Justin menarik napas sambil melangkah masuk ke dalam puri besar yang ada di hadapannya. Puri itu adalah puri yang menjadi milik keluarganya, keluarga Salvatore, salah satu keluarga bangsawan paling berpengaruh di Spectrapolis. Mendiang ayahnya, Charlemagne Salvatore adalah mantan pejabat tinggi di kerajaan, dan sekarang meskipun telah menjadi janda, ibunya, Gracia Salvatore memegang sebuah peranan penting dalam setiap pengambilan keputusan tentang masalah yang terjadi di Spectrapolis. Pria itu mendesah sambil melangkahkan kakinya yang terbalut sepatu boot berdebu menyusuri halaman besar puri dan mengabaikan sejumlah pelayan yang membungkuk sambil menyapanya dengan penuh hormat. Bagi orang biasa, mungkin kehidupan seperti ini akan dikatakan sangat nyaman dan merupakan kehidupan yang diidam-idamkan, namun bagi Justin, semua ini sama sekali tidak membuatnya bahagia. Dia selalu merasa ada sesuatu yang kosong dalam hatinya, sesuatu yang tidak menemukan apapun untuk mengisinya, meskipun dia punya berlapis gelar bangsawan dan timbunan koin emas. Sesuatu yang perlahan tapi pasti membuatnya menjadi monster yang kesepian. Monster yang dingin dan kesepian. Monster? Ya, dia memang seorang monster. Orang yang mengenalnya akan mengatakan bahwa Justin sama sekali tidak punya hati.
"Apakah kau akan terus menerus berkeliaran seperti rakyat jelata yang tidak bisa dikontrol?" Kaki Justin baru menapaki ruang depan puri megahnya yang besar, dan suara ibunya yang menohok langsung membuat kepala lelaki itu terangkat. Ibunya tengah duduk di kursi induk meja tamu besar yang berada di tengah ruangan tersebut, dengan sebuah cawan berisi bubuk teh hijau beraroma melati yang harum dan peralatan minum teh mewah berwarna keperakan. Ibunya pasti tengah menunggu tamu untuk diajak minum teh bersama.
"Apa pedulimu?" Justin bertanya ketus sambil melangkahkan kakinya melewati meja, namun sebelum dia bisa meninggalkan ruangan itu, suara Gracia telah terlebih dahulu membuat langkah kakinya terhenti.
"Penolakan puteri Isabella pagi ini sudah cukup membuatku kesal, jadi jangan membuatku semakin kesal." ujar Gracia tanpa melihat pada Justin, "Dan jika kau bertanya apakah aku peduli, ingatlah bahwa aku ini ibumu."
Justin berbalik, menatap Gracia dengan pandangan tajam, namun ada sorot kesepian dan terluka dalam iris mata itu. "Aku tidak tahu kalau selama ini aku punya ibu. Kupikir kedua orang tuaku sudah meninggal, dan satu-satunya keluarga yang ada di sisiku ketika aku membutuhkannya hanyalah Jean."
"Terserahlah." Gracia memutar bola matanya, enggan beradu argumen dengan putera semata wayangnya. "Kau semakin bengal saja akhir-akhir ini. Haruskah aku menghalangimu bertemu dengan Cliff dan Tom?"
"Apakah mereka disini?"
"Mereka sudah menunggumu sejak tadi, di ruang rekreasi." Gracia berujar dengan nada tak acuh. Justin memilih tidak menanggapi kata-kata ibunya dan hanya berjalan menuju ruang rekreasi. Yeah, mungkin dia memang tidak punya hati, atau karena dia terlalu tidak tersentuh, maka dia tidak punya banyak teman. Tidak tersentuh? Ya. Justin layaknya Utopia yang tidak bisa bebas dipandang atau disentuh orang, ditambah dengan sikap dinginnya dari dirinya yang kesepian. Merupakan keajaiban dia bisa memiliki Cliff Heisenberg dan Thomas Carruthers sebagai temannya, meskipun pada kenyataannya kedua temannya itu tidak jauh berbeda dari dirinya.
Cliff Heisenberg adalah putera seorang seniman besar yang juga memiliki jabatan penting di istana kerajaan, selain itu, mereka juga menguasai banyak tanah di Corbelia, sebuah wilayah di pinggiran Lyra—ibukota Spectrapolis—yang merupakan tanah yang subur. Selain menguasai tanah pertanian, mereka juga memiliki banyak galeri, museum dan gedung teater serta tari yang tersebar bukan saja di Lyra yang merupakan pusat pemerintahan, namun juga di kota-kota pinggiran yang cukup ramai, seperti Corbelia, Edessa dan Euphemia. Cliff memiliki rambut cokelat gelap dengan mata cokelat dan senyuman yang maut, namun bukan berarti dia hanya bergantung pada ketampanannya atau pada kekayaan keluarganya, karena kenyataannya lelaki itu mewarisi bakat seniman dari ayahnya. Cliff memiliki bakat yang mengagumkan dalam melukis dan memainkan piano.