08. Cupcake

33K 3K 326
                                    

Hi, Wellcome!

Baca chapter ini jam berapa? Jangan lupa tinggalkan jejak. Vote dan komen kalian sangat berharga untuk author. Tandai typo juga. Thank you!

Happy reading <3
Enjoy!

***

Chapter 8. Cupcake

Sore itu jalanan ibu kota cukup dipadati oleh kendaraan karena sudah waktunya untuk pulang dari tempat kerja. Sagara terlihat menyandarkan sikunya di pintu mobil yang kacanya terbuka lebar. Jarinya mengetuk-ngetuk stir mobil, berusaha menghilangkan bosan selama menunggu jalanan kembali senggang karena macet. Pantulan mobil yang berbaris di sekitarnya terpantul di lensa kacamata yang dia pakai.

Sagara menghela napas seraya menatap arlojinya yang kini sudah menunjukkan pukul lima sore lebih. Sagara sengaja pulang lebih awal, tapi di jalan malah terjebak macet. Ziva pasti sudah menunggunya di rumah.

Sagara tiba-tiba tersenyum saat mengingat pesan whatsapp Ziva tadi siang. Iya, Ziva yang mengatakan akan menciumnya saat pulang kerja. Karena mengingat itu, perutnya sekarang jadi geli, seperti ada ribuan kupu-kupu yang menggelitiki. Padahal belum tentu Ziva mau menciumnya, tapi Sagara sudah senang duluan. Sagara sudah seperti ABG kasmaran saja jika begini.

"Bang beli bunganya,"

Sagara tersentak halus saat mendengar suara anak kecil di sebelahnya. Dia menoleh, mendapati bocah berusia 10 tahun menyodorkan setangkai bunga mawar merah yang masih segar padanya.

Sagara berdeham. Bocah itu tidak menciduknya sedang senyum-senyum sendiri kan? Semoga saja tidak.

Sagara tersenyum kecil dan menanyakan berapa harga setangkai bunga mawar merah itu. Dia jadi tidak tega, melihat bocah yang seharusnya fokus belajar malah berjualan untuk mencari sesuap nasi. Sagara membeli dua tangkai bunga mawar dengan memberikan uang yang lebih banyak dari harganya. Dia ikut tersenyum saat bocah itu bersorak gembira seraya pergi dari sisi mobilnya.

Sagara mengabil ponsel yang dia letakkan di dasbor mobil, dan memotret bunga itu untuk di kirimkan fotonya pada Ziva. Tak menunggu beberapa menit, Sagara mendapat telpon dari Ziva. Sagara menjilat bibir bawahnya sebelum mengangkat telpon Ziva.

"Hal--"

"SAGARA, BUNGANYA BUAT GUE???"

Kening Sagara mengkerut dengan mata yang refleks memejam mendengar suara melengking dengan nada antusias yang terdengar dari sebrang sana. Dia mendengkus geli. Kenapa Ziva begitu antusias hanya dengan melihat foto bunga yang Sagara kirimkan?

"Iya," Sagara bisa mendengar Ziva memekik tertahan.

"Ini namanya perencanaan pembunuhan!" decak Ziva, hiperbola. "Lo bisa nggak, sehari aja nggak bikin gue salting?!"

Sagara menaikan satu alisnya. "Gue cuma beliin bunga buat lo,"

"SAMA AJA TAU! Gue lagi buat kue, lemes ini jadinya!"

"Buat cupcake?" tanya Sagara.

"Iya! Bentar gue kirim pap,"

Ada notifikasi pesan masuk di ponselnya. Sagara segera membuka pesan dari Ziva, dan kembali tersenyum saat melihat foto cupcake buatan Ziva yang sedang di panggang dalam oven. Dia kemudian menempelkan ponselnya ke telinga kembali saat mendengar suara Ziva.

"Gimana, lucu kan?"

"Iya lucu, kayak yang buat."

"TUH 'KAN, SEKARANG MALAH GOMBAL!"

Figuran Wife [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang