Chapter 18

748 60 0
                                    

Wanita itu duduk di depan perapian di tengah-tengah ruangan dengan pencahayaan yang redup. Di tubuhnya melekat sebuah gaun tidur longgar transparan dan rambutnya yang berwarna madu terurai di bahunya, sementara kedua tangan wanita itu memegang secangkir teh yang perlahan diseruputnya dengan gerak elegan, membuat siapapun yang hanya melihat bayangannya sekalipun berani bersumpah bahwa dia adalah wanita yang dibesarkan dalam kalangan kelas atas Spectrapolis dan tidak pernah melakukan hal-hal tabu dalam hidupnya. Namun tentu saja mereka salah. Seorang Gracia Salvatore bukanlah gadis cantik biasa yang terpilih untuk menjadi pendamping hidup seorang Charlemagne Salvatore. Dia adalah gadis yang cantik dan pintar, dulu. Namun kemampuan martial arts nya begitu luar biasa, sesuatu yang tidak akan disangka-sangka oleh orang yang melihatnya.

Mata kelabu milik Benjamin, pegawai yang telah bekerja pada keluarga Salvatore semenjak Charlemagne Salvatore masih hidup menatap helaian rambut Gracia yang terurai. Ada takjub yang terbit dalam hati Benjamin, mengingat bahwa warna rambut itu tidak pernah berubah walau telah lebih dari tiga windu terlewati. Rambut itu tetap terurai dengan indah, dengan warna madu yang mengesankan tanpa sedikitpun rambut putih yang tersembul, seakan wanita itu tidak pernah bertambah tua. Seolah Gracia sama sekali tidak pernah berubah. Namun tentu saja ada yang berubah dalam diri wanita itu. Usianya dan ambisi yang mengakar dalam dirinya.

Dulu, mungkin Gracia hanyalah gadis polos dari keluarga bangsawan yang tidak memiliki pengaruh yang begitu tinggi. Dia hanyalah Gracia Jacquard. Keluarganya tidak begitu kaya. Keluarganya tidak begitu terpandang dan memiliki kedudukan kuat dalam bidang politik. Ayahnya adalah tenaga medis yang meskipun berpengalaman namun tidak pernah dipandang secara khusus. Hingga suatu ketika putera keluarga Salvatore melihatnya. Melihat apa yang ada pada dirinya. Kecerdasannya. Kecantikannya. Mereka menjejalinya mengenai kenyataan perang saudara yang terjadi dua abad silam, membuatnya memihak pada Anastasia dan bertujuan untuk menghapuskan kerajaan Persea dari dunia tempat mereka hidup untuk selamanya. Membuatnya berambisi menguasai tahta. Lama kelamaan ambisi itu membuatnya sakit. Membuatnya berdiri jauh dari Justin dan Jeanneth. Namun meskipun begitu Gracia tidak pernah sekalipun membuang ambisinya.

"Ceritakan padaku tentang apa yang terjadi di gedung pengadilan hari ini." gumam Gracia, yang membuat Benjamin tergagap. Laki-laki itu menarik napas, merasa wajahnya terbakar.

"Tadi pagi..."

"Cukup." Gracia memotong, "Aku sudah memahami apa yang terjadi. Sesuatu yang aneh. Bagaimana bisa Justin dan Jeanneth melupakan apa yang sesungguhnya terjadi antara keluarga Salvatore dan keluarga Spencer. Juga keluarga Heisenberg dan keluarga Cromwell dengan keluarga Carruthers, hanya demi... seorang gadis rendahan yang dituduh sebagai pencuri pula?" Wanita paruh baya itu tertawa parau. "Aku ingin kau melakukan sesuatu,"

"Ya, mistress?"

Gracia menyeruput teh-nya. "Aku ingin kau mencari tahu identitas gadis itu. Identitasnya. Aku penasaran, apakah dia hanya seorang gadis rendahan biasa atau... apakah ini jawaban atas pertanyaanku selama sembilan belas tahun?"

"Ya, mistress."

"Oh dan, Ben," Gracia kembali bicara. "Aku ingin kau melihat bagaimana aktifitas Justin dan Jeanneth. Apa yang mereka lakukan. Dengan siapa mereka bergaul. Hanya itu."

"Kau menyuruhku mematai-matai mereka?"

"Ya." Gracia tersenyum manis. "Aku hanya ingin mengetahui, apakah darah seorang Salvatore masih mengalir dalam diri mereka, atau mereka telah lupa jati diri mereka yang sesungguhnya. Hanya itu. Dan apa yang membuat Justin juga Jean begitu peduli pada gadis rendahan itu."

Blue Daffodil (by Renita Nozaria)Where stories live. Discover now