09. Tidur Bareng

34.7K 3K 249
                                    

Hi, Wellcome!

Seberapa antusias kalian nunggu next chap cerita ini? Jangan lupa tinggalkan jejak. Vote dan komen kalian sangat berharga untuk author. Tandai typo juga. Thank you!

Btw, karena udah lumayan lama aku nggak up. Chapter ini sedikit di panjangin. Terus aku Kayak ngerasa kurang puas aja gitu sama chapter ini. Nggak tau kenapa. Tapi semoga aja kalian suka ya.

Happy reading <3
Enjoy!

***

Chapter 9. Tidur bareng

Cuek, adalah kesan pertama yang sering Sagara dapatkan dari orang-orang yang baru mengenalnya. Ya, dia mengakui itu. Namun, cuek dalam hal berbicara. Sagara malas menanggapi ucapan yang menurutnya kurang penting, apalagi dengan orang yang belum benar-benar dekat dengannya. Tapi, jika sudah dekat dan berada di dalam rumah, Sagara akan menjadi sosok yang peka, perhatian, menyayangi keluarganya, dan tingkat rasa penduli yang semakin tinggi, meski dia jarang menunjukkannya secara terang-terangan.

Arumi yang merupakan ibu dari Sagara dan juga Syakira, mengirim pesan kalau Syakira berniat menginap di rumahnya. Membuat Sagara mendengkus saat membacanya. Syakira pasti akan menganggunya dengan Ziva. Terbukti, baru datang saja Syakira sudah menganggu acara kiss-kiss nya bersama Ziva. Mengingat itu membuat Sagara kembali merasa kesal. Seharusnya ia dan Ziva sudah berada di tahap yang... Ah, kalian pasti mengerti. Karena kedatangan Syakira yang tiba-tiba semuanya jadi gagal.

Sagara berdecak pelan melihat Syakira terus menempeli Ziva, sampai Ziva tidak ada waktu untuknya karena sibuk menemani Syakira. Seharusnya di malam weekend ini dia menghabiskan waktu lebih banyak dengan Ziva. Bukan malah meladeni bocah SMA seperti Syakira.

Meski demikian, Sagara tetap mengurus Syakira dengan baik. Semua keinginan Syakira, Sagara turuti. Sagara juga sempat pergi ke supermarket membeli cemilan untuk Syakira karena tahu adiknya itu tukang ngemil. Merelakan iPadnya basah karena Syakira tidak sengaja menumpahkan susu saat gadis itu tengah asik nonton drama Korea. Sudah begitu malah cengengesan, terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.

Dan jam 10 malam saat Syakira merengek padanya meminta di belikan martabak, Sagara tetap menurutinya meski di iringi perasaan kesal. Dan ketika susah payah mengantri dengan pelanggan yang lain, gadis itu malah ketiduran di sofa saat Sagara kembali. Kendati demikian, Sagara tidak bisa benar-benar marah pada Syakira.

Sagara hanya bisa menghela napas sambil menguatkan hati agar tidak membawa Syakira ke dukun untuk di jadikan tumbal pesugihan. Dia duduk di sofa singel sambil melempar kotak martabak itu ke meja ruang tamu. Sagara mendongak saat Ziva berjalan mendekatinya.

"Sabar ya. Adik lo itu," Ziva mengusap pundak Sagara pelan saat sudah berada di samping cowok itu, merasa kasihan melihat wajah lelah Sagara.

Sagara menepuk pahanya, menyuruh Ziva untuk duduk di pangkuannya. Saat Ziva sudah duduk, Sagara langsung melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Ziva, memeluk perempuan itu dengan kening yang di letakkan di pundak Ziva.

"Kesel," adu Sagara dengan nada sebal. "Syakira ngerjain gue, Va."

Ziva sebenarnya ingin tertawa. Tapi dia mengangguk saja, seolah ikut merasakan perasaan kesal Sagara. Dia mengusap kepala belakang Sagara dengan pelan. "Dia ketiduran, gue yakin Syakira nggak bermaksud."

Sagara mendengus. Niatnya mengadu ingin dapat pembelaan, Ziva malah memihak pada Syakira. Sagara mengangkat kepalanya, menatap Ziva dengan mata memerah sayu. Tapi, kedua tangannya masih melingkar di pinggang Ziva.

Figuran Wife [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang