Jilid 21

4.6K 62 0
                                    

Pemuda itu sama sekali tidak menyangka kalau di tempat ini bisa bertemu muka dengan Thay Gak Cungcu, tidak terasa lagi alisnya sudah dikerutkan rapat rapat cuma saja dia tidak mengumbar hawa amarahnya. 

Thay Heng Siang Mo yang biasanya berlaku ganas terhadap siapapun dan karena mendengar pedang pusaka Giok Hun Kiam sudah jatuh ketangan seorang bocah cilik maka jauh jauh dari Thay Heng-san sudah datang karena mau merebut pedang pusaka tersebut. 

Siapa sangka baru saja bergerak maju sudah kena terpukul mundur dan ketika hendak menubruk untuk kedua kalinya kena dicegah orang, tak terasa sepasang matanya berputar putar lalu bentaknya dengan seram, "Siapa kau? nyalimu sungguh besar sekali berani mengganggu pekerjaan Thay Heng Siang Mo?" 

Si orang lelaki berjubah hijau itu tidak menggubris terhadap perkataannya, sebaliknya mengulapkan tangannya dan berseru. 

"Pergi....! pergilah, aku tidak akan mencari gara gara dengan kalian, lebih baik tak usah jual lagak disini."

Jie Mo Ong Kuang yang kena dihajar mundur oleh Tan Kia-beng tadi hatinya sudah merasa amat gusar apalagi kini mendengar sikapnya yang sangat menghina dari lelaki berbaju hijau ini bagaikan api yang bertemu dengan prenium hawa amarahnya semakin memuncak. 

Tanpa menanti dia selesai berkata ia sudah meraung keras lalu menubruk ke depan dengan dahsyatnya.

"Kawan, nyalimu sungguh tidak kecil!" bentaknya keras. "Berani sekali jual lagak di hadapan Thay Heng Siang Mo, aku lihat kau sudah bosan hidup lagi." 

Lima jarinya dipentangkan bagaikan pancingan lalu dengan cepatnya dibabat ke atas wajah lelaki berbaju hijau itu angin serangan menyambar amat tajam membuat suasana seketika itu juga diliputi oleh desiran angin yang memekikkan telinga.

Tan Kia-beng yang melihat lelaki berbaju hijau itu sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap datangnya serangan tersebut dalam hati lantas mengerti kalau Ong Kuang bakal menderita rugi yang amat besar. 

Sedikitpun tidak salah, baru saja lima jari Ong Kuang mendekati batok kepala dari lelaki berbaju hijau itu mendadak.

Segulung kabut berwarna hijau yang amat tebal menyongsong datangnya serangan tersebut diikuti dengan suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memenuhi seluruh angkasa, tubuh Jie Mo Ong Kuang bagaikan layang layang yang putus benang dengan kerasnya mencelat ke tengah udara dan darah segarpun muncrat keluar dari mulutnya. 

Toa Mo yang melihat adiknya menemui bencana hatinya semakin gusar lagi, sepasang matanya melotot lebar-lebar sedang tangannya diayun semakin gencar lagi sambil menubruk ke arahnya. 

Hanya di dalam sekejal saja dia sudah melancarkan tujuh serangan sekaligus dan melancarkan lima tendangan mematikan, seketika itu juga pasir dan batu kerikil beterbangan memnuhi angkasa keadaannya benar-benar amat menyeramkan. 

"Kau juga cari mati!" tiba-tiba terdengar lelaki berjubah hijau itu membentak keras.

Ujung bajunya dikebutkan ke depan, segulung kabut hijau yang amat tebal dengan cepat menggulung ke arah depan, di tengah suara jeritan ngeri yang amat keras itulah tubuh Toa Mo terpental sejauh beberapa depa, wajahnya berubah jadi hijau menyeramkan sedang dari mulutnya muntahkan darah segar tiada hentinya. 

"Dendam ini hari dikemudian hari pasti kubalas," serunya gemas.

Sehabis berkata sambil mengempit tubuh Jie Mo bagaikan kilat cepatnya berlalu dari sana. 

Menanti setelah Thay Heng Siang Mo berlalu dari sana lelaki berbaju hijau itu baru maju dua langkah ke depan dan merangkap tangannya memberi hormat terhadap Tan Kia-beng;

Pendekar Bayangan Setan (Khu Lung)Where stories live. Discover now