Sarajevo

446 64 15
                                    

Agustus, 2022

Hawa menunduk agar tatapannya bisa sejajar dengan Jati, lalu mulai berbicara, "Sayang, maaf ya Jati main lego sendiri dulu ya. Mommy mau masak, oke ?" sore ini, Hawa tidak bisa main dengan Jati seperti biasa, karena ingin membuatkan pepes udang tahu untuk Circa, mahasiswi S1 di Leiden University yang jadi salah satu pengikut lamanya di instagram, sekaligus customer terloyal sejak Hawa buka orderan makanan Indonesia.

Circa sesekali juga berkeluh kesah pada Hawa melalui pesan instagram tiap ada masalah, beberapa hari lalu gadis itu mengaku baru putus dari kekasihnya, patah hati berujung malas makan, tidak enak badan, kangen rumah di Indonesia dan masakan rumahan yang dibuat sang mama. Hawa tentu bersimpati dan coba menawarkan beberapa menu masakannya agar Circa kembali semangat serta sehat menjalani hari - hari di tanah rantau, 11.000-an km jauhnya dari Indonesia.

Gadis itu awalnya sungkan, hanya bisa berterima kasih puluhan kali, namun akhirnya sungguh - sungguh berjanji untuk datang langsung menjemput makanan istimewa yang dibuat Hawa, meski harus menempuh perjalanan kereta satu jam lamanya dari Leiden menuju Oss, dimana rumah keluarga kecil Hawa berada.

"Berapa lama Mommy ?" respon Jati dengan sorot mata serius yang mirip Adam saat sedang bekerja. Hawa mengelus pipi Jati gemas, merasa makin lucu saat bocah lelakinya justru berusaha menghindar. Hawa mengambil ponsel, menghubungkan dengan speaker bluetooth untuk kemudian memutar PDB Podcast, episode Religious Roundtable yang belum sempat ia dengarkan.

"Sampai om - om ini berhenti bicara ya sayang," jelasnya singkat.

Jati mengangguk tanpa banyak bertanya, ia pergi menyeret kotak mainan berisi lego lalu menumpahkannya di lantai dapur. Anak itu tetap ingin main di sekitar Mommynya. Tantangan baru buat Hawa, karena selain masak dan menyerap isi podcast perbandingan agama, rupanya perempuan itu juga harus selalu siaga menimpali setiap pertanyaan dan pernyataan Jati.

"Mommy, are you happy to be Mommy ?"

Hawa tersentak dengan ucapan Jati, tangannya terhenti sebentar saat membersihkan udang. "Yes of course. Kenapa Jati tanya begitu ?"

"Ayah mungkin nggak happy jadi ayah," komentar Jati.

DEG, kenapa anaknya bisa berpikir demikian ? Hawa mencoba tenang saat menanggapi. "Jati pernah tanya ke ayah ? ayah bilang nggak happy ?"

Bocah lelaki itu menggeleng, lalu mendengus kesal persis seperti Adam saat sedang pusing dengan pekerjaannya. "Ya Allahhhhh," teriak Jati tiba - tiba.

"Kenapa nak ?" Hawa menoleh kaget mendapati muka anaknya yang tertekuk. Alisnya mengkerut ke dalam, bibirnya juga ia katupkan rapat.

"Ayah suka gitu di depan laptop," terang Jati yang sedang memeragakan raut muka Adam.

Hawa menahan tawanya sekuat tenaga, "Jadi karena itu, menurut Jati ayah nggak happy ?"

"Ehem," jawabnya pelan. Akhir - akhir ini Hawa merasa Jati lebih peka dan perhatian pada setiap detail kecil tentang dirinya ataupun Adam. "Jati, nanti tanya sendiri ya ke ayah."

"Oke." jawabnya pelan, masih sambil menyusun balok - balok itu menjadi gedung tinggi.

Hawa jadi penasaran, apakah anaknya ingin menyampaikan sesuatu yang lain ? "Jati takut kalau ayah begitu ?"

"No, but I'm sad."

Hawa selesai dengan persiapan bahan, dari tadi ia juga tidak sepenuhnya menyimak podcast debat Islam vs Kristen yang malah terdengar seperti Islam vs Liberalisme dan Sekularisme karena Robert dan Rachid sebagai dua narasumber yang mewakili Kristen, tidak punya argumen konsisten soal Kristianitas.

SETARAWhere stories live. Discover now