Part 12

39.4K 1.3K 22
                                    

Farrel POV

Rasanya aku tak ingin berhenti. Benar-benar tak bisa berhenti. Kehangatan ini terus menjalar ke seluruh tubuhku saat bibir kami menyatu satu sama lain. Menghangatkan jiwa ku yang beku. Mengisi sisi hatiku yang kosong.  Memberikan gelenyar hangat yang membangkitkan hasratku untuk melakukan hal yang lebih dari ini. Alarm tanda bahaya pun tiba-tiba muncul di otakku saat tanpa di sadari aku sudah memagut bibir manis Flora lebih dalam lagi. Tak ada penolakan darinya. Namun aku harus segera berhenti sebelum aku benar-benar menyakitinya. Membuatnya kecewa.  Aku tak mungkin melakukan ini. Perlahan, akupun berusaha untuk membuka mataku. Memberi jarak pada bibir dan wajah kami. Menghentikan ciuman ini secara sepihak meskipun Flora masih terlihat memejamkan mata. Seakan menikmati kehangatan yang ku berikan.

“Aku sayang kamu…”

Bisikku pelan seraya menangkup kedua pipinya. Ku usahakan untuk menormalkan detak jantungku kembali. Meredakan nafasku yang memang sudah memburu dari tadi. Menetralkan darah ku yang sudah sampai diujung nadi. Perlahan, ku lihat Flora membuka matanya kembali. Menatapku sambil tersenyum simpul. Mata bulatnya menyipit karena teriknya matahari.

“Aku juga sayang sama kakak…”

Flora menghambur ke dalam pelukanku. Melingkarkan tangannya ke pinggangku dengan erat. Menyembunyikan wajahnya di dadaku. Aku hanya bisa menikmati semua ini secara sembunyi-sembunyi. Rasa yang ku miliki saat ini. Rasa yang sama sekali tidak diketahui oleh Flora. Meskipun ku tahu, dia hanya menganggap kalau pengucapan rasa sayang ku padanya hanya sebatas rasa yang dimiliki oleh ‘kakak’ kepada ‘adiknya’. Aku tak peduli. Aku takkan menghiraukannya. Karena yang ku tahu saat ini, aku bahagia. Aku benar-benar bahagia karena bisa sedekat ini dengannya. Tuhan…Bisakah suatu nanti aku memberi tahukan rasa yang ku punya ini padanya? Bisakah aku memilikinya secara utuh?

“Kak Farrel…Kak Flo…Udahan dong pelukannya. Malika sama Ello udah kepanasan. Laper juga. Makan yuk…”

Suara Malika membuat aku segera melepaskan pelukan ku dari Flora. Kulihat Malika dan Ello sudah terlihat lelah dan lesu.

“Ya udah, kita makan yuk. Malika sama Ello mau makan apa? Fast food aja?”

“Terserah om Farrel aja. Yang penting ada es krimnya.”

Aku pun mengangguk kecil dan menggendong Ello yang sudah sangat kepanasan. Kami berempat pun berjalan meninggalkan pantai yang sudah benar-benar panas ini. Diam-diam mataku kembali memperhatikan Flora yang berjalan tepat disampingku. Dia menggandeng tangan Malika yang tampak kembali ceria sambil melompat ke sana-sini. Bagaimana ya perasaan Flora saat ku cium tadi? Apa dia juga menikmatinya sama sepertiku? Meskipun ciuman itu hanya ciuman minimalis yang durasinya tak lebih dari 5 detik, namun jujur ini untuk yang pertama kalinya aku merasakan ciuman sehangat dan semanis ini. Ingin rasanya aku mengenggam tangannya yang sesekali bersentuhan dengan tanganku ini. Berjalan bersama sambil bergandengan satu sama lain. Tapi apakah boleh?

Perlahan, akupun memberanikan diri untuk meraih tangannya. Dia menoleh cepat ke arahku. Apa dia kaget saat tangannya ku genggam seperti ini? Senyumku perlahan mengembang saat dia juga mengukir senyum untukku diwajah cantiknya. Aku mempererat genggaman tangan kami sambil terus berjalan meninggalkan pantai. Aku bahagia karena penerimaannya. Tak ku pedulikan dia yang hanya menerima ku sebagai ‘kakak tirinya’. Ini sudah cukup bagiku. Sangat sangat cukup.

***

“What? Lo ciuman sama dia?”

Hampir saja Alvin tersedat Vodka yang sedang di teguknya saat mendengar perkataan dari ku. Dia tampak kaget saat mendengar cerita mengenai acara jalan-jalan ku bersama dengan Flora dan adik-adiknya tempo hari. Acara jalan-jalan yang membuat aku mendapatkan ciuman pertamaku dari Flora meskipun secara tidak sengaja.

Family Flower's WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang