang aja mang, tadi aku udah izin sama mama kok. Nanti mama pasti bilang sama papa juga. Ya udah aku masuk ya mang.”

“Tapi non…”

Tanpa mau menunggu kalimat yang ingin diucapkan mang Asep, aku pun segera berbalik. Berlari-lari kecil kearah gerbang kampus dan masuk ke area fakultas hukum. Hari ini aku memang sengaja berbohong kepada mama. Berkata bahwa aku ada kelas sampai sore.  Aku sudah berjanji untuk bertemu dengan kak Farrel di apartement temannya yang terletak tak jauh dari kampusku. Nggak mungkinkan kalau aku jujur pada mama? Mengatakan kalau sebenarnya aku ingin menemui kak Farrel? Bisa-bisa aku malah dicincang sama papa. Atau mungkin aku malah dikurung dan diawasi terus supaya aku tidak bisa bertemu lagi dengan kak Farrel. Tapi, apa separah itukah cara papa untuk memisahkan kami? Kenapa papa bisa bertindak sekejam itu bahkan kepada anaknya sendiri? Oh..Tidak! Aku tak bisa membayangkan kalau hal itu benar-benar terjadi.

“Flo…”

Sapaan dan tepukan ringan dibahuku membuat langkahku terhenti seketika. Aku berbalik dan berusaha untuk menangkap sosok yang ada dibelakangku ini.

“Icha…”

Ujarku saat melihat Icha sudah berdiri dihadapanku. Icha adalah teman baik Reza. Mereka satu jurusan dan berada pada satu organisasi juga.

“Hei Flo…Kuliah pagi ya?”

“Iya…Lo sendiri?”

“Sama, kuliah pagi juga. Kelas lagi sepi, kan anak-anak pada naik ke Bromo. Ya udah, gue deh yang ditinggal karena nggak dibolehin bokap ikut. Ngomong-ngomong cowok lo kenapa nggak ikut juga? Rugi tau Flo!”

Rautku berubah seketika saat mendengar perkataan dari Icha. Reza nggak ikut?

“Cha…Apa lo bilang tadi? Reza nggak ikut?”

Tanyaku lagi. Berusaha untuk membenarkan pernyataan Icha tadi. Karena aku masih tak percaya dengan ucapannya barusan. Apa mungkin Icha salah info? Karena setahuku Reza memang naik ke Bromo. Buktinya beberapa hari ini dia tak pernah menghubungiku. Bahkan dia juga tak pernah datang ke kampus. Dan kalaupun dia nggak jadi ikut, Reza pasti bakalan ngasih tau aku kan?

“Iya…Cowok lo nggak jadi naik kan? Emangnya lo nggak tau Flo?”

“Nggak…Udah beberapa hari ini kami lost contact..”

Aku menggeleng kebingungan menjawab pertanyaan Icha. Ada sesuatu yang ganjal disini. Nggak mungkinkan Icha ngomong sembarangan tanpa bukti yang kuat?

“Gila tu anak! Kemana ya dia? Apa dia sakit? Atau mungkin ada urusan keluarga? Soalnya setiap dosen yang masuk pada nanyain dia. Nggak ada kabar soalnya Flo…”
“Ya iyalah nggak ada kabar. Kan cowok gue lagi di Bromo Cha.”

Lagi. Aku berusaha untuk meyakinkan Icha kalau Reza memang ikut naik ke Bromo.

“Ya ampun Flo…Percaya deh sama gue. Cowok lo nggak ikut tau. Gue ada kok pas BEM kampus ngelepas anak MAPALA. Dan waktu itu emang nggak ada Reza.”

Family Flower's WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang