Thai Spa Nirvana, Stadhouderskade

623 75 23
                                    

November, 2020

Dua puluh lima tahun lalu, perempuan cantik bernama Bidadari Hawa lahir ke dunia. Saat itu Adam masih ada di perut bundanya, sebulan kemudian baru ia menyusul lahir. Sejak saat itu mereka selalu disandingkan berdua. Setiap buku yang dibaca Adam, harus dibaca Hawa. Semua makanan yang dimakannya, harus dibagi dengan Hawa. Semua pakaian yang dibelikan orang tuanya selalu disesuaikan dengan warna baju yang diinginkan Hawa. Total, ada dua puluh dua tahun dengan 8.035 hari yang diingat Adam, telah dilaluinya dengan perempuan bermata jernih itu. Tidak ada kata bosan atau jenuh, setiap hari adalah pengetahuan baru. Sekalipun sudah ribuan hari mereka bercengkerama, tidur bersama satu ranjang, mandi bersama, makan bersama, sampai punya anak bersama, selalu ada hal baru yang dikenali satu sama lain.

"Jam berapa ?" tanya Hawa begitu membuka mata. Perempuan itu heran, mendapati wajah serius Adam yang sedang memandanginya.

"Jam satu, barakAllah sayang. Dua puluh lima tahun kamu sama aku, semoga Allah jaga kamu buat aku sampai akhirat. Kamu belum suci ya ? aku sholat sendiri yaa."

Hawa masih setengah sadar, baru perlahan mengingat bahwa hari ini ia ulang tahun. "Jati oke ? bangun berapa kali malam ini ?"

Respons otomatis Hawa saat membuka mata, yang langsung mengingat keadaan anaknya, menggetarkan hati Adam. Ia mencium kening istrinya, "Mom, maaf ya aku makin sibuk dan nggak bisa bantu kamu lebih sering buat ngurus Jati, ngurus rumah, ngurus hati kamu. Are you okay ? sejak kepala dua, kamu udah nggak pernah lagi ngelampiasin emosi kamu semeledak dulu, kamu nahan itu semua. Aku bangga kamu udah sampai di titik ini, tapi sebenernya it's oke Mom kalau kamu mau ngeluh capek. Kamu boleh marah, nangis di depanku kayak dulu."

Hawa tertawa dan menenggelamkan diri ke pelukan Adam. "Kamu punya dua orang bayi dong kalau gitu ? i'm okay kok sayang. Kadang capek banget, pengen tidur aja seharian. Tapi jadi istri dan ibu nggak pernah bikin aku nyesel kok. Walaupun aku nggak bisa jalan - jalan lagi kayak dulu, motret, ke museum, nge-sketch, ngobrol sama kamu karena sering kamu tinggal tidur."

"Sebenernya bisa Wa, kalau akunya nggak berengsek. Sorry ya Mom."

Hawa melepaskan pelukan, menatap Adam dan berkata sungguh - sungguh. "Aku udah maafin kamu, now better you pray to Allah. Sholat, mohon ampun dan minta petunjuk biar bisa lebih baik jadi imam keluarga. Sekarang tuh, aku lebih suka ngeluhnya ke Allah langsung kalau ada masalah. Lihat hasilnya, kamu langsung ditegur dan introspeksi sendiri. Semoga nggak cuma karna hari ini aku ulang tahun ya, kamu jadi sadar. Besok lupa dan sibuk lagi."

"Alhamdulillah, Robbi auzi'nii an asykura ni'matakal-lati an'amta 'alayya wa 'alaa waalidayya wa an a'mala shalihan tardhahu wa adkhilni birahmatika fii 'ibaadikash shaalihiin." Adam melantunkan doa syukur. Bersyukur karena Hawa lahir ke dunia ini ditakdirkan untuk hidup bersamanya, bersyukur dengan keadaan mereka sejauh ini. Bersyukur dengan semua sikap dan cinta Hawa untuknya.

"Amiiin ya rabbal a'lamin. Alhamdulillah, makasih ya Dam buat semuanya dan ke depannya."

***

Setelah sholat subuh, Hawa sudah bersiap turun ke dapur untuk mulai masak sarapan. Sang suami tiba - tiba mencegahnya dan memintanya santai saja di kasur. "Kamu nonton aja, atau baca, atau mau tidur lagi juga nggak masalah. Aku aja yang kerjain semua urusan rumah hari ini, jagain Jati juga."

"Nggak usah berlebihan deh, kamu kerja aja."

"Ya sambil kerja. Nih aku bawa Ipad nanti buat baca - baca email, sambil ngaduk sayur."

"Tu kan maksain banget. Udah deh, nggak usah sok baik perhatian gitu. Natural aja yang kayak biasa. Hari ini itu nggak ada bedanya kayak hari - hari biasanya."

SETARAWhere stories live. Discover now