Chapter 21

689 65 2
                                    

Anna mengerjapkan matanya selama beberapa kali, sebelum akhirnya gadis itu menunduk dalam-dalam, berusaha menyembunyikan rona yang merah yang menyebar dengan cepat di wajahnya. Sialan. Apa yang baru saja Justin lakukan padanya? Apa yang terjadi pada pria itu? Mengapa pria itu mendadak bersikap seperti ini dan mengapa juga dia bersikap begitu dramatis hanya karena sederetan kata-kata yang Justin rancang untuk mengerjainya? Anna merasa harga dirinya seperti tercabik. Gadis itu menarik napas, berusaha menahan rasa malu yang menyebar dalam dirinya untuk membuka suara. "Ka—kau..."

"Hn?" Justin mengangkat sebelah alis. "Apa masalahnya? Kau marah karena aku melakukan hal itu? Bukankah kau yang pernah berkata padaku bahwa ciuman itu seharusnya dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai? Sudah jelas aku mencintaimu, dan kupikir kau juga begitu. Apa yang salah?" Tanyanya seperti mampu membaca pikiran Anna.

"Urgh," Anna menggeram. "Tapi..."

"Oh lupakan hal itu." Justin menyentakkan kepalanya, sebelum akhirnya menarik diri dari Anna, yang selama sesaat mampu membuat Anna terdiam, seperti merasa kosong ketika sebelah tangan Justin terlepas dari pinggulnya. Lagi-lagi wajah gadis itu memerah. Apa yang dia pikirkan sih sebenarnya? Mengapa dia merasakan hal yang sebelumnya sama sekali tidak pernah dia rasakan? "Kita akan mulai acara selanjutnya?"

Acara selanjutnya? Pikiran Anna yang semula tidak fokus berubah waspada dan defensif sesaat setelah dia mendengar nada aneh dalam suara Justin. Apa katanya? Acara selanjutnya? Anna memiringkan kepalanya, keningnya berkerut sementara matanya menerawang ke langit malam yang penuh bintang. Acara selanjutnya? Acara selanjutnya? Tapi apa yang sesungguhnya akan mereka lakukan di tempat ini selain makan malam atau melakukan eksekusi skenario bodoh yang Justin rancang untuk mengerjainya? Di hotel sepert... tunggu. Mata biru Anna terbelalak. Hotel. Dia berada di hotel? DIA BERADA DI HOTEL?!!! Sebuah pukulan telak yang membuat Anna memalingkan kepalanya dengan cepat, ada death glare yang dia layangkan untuk Justin, yang selama beberapa jenak berhasil membuat Justin meneguk ludah.

"Ada apa?" tanya pria itu sambil mengamati ekspresi wajah Anna yang tiba-tiba berubah menjadi begitu mengancam.

Anna menyipitkan matanya. "Ternyata kau masih si pervert bodoh yang mencari kesempatan di dalam kesempitan!!!!!" Anna bergumam dengan suara berat yang sarat dengan nada sadis. "Kau sengaja melakukan semua rencana bodohmu itu di hotel karena kau memiliki pikiran buruk padaku setelahnya kan?!!!"

"Ap... Aw." Justin mengerang datar dengan sikap apatis sesaat setelah sepatu Anna kembali menghantam sisi kiri kepalanya. "Kenapa kau begitu senang melempar sepatu kepadaku?"

"Karena kau pantas mendapatkannya, manusia mesum!!!!!!!!!"

"Well, atas dasar apa kau menyebutku mesum?"

"Karena kau memang mesum! Lihat ekspresi wajahmu! Kau seperti om-om yang tengah merayu seorang gadis lugu sepertiku untuk melakukan sesuatu yang tidak bermoral!! Bagaimana bisa kau—"

"Om-om?!!" Justin melotot, seperti tersinggung. "Mana ada om-om seperti diriku?!"

Anna bersedekap. "Ada. Dirimu."

"Whatever." Justin memutar bola matanya, dan sesaat kemudian laki-laki itu berjalan mendekati Anna untuk selanjutnya meraih tangan gadis itu dalam satu sentakan. Mengenggam jari-jarinya yang rapuh ke dalam genggaman tangannya yang kuat, membuat Anna kembali melotot—meskipun kini ditambah ekspresi khawatir yang terlihat jelas di wajahnya.

"Apa yang mau kau lakukan?!!!"

"Menunjukkan sesuatu yang menakjubkan padamu." Justin menyeringai, dan tanpa menghiraukan ekspresi ketakutan serta panik yang tergurat di wajah Anna, laki-laki itu menarik lengan Anna dengan kuat, membuat Anna tersaruk mengikuti langkahnya menuju pintu yang akan menghubungkan mereka pada koridor. Anna berteriak-teriak heboh, meminta Justin untuk melepaskannya namun hal itu hanya percuma belaka sebab Justin sama sekali tidak ambil pusing akan suara teriakan Anna yang bikin sakit telinga. Justin menekan tombol lift, lantas langsung menarik Anna masuk ke dalam kubikel lift sesaat setelah pintu lift terbuka. Mereka beruntung hanya mereka yang berada di lift itu, karena begitu masuk ke dalam lift, Anna langsung melakukan tindakan radikal untuk meloloskan diri. Gadis itu berusaha membuka kembali pintu lift dengan menyelipkan jari tangannya di sela pintu lift, namun sepersekian detik kemudian Justin dengan cepat menarik tangannya. Anna tidak menyerah, gadis itu berusaha kembali menguak pintu lift, namun tentu saja usahanya percuma karena pintu lift telah sepenuhnya tertutup dan lift mulai berjalan turun. Gadis itu melenguh, masih menggedor-gedor pintu lift seakan pintu akan terbuka secara ajaib, akan tetapi Anna tahu bahwa usahanya itu sia-sia. Dia menunduk, menekankan dahinya ke pintu lift sementara kedua tangannya melekat pada pintu lift.

Blue Daffodil (by Renita Nozaria)Where stories live. Discover now