Jilid 7

7.9K 90 3
                                    

Teringat kembali olehnya peristiwa yang sudah sering terjadi dalam dunia kangouw baru baru ini sekalipun pengalaman dibidang Bulim masih rendah tapi dia merasa urusan sudah berubah menjadi amat tegang, pikirnya, "Kini aku sudah memperoleh kitab pu...

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Teringat kembali olehnya peristiwa yang sudah sering terjadi dalam dunia kangouw baru baru ini sekalipun pengalaman dibidang Bulim masih rendah tapi dia merasa urusan sudah berubah menjadi amat tegang, pikirnya, "Kini aku sudah memperoleh kitab pusaka Teh Leng Ciu Keng serta pedang Giok Hun Kiam. Han Tan Loojienpun memerintahkannya aku untuk mencabut sebagai Teh Leng Kaucu seharusnya di dalam waktu semacam inilah aku berbuat beberapa pekerjaan yang menguntungkan dunia kangouw kemudian merebut gelar jago nomor wahid sewaktu diadakannya pertemuan puncak para jago di atas gunung Huang san dikemudian hari, bukankah hal itu merupakan suatu kesempatan yang bagus untuk mendirikan kembali perkumpulan Teh Ling Kau?"

Berpikir sampai disini tak terasa lagi semangatnya berkobar kobar, rasa lelah karena menempuh perjalanan semalaman segera tersapu bersih dari badannya dengan meminjam sinar rembulan yang remang remang dia segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya berlari ke arah depan.

Demikianlah dengan berlari pesat dia melanjutkan perjalanannya kurang lebih selama satu jam, akhirnya sampailah dia disebuah lembah yang amat dalam sekali, disamping lembah itu terdapatlah sebuah jalan raya yang amat lebar.

Baru saja tubuhnya hendak meloncat turun, tiba-tiba....

Sreet! sesosok bayangan manusia dengan amat cepatnya meloncat keluar dari balik sebuah batu besar kemudian membentak dengan suara yang amat keras; "Hey bocah cilik, kau sudah melihat Cian jia ku tidak?"

Tan Kia-beng menjadi terperanjat, terburu-buru dia mundur dua langkah ke belakang.

Tampaklah si kakek tua berjubah hitam Hu Hong dengan dinginnya sudah berdiri dihadapannya dia menjadi melengak tetapi sebentar kemudian sudah sadar kembali, bukankah Cian jie yang sedang dicari adalah gadis berbaju putih itu?

"Ooh, kau cari budak liar yang sama sekali tidak berpendidikan itu?" tanyanya dengan suara amat gusar. "Kemarin malam tanpa sebab dia sudah membokong diriku lalu memancing aku melewati telaga nyamuk sehingga hampir hampir nyawaku melayang sekarang aku sedang mencari dia untuk bikin perhitungan."

"Apa?.... telaga nyamuk?"

Dengan mantap Tan Kia-beng menganggukkan kepalanya, baru saja dia hendak memaki atas kekejamannya kemarin malam mendadak tampak olehnya kakek tua berjubah hitam itu bagaikan segulung asap hitam dengan amat cepatnya berlari menuju ke arah gunung, dari air mukanya jelas sekali tampak sikapnya amat cemas dan kuatir sekali.

Tan Kia-beng menjadi keheran heranan tapi dia tidak melakukan pengejaran.

Dengan mengambil jalan raya semula ia melanjutkan perjalanan ke depan dan akhirnya sampailah disebuah dusun kecil.

Saat ini dia benar-benar merasakan perutnya amat lapar dan cepat-cepat diisi, setelah masuk ke dalam dusun dengan cepat mencari sebuah rumah makan dan mencari tempat yang sunyi untuk minta beberapa macam makanan lantas berdahar dengan perlahan.

Pendekar Bayangan Setan (Khu Lung)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora