🐟 15 🐟

4.2K 493 67
                                    

Veranda meminta Jinan untuk menginap dirumahnya agar bisa menemani Shani. Setidaknya anaknya itu tidak diam saja di rumah dengan terus mengurung diri di kamarnya.

Ia takut jika Shani akan melakukan hal aneh-aneh saat sendirian.

"Shan, lo beneran nyuruh Cio buat nikahin si Anin-Anin itu?" Tanya Jinan saat mereka sedang sama-sama berbaring dan membelakangi satu sama lain

"Iyaa" Jawab Shani

"Tapi lo yakin kalau Angel bisa selamat? Kenapa lo bisa percaya sama Anin kalau dia bakal bantu lo buat nyelametin Angel setelah dia nikah sama Cio?" Tanya Jinan yang penasaran

Shani pun bangun dan duduk bersandar disusul oleh Jinan yang melakukan hal sama.

"Awalnya gue juga ragu dan ga percaya gitu aja. Tapi dia ngeyakinin gue dengan bilang kalau dia tau kapan Sean itu pergi dan kapan Sean balik ke rumah itu. Jadi dia bisa dengan mudah bawa Angel keluar, disana juga ga ada siapa-siapa selain Anin dan Sean" Ucap Shani lalu menatap Jinan disampingnya

Jinan pun tersenyum tipis kepada Shani. Ia sangat tau betapa sayangnya Shani kepada anaknya. Jinan juga tidak ingin jika sahabatnya ini mengulangi kesedihannya yang dulu.

Jinan bisa melihat kondisi Shani yang sekarang sama persis saat Shani kehilangan Angel dulu. Shani yang tidak banyak bicara, tidak bergairah menjalani kesehariannya, Shani yang tidak marah-marah kepadanya, dan Shani yang tidak terlihat ekspresif.

Kepribadian Shani hilang disaat Angel yang juga hilang. Jinan merasakan perbedaan itu. Shani menjadi sosok yang hangat kepada semua orang saat Angel ada dan di dekatnya. Tapi saat Shani kehilangan anak semata wayangnya itu Shani berubah menjadi sosok yang dingin dan emosional di waktu-waktu tertentu.

Jinan mengambil salah satu tangan Shani lalu menggenggam nya.

"Janji sama gue Shan, jangan nyakitin diri lo sendiri kayak dulu saat lo kehilangan Angel kayak gini. Lo pasti bisa melalui ini dan yakin kalau anak lo akan kembali lagi ke pelukan lo. Gue gamau ngeliat tangan lo yang penuh coret-coretan lagi" Ucap Jinan dengan sangat tulus

Jinan menyingkap lengan baju Shani yang menutupi pergelangan tangannya.

"Jangan ditambahin lagi ya Shan. Plis stop. You're strong. I am here for you.  Lo boleh cerita apapun ke gue, sebanyak apapun Shan gue siap dengerin. Jangan ngerasa sendirian dan jangan selalu nyalahin diri lo sendiri kalau apa yang terjadi itu salah lo" Ucap Jinan dengan mata berkaca-kaca menatap sahabatnya yang sudah menangis saat Jinan berbicara tadi

Jinan pun membawa Shani ke pelukannya dan menyandarkan kepala Shani di dadanya. Shani mencengkram erat ujung baju Jinan untuk menyalurkan rasa sakit dan sesak didadanya.

"Gue ga sekuat itu nan hikss.. hikss.. Semuanya hilang disaat gue kehilangan anak gue. Lo tau ga rasanya saat jiwa lo mati tapi raga lo masih hidup, itu yang gue rasain nan. Gabisa nannn, gue gabisa tanpa Angel. Kenapa, kenapa harus Angel yang selalu direbut dari gue? Belum lama nan, belum lama gue ngerasain kehadiran dia di hidup gue lagi tapi sekarang gue kehilangan dia lagi nan. Sakit nan, gue ga sanggup. Semua yang gua mau lakuin rasanya berat. Gue cuma mau dia, gue butuh dia, gue sayang sama anak gue lebih dari segalanya. Gue takut dia kenapa-napa, gue, gue gabisa ngebayangin kalau-"

"Heii, ssttt.. Jangan mikir macem-macem Shani. Dia ga akan nyerah gitu aja. Angel juga pasti mau ketemu lo lagi. Dia juga sayang sama bundanya lebih dari segalanya. Dia anak yang kuat Shan. Dia emang masih kecil dan manja, tapi lo tau kan gimana hidup dia sebelum ketemu lo? Dia kuat, gue yakin dia juga gamau ninggalin lo sendirian disini. Kita berdoa yaa" Ujar Jinan dengan mengusap-usap punggung Shani

Tangis Shani benar-benar pecah malam ini. Jinan yang mendengar tangisan Shani yang begitu lirih menyayat hati tak jarang ikut meneteskan air matanya juga. Shani pun tertidur di pelukan Jinan. Veranda sering bilang kepadanya kalau Shani akan tertidur jika ia lelah menangis. Sedih sekali rasanya melihat sahabat yang ia sayangi sangat terpuruk dan rapuh seperti ini.

DIA, BUNDAKU? [END]Where stories live. Discover now