II19II

50.1K 1.7K 3
                                    

𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓜𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪

~0~

Violyn yang baru masuk dikejutkan dengan tangisan Alvaro yang memenuhi seisi Mansion. Bella dan Giana terlihat berusaha menenangkan bocah laki-laki itu. Tapi sayang Alvaro tetap menangis sekencang mungkin.

"Ada apa ini?" Pertanyaan Violyn mengundang tatapan lega semua orang.

Giana langsung memberikan Alvaro yang menangis pada Violyn. Bocah laki-laki itu langsung memeluk leher Vio dan menyenderkan kepalanya di bahu Vio.

"Kenapa?" Tanya Vio tanpa suara. Mereka yang ditanya hanya mengedikkan bahu acuh pertanda tidak tahu.

Violyn menimang-nimang Alvaro sambil mengelus punggungnya lembut. Setelah dirasa tenang, Vio membawa Alvaro duduk di sofa diikuti yang lain.

"Anak gantengnya bunda kenapa nangis heem?" Alvaro menatap Violyn dengan mata berkaca-kaca.

"Bunda pergi gak bilang-bilang sama al, Al kan nyariin bunda"

Violyn yang merasa gemas menjawil hidung Alvaro dan mencium pipi gembulnya. "Maaf ya sayang. Bunda tadi ada urusan. Lagian kamunya tadi tidur loh, makanya gak bilang sama kamu"

Bocah laki-laki itu menggeleng pelan, "Al marah sama bunda!" Wajah cemberutnya membuat Violyn menahan gemas untuk tidak mencium pipi gembul itu.

Sementara ketiga orang lainnya menatap interaksi itu dengan tersenyum. Apalagi Giana dan Bella yang sangat terliat antusias melihat keduanya.

"Maafin dong bundanya, masa kamu marah sih sama bunda. Nanti kalau bunda pergi gimana?" Ucap Bella bergabung dengan percakapan keduanya.

Mendengar ucapan Bella, mata Alvaro kembali berkaca-kaca bersiap akan menangis. Hal itu membuat Bella ditatap tajam Giana dan Violyn.

"Al maafin bunda. jangan pergi ya bunda...Al gak mau sendiri lagi" Alvaro langsung memeluk violyn erat seakan tak ingin melepaskan bundanya itu.

"Ngga akan ada yang pergi sayang, bunda bakal tetep sama al disini"

"Nggak tau kalau nanti" Tentu saja hal itu Violyn ucapkan dalam hati. Jika Al mendnegarnya sudah dipastikan bocah itu akan menangis lagi.

"Promise?"

Violyn yang ditatap polos oleh Al tersenyum, "Promise"

Setelah itu Alvaro kembali menjatuhkan kepalanya ke bahu Violyn dan memeluknya.

"Untung kamu pulang Vi, kalau nggak...nggak tau deh kapan ni bocah berhenti nangis" Keluh Giana.

"Hooh..untung bunda udah pulang" Sambung Bella yang mendapat pelototan tajam dari Violyn.

"Loh..udah manggil bunda toh? " tanya Giana pada Bella.

Dengan bangga Bella mengangguk yang membuat Giana tersenyum senang mendengarnya. Bella tersenyum mengejek ke arah Violyn, Ia tahu Violyn tidak akan bisa membalasnya lantaran ada Al yang memeluknya.

"Oiya bun, papa mana? Bukannya bunda sama papa?" Tanya Bella tersenyum. Namun untuk Violyn senyum itu adalah senyum paling menyebalkan.

"Nggak tau!" Ketus Violyn memalingkan wajahnya kesal.

"Jangan marah-marah bun, nanti cepet tua loh"

"Diem atau gue lakban mulut lo" Ancam Violyn pelan.

"Apa? bunda sayang aku? ck..aku juga sayang sama bunda kok.."

Violyn yang lelah dengan Bella memutuskan untuk diam daripada meladeni sahabatnya itu. IA lebih memilih mengelus-ngelus punggung Alvaro agar bocah itu semakin nyenyak.

"Oiya bun, ntar kalau buat adik untuk aku, usahain cowok lagi ya...biar kita gak ada saingannya" ujar Bella semakin gencar menggoda Violyn.

Giana yang melihatnya pun ikut tertawa, "Jangan dong bell, oma kan mau cucu perempuan"

Wajah Violyn semakin masam mendengarnya. Apa-apan mereka? Kenapa jadi bahas anak sih?!

"Udah-udah..kasian Violyn..liat mukanya udah kesel gitu" Giana menyuruh Bella menghentikan semuanya. namun gadis itu malah acuh dan tidak peduli.

Tidak jauh dari mereka terlihat Kevanno berjalan mendekati mereka. Violyn yang melihatnya menatap sinis pria itu yang dibalas senyuman tipis. Kevanno mengambil duduk disebelah Violyn yang berdalih ingin mencium Al. Melihat Al yang terusik, Violyn menatap tajam ayah anak itu.

"Ck..jangan digangguin anaknya!"

Bukannya mendengar, Kevanno malah semakin menciumi Alvaro membuat bocah laki-laki itu menggeliat tak nyaman.

"Jangan digangguin om..Al baru tidur!" Ucap Violyn sekali lagi.

Apakah Kevanno berhenti? Jawabannya adalah tidak. Bahkan Alvaro hampir saja terbangun dan menangis kembali.

"Om! Kan udah dibil--"

Cup

Bola mata Violyn hampir saja keluar mendapat serangan tiba-tiba. ia menoleh dan menatap tajam sang pelaku yang tersenyum menatapnya.

"Kalau saya gak boleh cium anak saya, Cium bundanya bolehkan?" Rasanya kepala Violyn sudah berasap mendengarnya. enteng sekali kevanno menciumnya di depan semua orang.

Sedangkan bella dan Gianna terdiam shock melihat Aksi kevanno yang terang-terangan.

"Ehem..hem..Grandma..aku baru inget kalau ada pr..aku ke kamar duluan yaa permisiii semuaa!" Bella berlari secepat kilat menuju tangga begitu pun dengan giana yang sudah berdiri di tempatnya.

"Hah..iya ..mama lupa mau masak buat papa..mama ke dpaur dulu yaa.." Giana pergi dari sana namun tiba-tiba ia berbalik, "Kalau mau dilanjutin gak papa, lanjutin aja tapi di kamar. Alvaro taruh aja di kamarnya" Setelahnya barulah ia benar-benar menuju dapur.

Wajah Violyn terlihat memerah malu karena hal itu. Gadis itu menundukkan wajahnya mengumpati Kevanno dalam hati.

"Mama benar..bagaimana jika kita melanjutkan di kamar heem?"

~0~

Terima kasih sudah membaca

~|~

Oke aku mau cerita dikit..
Sebenernya cerita ini tuh berasal dari chat story aku di noveltoon. Cuma ada beberapa tokoh, alur dan judulnya yang aku ubah.. Dari chat story aku buat ke novel biasa.. Karena disana udah tamat, makanya aku buat disini... Buat yang nanya judul komen dibawah😉

My Roomate is Duda √ [END] [TERBIT]Where stories live. Discover now