🐟 33 🐟

3.7K 597 98
                                    

Setelah mendengar penuturan dari Sisca yang mengaku bahwa dirinya mengandung anak Cio, dengan menguatkan dirinya Shani beranjak untuk memanggil sang suami.

Baru saja ia memijakkan dua anak tangga rumahnya Cio ternyata sudah turun. Shani menatap kedua matanya lalu membuang pandangannya ke anak tangga dibelakang Cio

"Urus masalah kamu sama dia, besok aku ga akan tinggal di rumah ini lagi"

Setelah itu ia menoleh dan menatap Cio dengan dingin
"Kita cerai"

Ia melanjutkan langkahnya menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar.

Sedangkan Cio yang masih terkejut dengan ucapan Shani, tampak berpikir letak kesalahannya.

Lalu ia pun baru sadar ada Sisca yang duduk di sofa ruang tamu nya. Ia mendekati Sisca dengan wajah marahnya.

Cio menarik lengan Sisca untuk berdiri "Mau apa kamu kesini?" Ucap Cio tepat di depan wajah Sisca

Sisca menghempaskan tangan Cio yang mencengkram lengannya
"Aku hamil Cio, kamu harus tanggung jawab dan nikahin aku!"

Cio menatap Sisca dengan tatapan elang dan mencengkram sebelah bahunya.

"Hamil? Aku selalu peringati kamu ya Sis, kita memang sering berhubungan tapi aku nyuruh kamu untuk minum obat itu supaya kamu ga hamil anak aku. Aku cuma mau memiliki keturunan dari istri aku, Shani. Aku mau kamu gugurin dia"

Mendengar ucapan Cio membuat Sisca murka lalu mendorong dada Cio.

"Kamu gila ya! Dia ga bersalah apa-apa. Itu sama aja kamu ngebunuh anak kita, Cio"

"Anak kita? Apa maksud kalian?"

Atensi keduanya teralihkan kepada seseorang yang berdiri di balik pintu rumah.

"Zee" Gumam Cio dengan menatap anaknya

Zee berjalan mendekati mereka berdua
"Dia siapa pah? Kenapa dia bilang anak kita? Maksudnya apa?"

Cio melirik Sisca dan kembali lagi menatap Zee.

Ia memegang kedua bahu anaknya
"Kamu tenang dulu ya Zee, papah bisa jelasin semuanya. Kamu pasti capek kan, kamu langsung ke kamar aja ya sayang"

Zee menyingkirkan kedua tangan Cio dari pundaknya.

Lalu ia berdiri menghadap Sisca
"Maksud tante apa ngomong kayak tadi? T-tante hamil anak papah?" Tanya Zee dengan suara parau

Dengan menunduk Sisca menganggukkan kepalanya pelan.

Zee menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengusap kasar air matanya.

Ia pun berlalu ke lantai atas begitu saja meninggalkan mereka berdua.

"Sebaiknya kamu pergi Sisca sebelum amarah saya kembali meluap. Saya tidak akan pernah mengakui anak itu adalah anak saya"

Sisca mengepalkan tangannya kuat lalu dengan penuh emosi ia menampar pipi Cio dengan sangat kencang.

PLAAKK

Wajah Cio menoleh ke samping dan ia memegangi pipinya yang terasa panas.

"Brengsek kamu Cio" Geram Sisca dan langsung mengambil tasnya lalu pergi dari rumah Cio

Zee yang mengkhawatirkan bundanya setelah mendengar apa yang terjadi langsung mengecek di kamar Christy. Ia yakin jika bundanya ada disana.

Terdengar isak tangis yang meraung-raung di telinganya. Bundanya itu menangis dengan terduduk di samping kasur sambil memeluk boneka ikan milik Christy.

DIA, BUNDAKU? [END]Where stories live. Discover now