Jilid 25 (Tamat)

4.8K 81 2
                                    

Tan Kia-beng sudah ada dua kali menemui serangan senjata rahasia yang sangat beracun ini, kali ini mendadak menemuinya kembali, di atas gunung Bu-tong-san hal ini membuat kegusarannya benar-benar memuncak. 

Mendadak tubuhnya mencelat ke tengah udara kemudian melesat ke arah berasalnya serangan jarum-jarum beracun itu. 

Siapa sangka ketika tubuhnya melayang turun di sana, keadaan di sekeliling tempat itu sunyi senyap tak nampak sesosok bayangan manusiapun.

Ketika ia sedang berdiri termangu-mangu merasakan keheranan atas kejadian ini, mendadak telinganya dapat menangkap suara genta di atas kuil Sam Cing Kong dibunyikan bertalu talu diikuti suara jeritan ngeri serta bentakan gusar bergema saling susul menyusul, ia tahu peristiwa yang tidak diinginkan sudah terjadi. 

Dengan cepat ia putar badan, enjotkan badannya siap-siap lari menuju keistana Sam Cing Kong.

Mendadak terdengarlah suara seorang yang tua dan serak dengan sangat dingin dia menegur orang, "Partai Bu-tong-pay kami tiada ikatan sakit hati dengan dirimu, mengapa kau sudah turun tangan telengas kepada anak murid partai kami? apakah kau kira dari kuil Sam Cing Kong sudah tak ada orang yang bisa menyelesaikan dirimu?" 

Mendengar perkataan itu Tan Kia-beng benar-benar merasa sangat terperanjat ketika ia menyapu sekeliling tempat itu maka ditemuinya pada saat ini dia sudah berada di tengah kepungan sembilan orang Toosu tanpa disadari olehnya.

Ketika ia memperhatikan lebih teliti lagi, maka tampaklah diantara kesembilan orang toosu itu kecuali sang toosu tua berwajah merah padam dengan usia enam puluh tahunan, sisanya merupakan pemuda yang baru berusia tiga, empat puluh tahunan, jelas mereka adalah jago-jago pilihan dari partai Bu-tong-pay. 

Melihat para toosu toosu itu dengan tangan kiri menuding ke depan, pedang ditangan kanannya diangkat kesebelah kanan dan setiap orang berjalan mendekat dengan wajah yang serius, tak terasa lagi hatinya merasa cemas. 

"Heei....! Tootiang sekalian sudah salah menganggap orang!" teriaknya keras. "Lebih baik kalian cepat-cepat kembali ke kuil untuk menghadapi musuh tangguh, cayhe sama sekali bukan musuh kalian."

"Hmm! Jika bukan musuh kenapa kau melukai empat orang anak murid kami? Heee.... heee bila kau adalah musuh kami kemungkinan sekali kuil Sam Cing Kong pun akan kau hancurkan semua" 

Sang toosu tua yang berwajah merah itu setelah menyelesaikan kata-katanya, tidak menanti Tan Kia-beng membuka mulut lagi pergelangan tangannya yang kuat segera digetarkan mengirim segulung hawa pedang yang tajam menembusi angkasa.

Segulung hawa pedang yang sangat dahsyat serasa berjuta juta gulung angin dingin segera mengurung sekeliling tempat itu dengan rapat sekali. 

Tan Kia-beng kenal dengan jurus serangan ini yang merupakan jurus Yu Heng Hong Huang' atau hujan meling angin mengencang dari ilmu pedang Bu-tong-pay hatinya benar-benar merasa bergidik. 

Ia tak berani berlaku ayal lagi, kakinya bergerak dengan mengambil posisi Chiet Seng mendadak pundaknya menekan ke bawah diiringi perputaran badannya ke samping. 

Criiing! dengan menimbulkan suara nyaring seruling Pek Giok Cie nya, tahu-tahu sudah dicabutnya keluar dengan menggunakan jurus Jun Hong Hwee Sie atau merah membara terbang melayang tubuhnya maju ke depan dengan diiringi cahaya tajam yang menyilaukan mata ia memunahkan datangnya serangan tersebut.

Sisanya delapan orang toosu pun segera menggerakkan pedang menyerang musuhnya. Sesaat kemudian seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan hawa pedang yang berdesir susul menyusul diikuti angin dingin yang serasa menusuk tulang.

Barisan pedang Liu Kang Kiam Tin sebagai ilmu pusaka partai Bu-tong-pay dengan cepat kerahkan keluar, sembilan orang berkelebat saling tutup menutupi, hawa pedang serasa ambrukya gunung menekan ke bawah dari empat penjuru. 

Pendekar Bayangan Setan (Khu Lung)Where stories live. Discover now