Jilid 10

6.2K 83 6
                                    

Tidak sampai seperminum teh kemudian dia sudah benar-benar terdesak suatu keadaan yang benar-benar kepepet, hampir hampir seluruh serangan yang mengancam tubuhnya tak sebuahpun yang berhasil dibalas, di dalam keadaan seperti ini siapa saja yang melihat segera akan tahu, bilamana waktu lebih lama lagi Tan Kia-beng tentu akan terluka ditangan kedelapan belas Loo Han dari Siauw-lim-pay ini.

Haruslah diketahui Cap Pwee Loo Han dari Siauw-lim-pay ini masing -masing orang boleh dihitung sebagai jagoan nomor satu di dalam Bulim orang yang bisa menahan serangan gabungan dari delapan belas orang secara bersama-sama sampai saat ini boleh dikata belum bisa dicari berapa orang yang benar-benar mau, apalagi Tan Kia-beng.

Tan Kia-beng yang terkurung di dalam kepungan yang amat rapat itu semakin bertempur hatinya semakin cemas, pikirnya, "Jika cuma jago-jago aliran kedua, ketiga dari Siauw-lim-pay saja aku tidak bisa memperoleh kemenangan, lalu apa gunanya aku ikut merebut gelar jagoan nomor wahid di dalam kolong langit?"

Dalam keadaan yang amat cemas sekali mendadak dia menyadari akan sesuatu, tiba-tiba hawa murninya dikerahkan ke arah bawah dan berdiri sepasang matanya dengan amat tajamnya memperhatikan para hwesio yang berputar terus menerus itu.

Kedelapan belas Loo Han yang sedang mulai mempersempit lingkaran barisan mereka melihat Tan Kia-beng menjadi tenang kembali hal ini sungguh sungguh berada di luar dugaan mereka, tanpa terasa gerakan dari barisan merekapun menjadi sedikit mengendor.

Pada saat yang amat kritis dan cepat itulah tiba-tiba Tan Kia-beng membentak keras, sepasang telapak tangannya bersama-sama didorong ke depan dengan menggunakan jurus Jiet Tiong Ceng Thian segulung angin Khie kang yang amat dahsyat disertai suara gemuruhnya guntur yang membelah bumi dengan amat hebatnya menerjang ke arah enam orang hwesio yang berdiri di hadapannya.

Keenam orang hwesio itu dengan cepat menyalurkan hawa murninya ke arah tangan lalu enam buah telapak bersama-sama didorong ke depan menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras melawan keras.

Tan Kia -beng segera tertawa terbahak-bahak tubuhnya berputar di tengah udara, jurus kedua Thiat Bhe Kiem Ko atau kuda baja tombak emas berbareng dihantam ke depan.

Ilmu sakti dari Ceng Kong Mie yang berhasil dipelajari dari sarung pedang Giok Hun Kiam ini ternyata mempunyai kedahsyatan yang sukar diduga, walaupun keenam orang hwesio itu bersama menyambut datangnya serangan secara gabungan tetapi dikarenakan gerakan serangan mereka yang agak perlahan dan setiap serangan tentu ada terpaut siapa depan siapa belakang seketika itu juga membuat dua orang hwesio yang ada dipaling depan terkena sapuan dari segala angin pukulan itu mencelat sejauh tujuh delapan depa dari tempat semula.

Menanti hwesio dari kedua belah samping bersama-sama melancarkan serangan gabungan yang jauh lebih dahsyat Tan Kia-beng sudah berhasil berkelebat lolos dari kepungan mereka.

Seluruh kejadian ini hanya berlangsung di dalam sekejap mata saja baru saja ujung kaki dari Tan Kia-beng mencapai di atas permukaan tanah tiba terasalah desiran angin pedang yang amat tajam mengancam dari empat penjuru, kedelapan bilah pedang dari Kun lun Pat to bagaikan sambaran kilat sudah mengancam seluruh tubuhnya.

"Hmm.... sebaik kalian maju bersama-sama saja," seru Tan Kia-beng sambil tertawa dingin alisnya dikerutkan rapat - rapat.

"Sreeet....!" dengan disertai satu pukulan dahsyat dia memukul ke samping datangnya dua serangan pedang dari pihak musuh. tubuhnya dengan meminjam gerakan ini berputar satu lingkaran ujung kakinya menutul ke depan menendang miring datangnya serangan pedang dari arah kanan.

Tetapi tenaga serangan gabungan dari Kun lun Pat To bukanlah mudah dipecahkan dengan begitu mudahnya bahkan kehebatannya hanya terpaut sedikit saja dengan kehebatannya dari Cap Pwee Loo Han dari pihak Siauw-lim-pay.

Pendekar Bayangan Setan (Khu Lung)Where stories live. Discover now