Jilid 1

25.8K 246 20
                                    

Sinar sang surya dengan perlahan muncul di ufuk sebelah Timur, suasana kota Tiang-sah yang semula sunyi dengan perlahan hidup kembali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sinar sang surya dengan perlahan muncul di ufuk sebelah Timur, suasana kota Tiang-sah yang semula sunyi dengan perlahan hidup kembali.

Awan yang melayang jauh di angkasa disertai warna sinar yang memerah dengan cepatnya menembus seluruh permukaan kota itu dan menyinari pintu sebuah bangunan yang amat besar sekali.

Di atas pilar bangunan itu terpancanglah sebuah papan nama dengan terukir 'Cu Ong Hu', tiga kata emas, walaupun warnanya sudah luntur di bawah sorotan sinar sang surya tetapi tetap memantulkan cahaya yang menyilaukan mata.

Tetapi bangunan rumah yang demikian besarnya suasana di dalamnya sangat sunyi sekali, sedikit suara manusiapun tidak kedengaran sehingga membuat keadaan amat menyeramkan.

Di dalam rumah tersebut apakah memangnya tidak berpenghuni?

Tidak seorangpun yang tahu.

Mendadak suara langkah kali manusia yang amat nyaring bergema memecahkan kesunyian yang mencekam, di sekeliling tempat itu dari pintu depan berjalanlah masuk seorang pemuda berusia enam tujuh belas tahun dengan menyoreng sebuah pedang pada pinggangnya.

Pemuda itu memiliki bentuk badan yang sangat kekar dan kuat sekali, cuma sayang dandanannya sedikit agak menggelikan, secarik baju berwarna biru yang dipakai terlalu lebar dan besar diikat dengan sebuah kain yang terbuat dari bahan kasar, dandanannya persis seperti seorang  desa, cuma saja bedanya pada pinggangnya tersoreng sebilah pedang yang sudah amat kuno sekali.

Dengan langkah yang sangat perlahan dia berjalan menuju ke depan pintu bangunan rumah itu, dengan perlahan kepalanya di dongakkan ke atas membaca sekejap ke arah kata-kata pada papan di atas pilar itu, gumamnya, "Benar, tidak salah lagi memang rumah ini...."

"Siapa?" mendadak suara yang amat kasar berkumandang dari belakang tubuhnya. "Di siang hari bolong seperti ini buat apa kamu bersembunyi-sembunyian di sini?"

Dengan amat cepatnya pemuda itu memutar badannya terlihat seorang pemuda dengan alis yang amat tebal, mata besar dan memakai baju singkat berwarna merah darah sedang memandang dirinya dengan pandangan menyeramkan.

"Ooh ...!" serunya dengan cepat sambil tertawa paksa, "Cayhe She Tan bernama Kia-beng, ini hari baru saja sampai di sini."

Tidak menanti dia selesai berbicara orang itu sudah membentak kembali memotong ucapannya, "Tempat ini tidak memperkenankan orang lain untuk tinggal lebih lama, cepat kau menggelinding pergi dari sini."

Mendengar perkataan yang amat kasar itu si pemuda segera mengerutkan alisnya, dengan wajah penuh perasaan gusar dia memandang sinis orang itu, tapi sebentar kemudian sudah lenyap kembali dari wajahnya.

"Aaah, entah siapa nama besar dari Heng-thay?" tanyanya sembari tertawa paksa. "Kenapa tempat ini tidak memperkenankan orang lain untuk berdiam lebih lama?"

"Thay-yamu adalah si "Chiet Ciat Hong Wie Pian" atau si cambuk ekor burung Hong Ting-hong dari partai Tiam-cong-pay, tidak memperkenankan kau di sini! Ya tidak boleh kamu banyak omong. Hmmm, sebaiknya kau cepat-cepat pergi dari sini."

Pendekar Bayangan Setan (Khu Lung)Where stories live. Discover now