Chapter 15

765 67 0
                                    

"Aku tidak percaya apa yang kalian baru saja lakukan." Pria bermata biru terang itu menatap Isabella dan Alec yang duduk di hadapannya, sementara Julia hanya mengawasi apa yang tengah ditanyakan suaminya pada dua anaknya lewat mata kehijauannya yang indah. James—nama pria bermata biru itu—berdecak, kemudian menatap Alec dan Isabella bergantian. "Alec Bernadius Spencer, dan kau Isabella Katrin Spencer, kalian lebih baik segera menjawab pertanyaanku sekarang juga!" seru James menggertak, pria itu mulai kehilangan kesabaran. Bagaimana tidak, Isabella, Alec dan beberapa teman mereka yang James ketahui merupakan putera-puteri keluarga York, Heisenberg, Carruthers dan juga Cromwell masuk begitu saja ke ruang sidang dan memperlakukan penggugat juga hakim dengan semena-mena. Oh belum lagi pasangan Salvatore bersaudara yang entah bagaimana dengan berani membawa tersangka kasus pencurian itu pergi begitu saja. Hal itu merupakan hal janggal yang sama sekali tidak sopan, yang berpotensi menarik perhatian banyak orang dan menjadi bahan pembicaraan. James selalu tahu bahwa hubungan keluarga Salvatore dengan keluarganya merupakan hubungan dingin yang buruk. Keluarga Heisenberg dan Cromwell diam-diam lebih menyukai prinsip Gracia Salvatore yang tidak menginginkan adanya perdamaian diantara kedua kerajaan. Sementara keluarga Carruthers dan York mengambil jalan terang, setia pada kekuasaan yang sekarang tengah berkuasa. Mereka memiliki semacam gap, namun bagaimana bisa mereka semua bersatu hanya untuk menolong gadis itu? Semua ini mengundang tanda tanya ke dalam pikiran James.

"Kami hanya mencegah terjadinya sebuah pengadilan yang tidak adil, Dad." Isabella berkata santai, seolah-olah semua itu bukan masalah besar baginya. "Lagipula si manusia botak jelek itu menyebalkan, jangan salahkan aku ketika aku terpaksa melemparkan sepatuku ke kepalanya supaya dia diam."

"Isabella!" James berseru, membuat Isabella mengangkat sebelah alisnya. Lelaki paruh baya itu menggeram, sementara diam-diam Alec hanya tersenyum mendukung apa yang baru saja adiknya katakan. Satu lagi keajaiban. Tidak biasanya Alec dan Isabella sependapat dan akur akan satu hal. "Manusia botak yang kau sebut itu adalah Tiberius York, dan dia adalah salah satu anggota dewan istana. Kau tidak boleh bersikap seperti itu padanya."

"Whatever." dengus Isabella.

"Dad, bukankah itu bukan masalah besar?" Alec menyela, matanya yang biru menatap mata James yang sewarna dengan matanya. "Anna sama sekali tidak bersalah. Aku mengenalnya, dan dia bukan tipikal gadis penjilat yang akan memanfaatkan situasi untuk mencuri. Apakah Lord York melihatnya jelas-jelas tengah mencuri? Mungkin dia hanya penasaran akan sesuatu, dan hal itu bukanlah hal yang mengherankan sebab dia tidak berasal dari kalangan seperti kita. Dia juga orang baru di Lyra."

"Alec, bagaimana bisa kau tahu sebanyak itu tentang dirinya?" Julia menyela, menyipitkan matanya dan menatap pada putera semata wayangnya. Alec dan Isabella berdecak bersamaan.

"Tentu saja karena dia adalah temanku." jawab Alec. "Sejujurnya aku dan Isabella menganggapnya seperti adik kami sendiri. Bukankah itu masuk akal, Mom? Maksudku, jelas sekali dia seperti kepingan puzzle yang hilang dari kotaknya. Jika Dad membawanya ke istana dan mengumumkan bahwa dia adalah puteri yang hilang, aku berani taruhan mereka akan percaya. Dia punya penampilan fisik yang mirip dengan kita semua—kita semua. Bukan sepertiku yang dominan mirip Dad atau Isabella yang merupakan duplikat dirimu di masa muda. Dia punya mata biru sepertiku, rambut cokelat seperti Isabella, minat yang besar pada seni sepertiku dan Dad, namun di sisi lain dia begitu berani dan kekanakan seperti Isabella. Dia juga memiliki senyum secerah matahari dan kebaikan hati yang sama seperti Mom. Bukankah itu aneh?"

Wajah James dan Julia berubah sedikit. Julia menunduk, entah bagaimana tidak tahu apa yang harus dia katakan pada Alec dan Isabella, namun dengan cerdas James berdehem pelan. "Tidak masuk akal, tentu saja. Semua orang tahu aku dan Ibumu hanya memiliki dua anak. Kau dan Isabella. Tidak ada lagi yang lain."

Blue Daffodil (by Renita Nozaria)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang