Part 13

36.7K 1.3K 33
                                    

Flora POV

“Ini beneran deh ya Flo, gue nggak bisa ngebayangin gimana pas skripsi nanti, pasti bakalan rontok nih rambut buat ngafalin undang-undang sama pasal yang nggak jelas kayak gini. Belum lagi  penelitian, ngasih kuesioner buat orang-orang, belajar SPSS sialan itu! Rasanya gue pengen berhenti aja deh kuliah!”

Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saat mendengar gerutuan dari Zara yang tiba-tiba menghempaskan buku hukum Negara yang sedang di pegangnya ke meja pustaka. Hari ini, kami memang sedang berada di pustaka pusat Fakultas hukum kampus. Karena kami harus mencari tugas yang harus dikumpulkan besok pagi.

“Lo ribet amat sih Ra? Baru juga semester 2, lo udah mikirin skripsi. Masih jauh kali…”

Ujarku sesantai mungkin sambil terus membolak balik buku tebal yang sedang ku baca. Ini beneran loh kalo Zara lebay banget. Secara, skripsi kan masih lama. Masa harus dipikirin sekarang sih? Tugas seorang mahasiswa tingkat awal itu ya Cuma belajar yang rajin trus bikin tugas yang dikasih dosen. Cukup hanya itu aja. Ini si Zara malah mikirin hal-hal yang ribet kayak gitu.

“Ya udah deh, kalo gitu gue pinjem hp lo dong. Gue mau ngeliat foto foto keren kakak lo. Daripada gue ubanan ngeliat buku setebel ini.”

Tanpa basa basi, Zara pun mengambil ponselku yang terletak diatas meja. Aku hanya bisa menghela nafas panjang saat Zara mengotak atik ponselku. Kebetulan banget aku emang banyak menyimpan foto-foto bersama dengan kak Farrel. Apalagi kami pun juga sering jalan bersama. Otomatis, pasti banyak banget dong foto-foto yang kami ambil berdua, plus ada Malika sama Ellonya juga.

“Ck! Udah kayak keluarga bahagia aja kalian berempat…”

Aku tersenyum tipis saat mendengar perkataan dari Zara. Keluarga bahagia? Tentunya kami memang terlihat seperti keluarga bahagia. Karena kehidupan seperti itulah yang sedang kami jalani saat ini bukan?

“Ya iyalah…Gue beruntung banget bisa dapet kakak kayak kak Farrel.”

“Bukan…Bukan keluarga bahagia dalam bentuk saudara. Tapi kalian seperti…”

Zara menggantung kalimat yang diucapkannya. Matanya menyipit sambil terus memperhatikan layar lebar ponselku. Akupun otomatis penasaran untuk mendengar timpalan kalimat yang akan diucapkannya. Seperti ada sesuatu mengganjal yang ingin dia sampaikan.

“Seperti keluarga yang utuh mungkin…Tapi ini menurut gue ya Flo. Cuma analisa dari gue doang.”

“Keluarga utuh?”

Sejenak aku mencoba untuk mencerna perkataan dari Zara. Bukankah kami memang sudah terbentuk menjadi keluarga yang utuh dari beberapa bulan yang lalu? Semenjak papa dan mama mengikrarkan janji untuk sehidup semati?

“Yap. Utuh dan sempurna. Liat deh, kalian berempat mirip banget. Meskipun kak Farrel emang punya mata yang berbeda dari kalian bertiga. Matanya sipit. Tapi, kalau dilihat secara keseluruhan kalian mempunyai paras yang sama.”

“Maksud lo apa sih? Jangan ngomong berbelit belit deh!”

Karena makin penasaran, akupun mengangsurkan kursi ku kearah Zara. Berusaha untuk melihat foto kami berempat yang sedang terpampang di layar ponselku. Foto ini diambil ketika kami sedang makan direstaurant beberapa waktu yang lalu. Ada Ello dan Malika diantara aku dan kak Farrel. Kami berempat sama-sama memasang senyum indah saat foto ini diambil. Bahkan aku baru tau, kalau ternyata kak Farrel merangkul bahuku dengan intens. Benar-benar terlihat seperti keluarga bahagia.

“Kalian kayak pasangan yang nikah muda. Trus punya 2 orang anak yang lucu-lucu.”

Fokusku tiba-tiba hilang saat mendengar pernyataan mengejutkan dari Zara. Aku kaget. Benar-benar kaget saat Zara harus mengatakan hal seperti itu. Emang sih ini bukan yang pertama kalinya aku mendengar pernyataan seperti itu. Karena ibuk-ibuk rumpi di rumah sakit juga pernah berkata seperti itu padaku.

Family Flower's WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang