Efteling

850 87 29
                                    

Desember, 2017

"Love looks not with the eyes, but with the mind." Quotes dari Belle, putri dongeng yang paling disukai Hawa. Dulu Adam kecil selalu melarangnya menonton film - film dongeng saat hari minggu, "Wa, nonton itu cuma bikin kamu ngayal, bikin kamu makin manja. Emangnya peer kamu bakal selesai gitu aja ?"

"Nggak asik, udah sana belajar aja sendiri. Nggak usah gangguin aku nonton. Kamu juga nggak pernah aku ganggu kalau lagi main games," omel Hawa.

"Aku main games kalau peerku udah selesai, kamu kan nggak."

Hawa diam, makin membesarkan volume televisi untuk menenggelamkan suara - suara protes Adam. "Wa, nggak ada monster yang berubah jadi pangeran di dunia nyata, apalagi ibu peri yang bisa bantu kamu ngerjain peer. Bahasa Indonesia mesti nulis karangan dua lembar folio penuh, matematika ngerjain bab 1 sampai bab 3, ips harus gambar peta, senin dikumpulin semua. Kamu belum ngapa - ngapain, dari pagi cuma di depan TV. Wa, denger nggak sih ? kamu mau dihukum hari senin kalau nggak selesai ?"

Hawa berteriak kesal, mematikan televisi, menendang kaki Adam berkali - kali sebelum mendorong bocah lelaki itu keluar rumahnya. Meski begitu, saat sore hari sepulang mengaji, Adam lah yang membantu gadis itu menyelesaikan semuanya, sampai tengah malam. Sampai mereka berdua tertidur di ruang tengah dengan buku - buku terbuka yang mengelilingi keduanya.

***

Kini, Adam justru yang sering mengajak Hawa berkunjung ke Efteling, taman bermain yang bertema dongeng di Kaatsheuvel, tak sampai satu jam dari central station Amsterdam. "Buat bayar masa kecil kamu yang dulu aku gangguin Wa," ujar Adam setiap kali Hawa mengeluh Efteling lagi Efteling lagi. Tapi taman itu memang memikat dan jadi satu kebanggaan warga Belanda, Hawa sendiri sejujurnya lebih suka ke sana dibanding Disneyland di Negara manapun.

Ada Sprookjesbos, hutan ajaib dengan diorama dua puluh tujuh cerita. Kastil putri salju, kampung kurcaci, lange neck, little mermaid, rapunzel, dan banyak lainnya. Ada arena seluncur es super cantik, khusus saat winter, dimana pohon - pohon sekitar juga penuh dekorasi lampu natal. Ada pula Ruigrijk, kawasan menegangkan karena berbagai koleksi rollercoasternya. Baron 1898, Python, De Vliegende Hollander, dan Joris en de Draak. Favorit Adam Hawa jatuh ke Baron 1898, yang bisa membawa mereka terjun bebas dengan kecepatan 90km/jam.

Selama antri menunggu naik Baron 1989, Adam biasanya mengajak Hawa mengobrol hal random yang cukup mendalam, seperti sekarang. "Wa, apa yang paling kamu takuti tiga tahun lalu ?" tanya Adam tiba - tiba.

Hawa memandang ke langit gelap di atasnya, "Hmm, tiga tahun lalu itu berarti kita masih kuliah ya. Takut nggak bisa beli makan. Soalnya aku careless banget kan anaknya. Duit jatah bulanan sering kepake buat hal - hal yang harusnya nggak ada, kayak bayar denda buku ke perpus kampus karena lupa balikin, terus sering banget salah fotokopi atau print tugas, jadinya harus bayar lebih. Mangkanya dulu aku rajin ikut seminar atau jadi panitia - panitia acara kampus biar dapet nasi bungkus atau minimal roti konsumsi."

Adam tertawa hangat membayangkan kehidupan rantau istrinya dulu di Bandung. Momen pertama kali mereka berjauhan, setelah bertahun - tahun selalu bersama. "Gantian, kalau kamu apa ?" tanya Hawa.

"Aku kayaknya paling takut kalau nggak lulus deh, karena dulu jarang belajar, malah sibuk ngerjain proyekan programming."

"Sombong terselubung. Iyaa iyaaaa. Percaya kok kalau kamu otaknya encer yang, sistem kebut semalam aja tetep bisa ngikutin lessons. Padahal ambil Bachelor of Design in Architecture di Aussie."

Adam membalas sindiran Hawa dengan tatapan datarnya. "Oke oke, sekarang aku yang nanya yaa. Sebutin satu sikap yang paling kurang dari kamu, dan nggak pengen anak kita nanti niruin itu ?" selidik Hawa.

SETARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang