Mendengar cerita dari keempat sahabat Daverick membuat Rayzen membuka mata kalau anaknya tidak seburuk yang dia kira. Anak itu secara tidak langsung menuruni sifat baik ibunya yang suka membantu orang lain dan 98% sifatnya yang mementingkan keluarga dan mungkin beberapa sifat nakal yang keterlaluan
Rayzen kini sedang menatap anaknya yang berwajah sangat pucat dengan alat penunjang kehidupan yang kembali menempel di badannya
"Kenapa kamu sebodoh itu Dave?" Tanya Rayzen
Tangan Rayzen mengusap helaian rambut hitam anaknya dengan sayang
"Kenapa harus meminum itu untuk membuktikan kalau nyawaku terancam? Kamu bisa menyuruh orang itu untuk meminumnya kan?"
Rayzen menatap tiap senti lekuk wajah putranya yang begitu mirip dengannya. Rayzen mencium singkat kening Daverick
"Happy birthday my son. Wish you all the best" bisik Rayzen di telinga Daverick
Rayzen akui dia sedikit menyesal dengan kekerasan hatinya. Harusnya dia menjelaskan pada putranya dengan benar. Harusnya juga dia mencoba memahami kalau putranya hanya butuh penjelasan bukan justru dia malah marah pada Daverick
Lima belas tahun, usia yang masih cukup muda. Dan di usia semuda itu Daverick mengambil resiko yang sangat besar demi menolong ayahnya
"Maaf" ujar Rayzen pada putranya
Rayzen memang pernah membelikan kado untuk Daverick, tapi, kado itu diterima Daverick dari pembantu di rumahnya atau dari Roan dan itu pun hanya satu kali, dan hadiah itu dipakai oleh Daverick hari ini. Sedangkan sisanya tidak pernah, bahkan Daverick tahu ayahnya tidak pernah memilihkan kado untuknya kecuali jam tangan hadiah ulang tahunnya yang kedua belas dan jam tangan itu menjadi benda kesayangannya sampai saat ini. Daverick tahu kalau semua hadiah itu memang berasal dari uang Rayzen hanya saja Roan yang selalu memilih dan membelikan kado bagi Daverick
"Maaf" ujar Rayzen lagi
Rayzen menggenggam jemari Daverick. Jemari yang sama dengan yang dulu selalu menggenggam telunjuknya demi bisa tidur nyenyak. Jemari yang sama dengan jemari yang memukul pipinya ketika bayi itu menangis kencang karna belum di gendong oleh ayahnya. Jemari yang sama dengan jemari yang menuliskan kode di telapak tangannya dengan gemetar
"Bangunlah Dave. Daddy mohon" bisik Rayzen
Mungkin Daverick tidak ingat jika dulu, ketika dia ketakutan dia akan memeluk ayahnya dan mencengkram lengan kemeja ayahnya dengan kencang. Jika dia sedang sakit Rayzen yang menjaga dia di sebelahnya dan mengusap helaian hitam miliknya dengan penuh sayang
Rayzen begitu keras namun, sangat mencintai keluarga lebih dari apapun. Melihat anak kesayangannya sakit demam saja sudah membuatnya repot sendiri, apalagi saat ini? Saat anaknya tidak jelas akan bisa bertahan atau tidak karna kekerasan hatinya dan tingginya ego dan gengsi yang dia punya
"Kenapa menukar nyawamu yang masih belia dengan daddy?" Pertanyaan yang mungkin akan di jawab oleh Daverick dengan kata
'Karna aku sama seperti daddy, mencintai keluargaku dan menginginkan mereka bahagia. Kebahagiaan mom ada bersama daddy'
Ya. Bisa saja Daverick menjawab seperti itu jika Rayzen bertanya padanya saat Daverick sadar. Tapi, saat ini Daverick menutup matanya seolah lelah dengan kehidupannya dan memilih tetap menutup mata itu rapat-rapat
"Bangun Dave! Bangun!" Ujar Rayzen
"Wake up you little brat!"
"Bangun dan ciptakan kekacauan dimana pun sesukamu!" ujar Rayzen putus asa
YOU ARE READING
[KAS #1] King And Queen (Of The Underworld)
Teen FictionHidup dalam kemewahan tak serta merta membuat sang pewaris tunggal perusahaan Minyak L'louch Co. merasa bahagia. kurang perhatian dan keinginan yang selalu dipenuhi membuat dirinya menjadi angkuh dan mendapat julukan badboy. tapi, semua berubah saat...