Part 30. Berkelahi

78.3K 7.6K 158
                                    

Disekolah si kembar, hari ini mata  pelajaran bahasa Indonesia. Gama dan Gemi mengeluarkan buku tulis mereka.

Mereka duduk sebangku, dibarisan paling depan.

"Baiklah, anak-anak. Hari ini ibu mau kalian semua membuat sebuah puisi. Bebas, mau tema apa saja," ucap Bu guru itu.

Kebetulan hari ini materinya adalah tentang puisi.

Gemi yang mendengar itupun menjadi antusias, gadis kecil itu mengangkat tangannya.

"Bu guru," panggilnya.

Bu guru itu menatap Gemi,"iya, Gemi? Kamu mau bertanya apa?"

Gadis kecil itu tersenyum,"boleh tidak puisi tentang ibu," ucapnya.

"Boleh banget, kalian boleh buat puisi apa saja, ya," sahut bu guru

Gemi sangat antusias untuk membuat puisi tentang ibu. Namun, tiba-tiba saja salah satu temannya berbicara yang sangat membuat Gemi tak suka.

"Bukannya kamu udah gak punya ibu, ya? Ibu kamu kan, udah pergi ninggalin kamu," ucap seorang gadis kecil berambut sebahu dan memakai jepit rambut berbentuk pita.

Gemi mengepalkan tangannya,"aku punya ibu, kok!"

"Ibu tiri maksud kamu?"

"Divia, kamu gak boleh berbicara seperti itu kepada Gemi," tegur bu guru.

Gadis kecil yang bernama Divia itu tidak mendengarkan teguran dari gurunya.

"Memangnya kenapa kalau punya ibu tiri, gak semua ibu tiri itu jahat seperti yang kamu bilang," seru Gemi.

Gadis kecil itu berusaha menahan emosinya.

"Gemi, diam lah! Biarkan saja, bukankah kamu mau membuat puisi?" ucap Gama menghentikan kembarannya itu agar tidak meladeni Divia.

Gadis kecil yang selalu saja mencari gara-gara kepada Gemi. Gama tidak ingin kembarannya itu berkelahi lagi.

Ya, sebenarnya Gemi sering sekali beradu mulut dengan Divia.

"Tidak bisa, kakak! Dia sudah keterlaluan," ucap Gemi kesal.

"Mama Inez tidak jahat," seru Gemi tak terima, karena secara tidak langsung temannya itu mengatakan bahwa Mama tirinya juga jahat.

Gemi bangkit dari kursinya, gadis itu melangkah menuju tempat Divia.

"Dengar ya, Divia. Gak semua mama tiri itu jahat, mama Inez baik kok sama aku," ucapnya.

"Kamu percaya gitu aja sama ibu tiri kamu itu," seru Divia dengan ekspresi seperti meremehkan.

Gemi mengepalkan tangannya, gadis kecil itu menatap Divia dengan tajam.

Kerena terlalu kesal, Gemi langsung menjambak rambut temannya itu.

"Awsss..." Gadis kecil itu meringis sakit karena jambakan Gemi lumayan kuat.

"Lepas!" Pintanya.

"Tidak akan!" Ucap Gemi.

Divia juga menjambak rambut Gemi. Kedua gadis kecil itu saling jambak-menjambak.

Bu guru segera menghampiri keduanya, berniat melerai perkelahian keduanya.

"Gemi, Divia! Hentikan!" Ucap Bu guru itu berusaha melepaskan tangan kedua gadis kecil itu yang saling menarik rambut.

Gama pun menghampiri perkelahian itu. Bocah laki-laki itu tidak melakukan apapun, ia hanya diam melihat Gemi yang sedang menarik rambut Divia.

Sebenarnya, Gama pun merasa marah kepada Divia. Karena gadis kecil itu selalu saja mencari gara-gara. Namun, kali ini Divia sangat keterlaluan.

Giovanni's second wife [END/TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang