Part 26

33.5K 1.3K 144
                                    

ALOHAAAA!! CEPET BANGET YAH UPDATENYA? HAHA INI SAYA UDAH KEBELET BIKIN ENDING, MAKANYA KAYAK GINI.. HUHU..oh iya, ini alurnya ada sedikit flashback,, nggak banyak, jadinya kalo ada yang lupa sama nama tokoh orang tua farrel dan flora sini tak kasih keterangannya lagi.

Arman & siska = bokap nyokap farrel

Lilian & hardie = nyokap bokap flora... nahh tuhh yang nebak nebakk mereka sedarahh pada salah semua tuh..karna mereka emang nggak sedarah.. silahkan check it out ajaaa langsung ke TKP... BWAKAKAKAKAK... :P

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Author POV

28 tahun yang lalu...

Suara tangisan bayi yang terdengar dari ruang bersalin membuat Arman tersentak kemudian beranjak dari duduknya. Binar bahagia dengan mata penuh harap memenuhi raut Arman yang sudah begitu menantikan kelahiran anak pertamanya malam ini. Tak ada keluarga inti  yang menemani dia dan istrinya dalam proses persalinan. Karena keluarganya memang kebanyakan tinggal di luar negri. Dan besok atau lusa mereka baru bisa datang melihat anggota baru didalam keluarga Yatwanda yang memang sudah begitu lama dinanti nantikan oleh mereka.

“Selamat pak. Anak anda laki-laki. Meskipun berada dalam kondisi yang lemah, tapi kesehatan istri bapak cukup stabil.”

Setelah beberapa menit mondar mandir didepan pintu ruangan bersalin, akhirnya seorang suster keluar untuk memberikan keterangan mengenai kabar baik ini kepada Arman.

“Alhamdulillah sus. Boleh saya melihat istri dan putra saya?”

Binar-binar bahagia makin terpancar diraut Arman. Dia tampak tak sabar untuk masuk ke dalam.

“Silahkan pak. Tapi bayinya sedang kami bersihkan. Bapak silahkan temui ibunya dulu.”

“Baik sus. Makasih...”

Tanpa mau menunggu lagi, Arman pun segera masuk ke ruang bersalin. Dilihatnya beberapa suster sedang sibuk membersihkan bayi yang sedang menangis meraung-raung ini. Arman tersenyum tipis. Kakinya pun otomatis berjalan kearah 3 orang suster itu. Hatinya begitu terpanggil untuk melihat wajah putranya yang baru saja lahir ke dunia ini.

“Permisi...Bolehkah saya mengazankan putra saya dulu?”

Dengan rasa haru yang begitu sangat Arman menatap suster yang sedang menggendong bayinya. Seakan meminta izin kalau dia benar-benar ingin mengazankan bayinya. Spontan, si suster pun mengangguk dan mendekatkan bayi yang digendongnya kepada  Arman. Lafadz azan yang begitu merdu mengisi ruangan bersalin ini. Bayi berambut hitam tebal ini juga tampak menerima suara azan dari ayahnya. Tangisnya berhenti begitu saja.

“Makasih sus. Silahkan lanjutkan...”

Setelah selesai mengumandangkan azan, Arman pun segera pergi menuju ke ruangan perawatan. Tempat dimana istrinya sedang beristirahat setelah proses yang begitu melelahkan dilaluinya untuk melahirkan bayi mereka.

“Sayang...”

Ujar Arman lembut kepada istrinya.

“Eh...Mas...”

Suara Siska terdengar lemah. Wajahnya pun sangat pucat. Namun Arman tetap bersyukur karena istrinya bisa melahirkan dengan normal meskipun penyakit kanker darah sudah beberapa waktu ini menggerogoti tubuh istrinya.

“Kamu hebat...Sangat hebat...”

Mata Arman mulai berkaca-kaca. Namun dia tetap berusaha menahan tangisnya. Dia tak mau menunjukkan kesedihannya didepan istrinya. Karena istrinya begitu kuat. Berhasil melahirkan bayi mereka tanpa mau menghiraukan kanker darah yang sedang dideritanya.

Family Flower's WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang