Part 23

1.1K 58 1
                                    

Hoekkk...hoekk..huekkk...

Arlian pagi ini sudah muntah berkali-kali dan sedari tadi ia bolak-balik ke kamar mandi. Setelah shubuh muntah, abis sarapan tadi juga muntah dan ini mau berangkat ke kantor juga muntah. Kini di kamar mandi Arlian masih terus memuntahkan isi perutnya, namun yang keluar hanya cairan bening saja. Dan itu membuat Arlian lemas dan mulutnya terasa pahit.

Oh iya, Arvi pagi pagi tadi sudah berangkat sekolah dan tidak sempat sarapan karena ia akan piket pagi.

Karin merasa kasihan melihat suaminya, ia terus memijat tengkuk suaminya sambil mengusap peluhnya.

"Kamu gak makan sembarangan kan mas waktu dikantor? Kenapa jadi muntah-muntah gini, kemarin kamu sempat muntah-muntah enggak? Atau baru kali ini?".Ucap Karin.

"Wak..tu pas baru sampe kantor yang, cuma gak separah sekarang, aku ju..ga gak ma..kan sembarangan".Ucap lemas Arlian.

"Udah ngerasa lega? Kerasa mau muntah lagi enggak?".Tanya Karin.

Arlian menggeleng lemas sambil menopang tubuhnya di westafel.

Karin pun membasuh mulut Arlian yang bekas muntah tanpa rasa jijik, kemudian Karin mengelapnya dengan tissue.

"Baring dulu yuk di kasur, gak usah masuk kantor hari ini, nanti aku yang bilang ke sekretaris kamu".Ucap Karin.

Arlian mengangguk menurut.

"Ayo aku bantu ke kasur".Ucap Karin lalu membantu Arlian berjalan ke arah kasur.

Karin pun langsung membantu Arlian berbaring lalu menyelimutinya.

"Aku panggil dokter ya mas? Kalau ke rumah sakit kayaknya gak mungkin soalnya kamu lagi lemes gini".Ucap Karin.

"Iya rin panggil dokter aja, tapi jangan si dokter dodolipet sok ganteng itu".Ucap Arlian.

"Dasar kamu , lagi sakit juga masih aja cemburuan sama pak dokter".Ucap Karin terkekeh.

"Pokoknya aku gak mau sama dokter jelek itu".Ucap Arlian.

"Iya..iya..enggak kok, aku bakal hubungin nya dokter pribadi keluarga sagara, kan mama pesen kalau aku atau kamu sakit bisa panggil beliau".Ucap Karin.

"Yaudah aku keluar dulu ya mas, kamu istirahat".Lanjut Karin.

Arlian mengangguk lalu mencoba memejamkan matanya untuk istirahat.

----------------------

"Kalau gitu saya pamit dulu ya mbak, semoga mas Arlian nya lekas membaik, jangan lupa saran saya untuk testpack dan periksa ke dokter obgyn".Ucap Dokter saat selesai memeriksa Arlian.

"Baik dok, maaf saya tidak bisa mengantar anda keluar".Ucap Karin.

"Gak apa apa mbak Karin, saya pamit dulu, permisi".Ucap Dokter.

Setelah itu Dokter langsung pergi keluar kamar Arlian Karin.

Namun, Karin termenung memikirkan ucapan dokter saat memeriksa Arlian tadi, pasalnya kata dokter kondisi Arlian lebih ke gejala yang menunjukan couvade syndrome.

Couvade Syndrome, atau kehamilan simpatik, adalah masalah yang terjadi pada pasangan pria dari wanita hamil yang mengalami gejala saat hamil. Memang, hal ini dapat membuat seorang pria mengalami gejala berupa sembelit, gas, kembung, mudah marah, mual, dan lainnya.

Apalagi mengingat sikap Arlian yang mendadak aneh akhir-akhir ini, seperti permintaan aneh nya kemarin yang menyebabkan sang adik ipar jadi korbannya.

"Apa iya aku hamil?".Batin Karin.

"Tunggu...tunggu...kenapa aku baru inget, datang bulan aku udah lewat jauh banget dari period biasanya, dan sampai detik ini aku belum datang bulan, astaga...kenapa sampai nggak ngeh sih".Ucap Karin sambil menepuk keningnya.

Arlian yang sedang istirahat di tempat tidur mendengar ucapan sang istri pun tersenyum tipis, ia berharap semoga harapannya terkabul.

"Sayang...sebenernya kemarin aku beli testpack kemarin, aku juga ngerasa aneh sama diri aku sendiri yang sampe pingin yang aneh-aneh, dan waktu muntah di kantor, sebelumnya juga selain Arvi...Handoyo juga jadi korban permintaan aneh aku, aku minta Handoyo buat jadi botak".Ucap Arlian.

Note : Karin sudah tau mengenai Handoyo.

"Tapi..aku takut nantinya kalau cek hasilnya gak sesuai harapan dan bakal kecewain kamu mas".Ucap lirih Karin.

"Shuttt gak apa-apa..kamu jangan khawatir, apapun hasilnya, aku pasti terima, jadi syukur, kalau enggak ya coba lagi, lagi pula kamu belum pernah cek kan selama ini?".Ucap Arlian.

Karin mengangguk,"Yaudah Karin mau coba mas, testpack nya mas taruh mana?".

"Mas taruh di tas yang, coba kamu cari disana, kalau gak salah di dalam kresek warna putih testpack nya".Ucap Arlian.

Karin langsung saja mencari barang yang di maksud, dan setelah ketemu ia langsung mencoba nya di kamar mandi.

15 menit kemudian...

Arlian pun mulai khawatir karena sang istri yang lama di kamar mandi dan tidak keluar-keluar.

Arlian bangkit dari tempat tidur, lalu berjalan ke arah kamar mandi yang ada di kamarnya dengan masih keadaan badan yang lemas.

Arlian langsung saja mengetuk pintu kamar mandi.

Tok...tok...tok...

"Sayang...kamu gak kenapa-kenapa kan? Kok lama banget di kamar mandi nya?".Ucap Arlian sedikit berteriak agar Karin mendengar.

Kemudian...

Ceklek

Karin pun keluar dari kamar mandi dengan air mata yang sudah bercucuran dan tangannya yang memegang testpack dengan gemetar.

"Mas...".Ucap lirih Karin.

Lalu Karin tiba-tiba langsung menerjang sang suami dengan sebuah pelukan.

"Mas...hiks kamu bakal jadi ayah..kamu bakal jadi ayah mas".Ucap Karin sambil menangis.

"Sayang...kamu?".Ucap Arlian.

Karin melepas pelukan mereka lalu menyerahkan testpack pada Arlian.

Arlian meraih dan melihat hasil testpack tersebut.

Dua Garis...

Itu berarti...

Positif...

"I..ni be..neran kamu tekdung?".Tanya Arlian gugup sekaligus tidak percaya karena harapannya terkabul, matanya pun sudah berkaca-kaca.

Karin mengangguk lalu kembali memeluk,"Iya...tapi kenapa bahasanya harus tekdung coba, kaya gak ada kata yang lain".

Arlian terkekeh lalu membalas pelukan Karin sambil menggenggam erat testpack tersebut,"Gak apa-apa biar beda dari yang lain wkwk".

"Makasih...aku bahagia banget".Ucap Arlian.

"Sama-sama...ini semua anugerah dari Yang Maha Kuasa, kita jangan lupa untuk berterima kasih dan bersyukur pada-NYA".Ucap Karin.

"Tentu sayang...,siang ini kita ke dokter kandungan ya? buat cek keadaan kamu".Ucap Arlian.

"Iya mas".Ucap Karin.

"I Love You istriku".Ucap Arlian.

"I Love You too suamiku".Ucap Karin.

TRANSMIGRASI ARLIANWhere stories live. Discover now