~ speechless ~

21.9K 1.2K 67
                                    

Verina terperangah, matanya terkunci pada sorot lembut mata Amira. Lingkungan sekitar mereka seakan menguap, hanya menyisakan dirinya dan Amira. Verina tersihir, terpesona pada ketenangannya yang menghanyutkan, membawanya jauh menggali ke dalam sanubarinya terdalam. Tersesat dalam labirin penyesalan tak berujung.

Tiba-tiba lampu menyala terang kembali diiringi tepuk tangan para peserta meeting, membawa kembali kesadaran Verina dari keterpanaannya. Amira yang terlebih dahulu memutus kontak mata, memalingkan wajah dan mengalihkan perhatiannya pada keempat sosok anak muda yang duduk di sebelah kirinya. Berbincang serius kepada seorang gadis pemalu berkerudung yang tampaknya merupakan pemimpin dari kelompok anak muda itu.

”Verina!”

Desis tajam dari Emeraldi sekali lagi menyadarkan Verina. Tergopoh-gopoh ia bangkit dari kursinya.

"Demikianlah bapak ibu sekalian, preview video company profile PT Bangun Cipta Persada yang kami buat. Seperti yang telah disampaikan bapak Emeraldi di awal, hasil yang kami presentasikan hari ini belumlah sempurna dan kami sangat terbuka menerima segala bentuk masukan, kritik dan revisi hingga dapat memenuhi standar yang diinginkan perusahaan. Untuk selanjutnya, kami serahkan kembali pada bapak Abi, terima kasih,”

Sambil kembali duduk, mata Verina berkeliling ke seputar ruangan, mengamati satu per satu wajah para peserta meeting yang telah melihat preview video hasil besutan tim yang dipimpinnya. Secara cepat Verina menganalisis dan menarik kesimpulan, hampir seluruh yang hadir di dalam ruangan meeting itu puas dengan video yang diputar barusan.

Kecuali Amira.

Wanita itu masih saja tampak serius berdiskusi dengan kelompok di sebelah kirinya. Bahasa tubuh Amira penuh ketidakpedulian membuat hati Verina mencelos oleh perasaan terabaikan. Seumur-umur dalam kehidupan profesionalnya, belum pernah ia merasa demikian diremehkan. Tapi apa yang bisa ia perbuat, selain berbalik mengabaikan sikap acuh tak acuh Amira. Serta berdoa dalam hati wanita itu tidak berbalik menyerang kredibilitasnya setelah apa yang dia perbuat di belakang wanita itu.

”Baik, bapak ibu sekalian, kita telah sama-sama menyaksikan preview video company profile PT Bangun Cipta Persada dari pihak Retro. So, let’s we start the open discussion, shall we, bapak Emeraldi, ibu Verina?”

Mendengar namanya dipanggil, keduanya pun mengangguk, mengamini perkataan Abi. Tak lama kemudian, para peserta meeting mulai mengajukan opini masing-masing dan seperti prediksi awal Verina, hampir semuanya menyukai konsep yang dituangkannya, kecuali satu orang, Amira. Wanita itu masih saja tak berkomentar, hanya kepala dan matanya saja yang bergerak, beralih ke setiap peserta yang menyampaikan pendapat, sambil sesekali menorehkan Mount Blanc special edition miliknya di atas berkas presentasi yang terpampang di hadapannya.

”Melihat diskusi kita pagi ini, sepertinya kita mendapati satu kata sepakat bahwa kita puas dengan preview yang ditampilkan pihak Retro. Benar demikian, ibu Amira?” cetus Abi, di akhir diskusi panjang mereka.

Semua mata tertuju pada Amira, dan wanita itu tersenyum, membuat hati Verina berdesir penuh antisipasi. Nalurinya mengatakan ada sesuatu yang tidak mengenakkan di balik senyum wanita itu. Terlebih ketika Amira mulai membuka mulutnya untuk berbicara, secara otomatis Verina mempersiapkan dirinya untuk kemungkinan yang terburuk. Tangannya mulai berkeringat dan rasa mual tiba-tiba naik ke tenggorokannya. Sungguh, di sepanjang kehidupannya, baru kali ini ia merasakan kegugupan yang begitu mencekam dan rasa takut akan pertaruhan dalam kehidupan profesionalnya.

”Well, good job pak Emeraldi, saya akui, hasil kerja tim Anda cukup baik,”

’What the hell?!? Cukup baik?!?’

Verina mengumpat dalam hati dan memanifestasikan perasaannya dalam bentuk pandangan tajam ke arah Ivan yang segera menghindarkan pandangan matanya.

”Saya tidak menutup mata pada hasil kerja keras Retro untuk mewujudkan visi misi dan filosofi Bangun Cipta Persada, namun, perlu saya garis bawahi di sini, sebagai perwakilan share holder, saya tidak bisa menangkap kesan membumi dalam preview video company profile yang kita saksikan barusan. Memang, dalam usianya yang mencapai 25 tahun, Bangun Cipta Persada sudah tumbuh pesat menjadi perusahaan multi nasional, membawahi puluhan anak perusahaan yang bergerak dalam berbagai sektor. Juga menaungi perusahaan-perusahaan rekanan yang menyokong laju pertumbuhan perusahaan ini. Namun, seperti yang ditekankan dalam filosofi perusahaan, kami adalah perusahaan yang memegang teguh nilai-nilai kesederhanaan, dan itu tidak saya dapati dalam preview yang kita saksikan tadi. Apa ya istilahnya...?”

WANITA PILIHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang