#10

405 36 2
                                    

Rafel dan Faiz mengkhawatirkan keadaan (Y/n) karena terakhir kali (Y/n) bersama mereka saat di ruangan mereka ditembak.

"Haduhh bang gimana nih?!!" Ujar Faiz dengan panik nan juga kebingungan, tak mengetahui dimana adik terkecil mereka berada sekarang.

"Gua ngerasa takut kalau mereka bakalan ngelakuin sesuatu, gua mau cari (Y/n) tapi kondisi gua sekarang juga ga mendukung.." Balas Rafel dengan khawatir diiringi rasa takut yang kini mulai menyelimuti benaknya. Mereka berdua hanya menatap khawatir ke arah pintu ruangan mereka dan berharap bahwa adik mereka akan baik baik saja.

Namun takdir berkata lain, keadaan (Y/n) yang Rafel takutkan sekarang adalah sebuah kenyataan dan benar benar terjadi. Azre masuk ke ruangan (Y/n) dan melihat gadis itu dengan keadaan masih terborgol nan wajahnya yang mulai memucat.

Suara pintu terbuka, (Y/n) yang awalnya melihat ke arah jendela kini langsung melihat ke arah suara pintu tadi, disanalah ia melihat pria dengan surai biru perlahan mulai menutup pintu di belakangnya dan berjalan perlahan mendekati dirinya.

"MMHH MMHHH MMMMHH!!" Berontak (Y/n) dengan sekuat tenaga, entah sudah berapa kali ia mencoba untuk melepaskan dirinya namun hanya dibuat semakin kesusahan karena pengikat leher dan juga borgol yang ada pada dirinya semakin kuat.

Azre hanya menatap (Y/n) sambil tersenyum dan juga melipat kedua tangannya, melihat (Y/n) yang masih berusaha untuk membebaskan dirinya. Dirinya hanya dibuat terkekeh pelan melihat aksi (Y/n) yang terlihat lucu di matanya.

Azre mengambil sebuah tali yang berada di saku jasnya lalu mengaitkannya ke pengikat leher (Y/n). (Y/n) yang melihat perbuatan aneh Azre hanya bisa menatap Azre dengan ekspresi bingung, takut, dan juga panik.

"Mari kita mulai.." Azre kemudian menguatkan sedikit tali yang terikat pada pengikat leher (Y/n) dan tersenyum menyeringai dari balik topengnya seraya menatap wajah (Y/n) yang terlihat panik.

"Apa yang akan dia lakukan padaku.." Jantung (Y/n) mulai berdebar kencang nan juga jari jemari kecilnya mulai bergemetar, apa yang akan Azre lakukan pada dirinya? pikir (Y/n) dengan wajah panik nan takutnya itu.

Azre kemudian mengangkat dagu (Y/n) untuk melihat dirinya, mata birunya menyala bak sebuah berlian yang menyinar terang tengah menatap mata gadis manis di depannya selama beberapa saat.

Tanpa basa basi, Azre langsung melepas lakban yang tertempel pada mulut (Y/n) dengan cepat dan dibalas rintihan kesakitan oleh (Y/n). Azre menggerakkan tangannya yang lain untuk mengangkat kepala (Y/n) sedikit ke atas dan kembali menatap wajah (Y/n) yang semakin panik nan takut.

"A-apa yang akan kau lakukan..? Kumohon jangan sakiti aku.." Lirih (Y/n) pelan sembari menatap Azre dengan tatapan takut dan hanya dibuat semakin panik. Tak ada balasan sama sekali dari Azre, (Y/n) hanya semakin dibuat ketakutan dan semakin panik.

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali mungkin Chloriz menyentuhmu seperti ini.." Azre mencondongkan dirinya ke depan, kemudian menarik dagu (Y/n) ke bawah dengan paksa dan dengan cepat memasukkan dua jarinya ke dalam mulut (Y/n).

Mata (Y/n) membulat dengan sempurna disaat dua jari milik Azre masuk dengan sangat dalam ke dalam mulutnya, ia langsung terbatuk dan itu hanya membuat Azre kembali senyum menyeringai.

"Hahahah.. Lucu sekali ekspresimu gadis kecil.." Azre semakin gencar memasukkan dua jarinya lebih dalam ke mulut (Y/n) dan membuat (Y/n) tersedak lagi. Setelah beberapa menit melakukan aksinya, Azre mengeluarkan dua jarinya dari dalam mulut (Y/n), terlihat sebuah cairan bening ikut terbawa keluar dari mulut (Y/n) dan membasahi sarung tangan kanan milik Azre.

"A-ah tolong hentikan! Kumohon jangan lakukan lagi!" Ujar (Y/n) bersamaan dengan air matanya yang mulai mengairi kedua pipinya, matanya memerah karena perbuatan yang Azre lakukan pada dirinya tadi.

Kehidupan bersama Mafia [TAMAT]Where stories live. Discover now