#7

338 40 7
                                    

"Aku.. aku tidak bisa.. anak anakku.." ucap Marvel dengan suara bergetar. Dia melepas kacamata yang ia pakai lalu meletakkannya di atas meja, kini ia menaruh tangannya pada dahinya.

"Tunggu.. kalau Azre bilang ini hanyalah pemanasan, berarti.."

Marvel berpikir sejenak, tatapannya sedikit terlihat kosong dan nampak seperti orang yang kebingungan. Matanya membulat dengan sempurna ketika ia menyadari sesuatu.

"FAIZ?! FAIZ PASTI MENJADI INCARAN SELANJUTNYA!!" Marvel dengan cepat membereskan semua barang barangnya dan bergegas pergi keluar dari ruangannya dengan perasaan yang telah tercampur aduk.

Marvel berlari ke arah parkiran dengan tergesa gesa tanpa memperdulikan tatapan orang orang di sekitarnya dan segera ia menaiki mobil. Ia mulai menyalakan mesin mobil miliknya dan mengemudikannya.

Mobil yang Marvel kemudikan melaju dengan kecepatan tinggi. Hanya satu yang ada dalam pikirannya sekarang, yaitu anak keduanya, Faiz.

"Faiz.. tunggu ayah sampai nak.."

Perjalanan dari tempat ia bekerja ke rumahnya memakan waktu selama 35 menit. Saat Marvel tiba di rumah, ia dengan segera keluar dari mobilnya, membanting pintu mobil dengan kuat lalu berlari masuk ke rumahnya.

Marvel melambankan gerakannya, kemudian langkahnya terhenti saat ia sampai di ruang tamu. Ia mengamati kondisi ruang tamu yang terlihat sangat berantakan.

Terlihat bercak darah di sofa dan lantai, barang barang yang berserakan dimana-mana serta beberapa buah peluru yang berada di lantai. Marvel mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, benteng pertahanan miliknya perlahan hancur berkeping keping. Ia perlahan berlutut, air mata kini mulai mengairi wajah Marvel yang tampan.

"Maafkan ayah nak.. ayah terlambat.." lirih Marvel.

Kembali ke Azre, Azre sedang dalam perjalanan menuju ke markasnya untuk melihat kondisi perusahaannya. Azre juga membawa Faiz yang berhasil ia culik.

Kondisi Faiz saat ini dalam keadaan pingsan dan juga terikat pada kedua pergelangan tangannya, serta terdapat beberapa noda darah di kain bajunya.

"Haa.. terkadang aku menyukai pekerjaanku ini.." Azre tertawa renyah seraya mengemudikan mobil yang ia kemudikan. Faiz perlahan membuka kedua matanya dan melihat dirinya yang tengah berada dalam mobil seseorang.

Faiz mengedarkan pandangannya ke pergelangan tangannya yang terikat menggunakan borgol nan mulutnya yang sudah tertempel oleh lakban. Dia perlahan merasakan nyeri dan juga sakit yang luar biasa di bahu sebelah kirinya.

"Duh.. bahu gua sakit banget.. tunggu, siapa orang ini?! kemana dia bakal ngebawa gua?!" batin Faiz dalam hatinya, bingung, panik, dan was was adalah perasaan yang Faiz rasakan saat ini.

Flashback dimulai.

Rumah yang biasanya dipenuhi dengan canda tawa juga suasana yang menyenangkan, perlahan mulai tergantikan oleh suasana mengerikan dan juga mencekam. Itulah yang tengah Faiz rasakan. Kedua saudaranya telah diculik oleh orang yang bahkan ia tidak kenal.

"Gua mau mulai darimana.. sedangkan gua sendiri gatau keberadaan bang Rafel sama (Y/n). Sialan orang orang itu, urusan mereka sama keluarga gua apaan!?" ucap Faiz seraya mencoba melacak keberadaan kedua saudaranya, kondisi rumahnya saat ini benar benar kacau. Rumah yang seharusnya terlihat bersih nan juga rapi, kini terlihat sangat berantakan, kemudian ia mendengar suara tembakan dari arah pintu rumahnya.

"S-siapa disana?!" Faiz dengan cepat beranjak dari duduknya dan bergegas pergi ke arah pintu tadi, ia membuka pintu tersebut dan menoleh ke arah kanan juga kiri.

Kehidupan bersama Mafia [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang