II14II

55.5K 1.8K 2
                                    

Kevanno meletakkan nampan itu di atas meja. Kemudian mencuci piring bekas makan Violyn dan bekas masakannya tadi. Semenjak tinggal di apartement, Kevanno melakukan apapun sendiri. Bahkan untuk membersihkan apartemennya ia pun melakukannya sendiri. Setelah selesai mencuci piring Kevanno mencuci tangannya dan berniat kembali ke kamar.

Hari ini ia memutuskan untuk tidak pergi ke kantornya. Ia takut meninggalkan Violyn sendiri dalam keadaan seperti itu .Baru saja akan masuk ke kamar, tiba-tiba ia mendengar suara orang memanggilnya. Terpaksa ia harus pergi melihat siapa yang datang pagi-pagi. Tidak mungkin giana, pikirnya. Giana akan mengantar Alvaro siang nanti.

Cklek

Pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya yang menggendong seorang bocah laki-laki yang masih menggunakan baju tidur dengan mobil mainan di tangannya.

"Lama banget! mama udah nungguin dari tadi tau gak"

Kevanno terdiam di depan pintu melihat siapa yang datang. Ia menghela napas lalu tersenyum paksa. "Kok cepet banget ma?"

Ya, wanita paruh baya itu adalah Giana. Giana menatap sinis putranya itu. "Kamu gak suka?!"

"Bukan gitu ma, kan mama bilangnya nanti siang" Ucap Kevanno lembut dan sabar. tentu ia tidak berani bersikap dingin pada ibunda tercintanya.

"Alasan aja kamu! mama mau arisan. jadi hari ini sampai besok Alvaro sama kamu. Bella juga akan kemari setelah pulang sekolah" jelas Giana yang mau tak mau diangguki Kevanno. Berbeda dengan hati pria itu yang menahan kesal.

"kenapa dua bocah ingusan itu harus kemari? aku jadi harus berbagi violyn dengan mereka! sialan! bagaimana aku bisa berduaan dengan Violyn?"

Giana memberikan Alvaro kepada Kevanno. Lalu berbisik pada putranya itu, "Buat Al semakin dekat dengan Vio, dengan Begitu kamu akan mendapatkan Vio"

Kevanno mendatarkan wajahnya mendengar saran Giana. Kenapa mamanya ini sangat antusias jika menyangkut hal seperti ini.

"Mama pamit! jangan lupa saran mama" Giana tersenyum dan Kevanno mencium tangannya. Lalu ia pergi dengan diantar kevanno sampai di depan pintu atas permintaan wanita itu.

Setelah mengenatarkan Giana dan memastikan wanita itu menaiki mobil, Barulah Kevanno masuk ke dalam Apartement sambil menggendong Alvaro. Ia membawa Alvaro ke kamarnya. Saat pintu terbuka, terlihatlah Violyn asik menonton.

"Eheem"

Violyn yang tersadar jika ada orang lain di kamar selain dirinya terkejut mendapati Kevanno yang menggendong Alvaro.

"Nda..bunda" Panggil Alvaro yang mengadahkan tangannya meminta di gendong.

Violyn dengan senang hati membalas uluran Tangan Alvaro. Violyn pun mematikan Filmnya dan dan bangkit dari kasur lalu mendekat ke arah Kevanno untuk mengambil Alvaro, namun pria itu mencegahnya.

"Jangan ya sayang, Bunda kamu lagi sakit. Liat tangannya tuh" Tunjuk Kevanno pada Lengan Violyn yang membuat Alvaro menatap polos Violyn.

"Bunda sakit?" Tanya Alvaro sambil memiringkan kepalanya.

Violyn menggeleng menjawab pertanyaan polos itu. Ia tersenyum gemas melihat Alvaro yang masih memakai baju tidurnya. " Nggak dong. Sini sama bunda"

Violyn mengambil Alvaro dari gendongan Kevanno dan berbisik pelan di telinga pria itu, "Aku gak papa om"

Kevanno pun memberikan Alvaro kepada Violyn. Terlihat bocah laki-laki sangat manja pada Violyn yang membuat Kevanno mendengus kesal. Alvaro pasti akan memonopoli Violyn, pikirnya.

Violyn membawa Alvaro ke kasur. " Al Udah mandi heem?"

Alvaro menggeleng polos sambil memainkan Mobilannya. "Kata oma, mandinya sama bunda"

"Oke, kalau gitu bentar lagi kita mandi ya" Ucap Violyn mengelus kepala Alvaro yang dibalas anggukan oleh bocah laki-laki itu.

Kevanno tersenyum tipis melihat interaksi keduanya. Ia ikut bergabung dengan mereka dan duduk di kasur. Ia ikut bermain bersama Alvaro dan juga Violyn. Terkadang Kevanno melihat ke arah Violyn, lebih tepatnya lengan gadis itu. Takut jika lengannya tersenggol sesuatu. Sungguh, Kevanno benar-benar merasa seperti suami yang menjaga istrinya. Tidak di pungkiri jauh di relung hatinya, ia merasa senang saat ini.

Beberapa menit bermain, Violyn mengajak Alvaro untuk mandi. Dengan senang hati bocah laki-laki itu menuruti violyn. Bahkan kevanno yang melihatnya pun merasa heran. Biasanya Bocah laki-laki itu akan merengek dan harus di iming-imingi sesuatu agar mau mandi. Tapi sekarang? Dengan mudahnya ia mengangguk ketika Violyn yang mengajaknya.

"Kamu benar-benar membawa perubahan besar Violyn" Gumam Kevanno melihat Violyn dan Alvaro yang masuk ke dalam kamar mandi.

Kevanno bangkit dari kasur dan berjalan menuju balkon kamarnya. Memandang pemandangan kota di pagi hari sembari menghidupkan sebatang rokok lalu menghisapnya.

Tiba-tiba Hp di sakunya berbunyi menandakan Ada yang meneleponnya. Kevanno pun mengambil Hpnya. Bibirnya tersenyum miring ketika melihat nama yang tertera di layar tersebut.

"Ada apa?"

"Perintah tuan sudah kami laksanakan!"

Kevanno tersenyum lebar mendengar laporan itu, "Bagus. lanjutkan tugas kalian"

" baik tuan"

TUT

Panggilan itu terputus. Kevanno kembali menyimpan Hpnya ke dalam saku celananya. Bibirnya kembali menyeringai, "Ini pelajaran kecil untukmu tuan Marcell Allison! Setelah ini aku tidak akan membiarkanmu melibatkan Gadisku lagi!"

~0~

Terima kasih sudah membaca...

Follow akun wp aku ya.. @puutrh_
Jangan lupa Follow ig aku jugaa... @puutrh_

My Roomate is Duda √ [END] [TERBIT]Where stories live. Discover now