#8

355 43 12
                                    

"Gimana cara agar gua bisa ngebayar hutang ayah..?" tanya Rafel dengan ragu, bagaimana mungkin dirinya akan bisa membayar tagihan sebanyak itu. Apalagi ia baru saja menjadi Freelance Digital Artist, membayar tagihannya saja mungkin masih terasa sangat kurang.

Azre terkekeh pelan saat ia mengamati raut wajah Rafel yang terlihat sangat kebingungan. "Kau yakin anak muda?" tanyanya balik sembari mengetukkan kakinya ke lantai.

"Gua kaga yakin sih.. tapi.. gua harap gua bisa ngebayar itu." jawab Rafel dengan sedikit rasa tidak yakin dalam nadanya, walau begitu ia tetap memiliki tekad untuk setidaknya memberi apa yang seharusnya Azre dapatkan.

"Aku suka tekadmu, tetapi untuk seorang anak muda sepertimu saja tidak akan dapat membayar semuanya sekaligus. Kau pikirkan saja 800 ribu dollar." ujar Azre dengan nada sedikit meremehkan Rafel seraya memperbaiki topi hitam miliknya.

Rafel berdecih sedikit kesal saat ia mendengarkan Azre yang terkesan meremehkan dirinya. "Ck iya iya gua tau. Tapi pasti ada cara lain kan buat ganti itu semua selain uang?" tanyanya dengan serius sekarang.

"Sebenarnya ada, aku ada beberapa opsi lain." ucap Azre sembari menatap Rafel dengan serius.

Rafel yang awalnya terlihat tidak terlalu menanggapi ucapan Azre dengan serius kini ia dengan cepat menatap Azre dengan sangat serius. "Apa opsi lainnya?" ujarnya.

"Kematian, mengubah kepemilikan, dan satu lagi, bergabung bersamaku." jawab Azre sembari memperbaiki sarung tangannya dan menunggu jawaban Rafel.

"Bergabung? Apa maksudnya?!" batin Rafel keheranan sembari menundukkan kepalanya.

Azre melanjutkan pembicaraannya kembali tanpa memperdulikan Rafel yang terdiam. "Kalau kau ingin bergabung, siap siap saja kau lupa dengan keluargamu karena aku akan menghapus ingatanmu." ujarnya tegas.

"Hah?! Lu gila?! Sama aja lu mencuci otak orang kan?!" Seketika Rafel langsung menatap Azre dengan tatapan tak percaya, dia tak menyangka bahwa ada orang sekejam Azre di dunia ini.

"Ya, memang seperti itu. Sebetulnya masih ada opsi lain, akan kuberitahu di lain waktu saja." jawab Azre dengan serius.

"Apa maksud dia sebenernya?!" Rafel melihat Azre dengan sedikit kebencian dalam tatapannya.

Azre tertawa pelan saat ia menyadari tatapan Rafel yang seolah olah membenci dirinya. "Hahaha.. aku bercanda, aku tidak akan mungkin melakukan itu, tapi kalau kematian, aku tentu saja bisa melakukannya."

Rafel semakin menaruh rasa dendam dan hasrat kebenciannya kini kian meningkat, ia melihat Azre dengan tatapan benci. "Ck, lu nyiksa gua sama (Y/n), lu kurang puas apalagi hah?!" bentak Rafel dengan kencang.

"Tenanglah, aku tidak akan menyiksa kalian sementara.. atau mungkin nanti.. karena aku sudah mendapat mangsa baruku dan mungkin saat ini Chloriz sedang melakukan tugasnya.." Azre tersenyum licik seraya mengetukkan kakinya lagi ke lantai. "Dia adalah.. seseorang yang sangat mirip dengan ayahmu, hanya saja dia lebih keras kepala dibandingkan dirimu dan dia memakai kacamata merah."

Rafel terdiam sejenak saat ia mendengar ucapan Azre, seseorang yang mirip dengannya, berkacamata merah dan lebih keras kepala? Rafel berusaha menyambungkan hint yang Azre berikan, sesaat kemudian ia membelalakkan matanya dengan sempurna.

"H-HAH?! MAKSUD LU APAAN?! L-LU NYANDERA FAIZ?! LU APAIN DIA?!!" teriak Rafel dengan kencang, kedua mata Rafel perlahan memerah dan air mata mulai mengairi pipinya.

"Waw, pintar sekali. Hahahah.. yaa.. aku menyanderanya, mungkin saja Chloriz tengah menyiksanya.." tepat saat Azre selesai mengatakan itu, terdengar suara tembakan dari ruangan sebelah. Rafel langsung saja mencari arah suara tembakan tadi dan kembali menatap Azre dengan penuh kebencian.

Kehidupan bersama Mafia [TAMAT]Where stories live. Discover now