Part 19. Sherly aditama

92.5K 8.1K 201
                                    

Wanita berambut coklat gelap itu masuk kedalam rumah dengan wajah masamnya.

Wanita itu bernama lengkap Sherly aditama, anak kedua dari empat bersaudara. Anak dari pasangan tuan Dani Aditama dan nyonya Farah.

"Ini dia baru datang,"ucap seorang wanita paruh baya.

"Sherly, Sherly. Kamu tuh ya, gak tanggung jawab banget udah punya anak juga, sukanya keluyuran terus," ucapnya lagi.

Sherly memutar bola matanya malas, baru saja masuk rumah, ibu mertuanya itu sudah mengomel.

Wanita itu hanya bisa menahan rasa kesalnya.

"Iya, ma. Ini juga udah pulang," sahut Sherly.

"Serena nya mana, ma? Katanya tadi nangis?" Tanya Sherly menanyakan keberadaan sang anak.

Serena adalah anak Sherly dan Reno yang kini sudah berusia dua tahun.

"Udah tidur dia. Kelamaan nunggu mamanya pulang," jawab Mama mertuanya itu.

Setelah mengatakan itu, wanita paruh baya itu melengos pergi.

Sherly menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan. Wanita itu berusaha menahan amarahnya, yang memang biasanya selalu meledak-ledak.

Karena saat ini sedang ada mama mertuanya, wanita itu sebisa mungkin menahannya.

Sudah dua hari ibu mertuanya menginap dirumah Sherly dan Reno.
Membuat Sherly tak bisa bergerak bebas.

Wanita itu melangkah menuju kamarnya yang berada dilantai atas.

Ia menyimpan tas selempangnya diatas meja rias, setelahnya wanita itu menghempaskan tubuhnya di kasur.

Tiba-tiba dirinya menjadi kesal sendiri, mengingat pertemuannya dengan sang adik.

"Inez semakin cantik, jangan sampai Reno melihatnya," ucapnya sedikit cemas melihat perubahan Inez.

Sherly tahu, sang suami masih memiliki rasa pada Inez. Walaupun Reno tidak pernah mengatakannya namun, pria itu masih menyimpan foto Inez sewaktu masa pacaran dulu. Tentu saja, Sherly cemburu akan hal itu.

Wanita itu terkejut saat tak sengaja bertemu Inez di restoran tadi. Adiknya itu terlihat sangat berbeda.

Memang, setelah Inez menikah, Sherly tidak pernah bertemu dengan adik bungsunya itu. Inez sekarang terlihat semakin cantik dan sedikit berisi dari sebelumnya, dan itu membuat Sherly berpikir bahwa Inez bahagia dengan pernikahannya.

Apalagi ia tahu, suami Inez adalah seorang duda beranak dua dan juga seorang CEO entah dari perusahaan apa, Sherly tidak tahu.

Sherly merasa kasihan akan nasib Inez yang harus menikah dengan duda beranak dua, pula. Yang Sherly pikir, wajahnya pasti seperti om-om. Karena pada saat Inez menikah, wanita itu tidak hadir.

Sherly bangkit dari rebahannya,"kayaknya Inez bahagia deh sama pernikahannya," ucapnya menduga-duga.

"Iya sih, orang dia nikah sama om-om, kasihan banget!" Sambungnya.

"Walaupun Reno bukan CEO seperti suami inez, yang penting dia masih muda," ucapnya membanding-bandingkan.

Tiba-tiba saja terdengar suara teriakan dari lantai bawah. Siapa lagi pelakunya kalau bukan, ibu mertuanya yang bawel itu.

"Sherly!!"

Sherly mendengus kesal,"apa lagi sih?!"

Wanita itu mau tak mau harus turun kebawah, menghampiri ibu mertuanya.

***

Panas tubuh Gemi sudah turun, gadis kecil itu kini masih terbaring ditempat tidur. Badannya masih terasa lemas.

"Oma..." Panggilnya dengan suara pelan.

"Iya, sayang. Ada apa? Gemi mau apa?" Sahut nyonya Regina.

Gadis kecil itu ingin mengatakan sesuatu namun, terlihat ragu.

"Mm, mama Inez, kemana?" Tanyanya merasa heran karena ibu sambungnya itu tidak terlihat sejak ia bangun.

Sepertinya Gemi mulai nyaman menyebut Inez dengan sebutan Mama.

Nyonya Regina tersenyum,"mama Inez ikut ke kantor Daddy kamu," jawabnya.

Gemi mengernyit, sejak kapan ibu sambungnya itu mengikuti daddy-nya ke kantor? Pikirnya.

"Gemi mau apa? Biar Oma ambilkan."

Gadis kecil itu menggeleng,"enggak, Oma. Gemi ingin tidur saja," jawabnya.

"Yasudah, Gemi istirahat saja."

Nyonya Regina melirik jam dinding yang ada dikamar cucunya itu.

Wanita paruh baya itu menghembuskan nafasnya, ia tersenyum.

"Gemi, sepertinya Oma harus pulang. Kamu gak papa, Oma tinggal?" Ucap nyonya Regina merasa berat meninggalkan sang cucu yang sedang sakit.

Gemi tersenyum manis,"gak papa, Oma. Oma pulang saja, Gemi tidak sendirian kok, kan ada pelayan disini,"

Nyonya Regina mengelus rambut sang cucu,"yasudah, Oma pulang. Baik-baik ya, dirumah," pamitnya.

"Iya, Oma."

Wanita paruh baya itu keluar dari kamar sang cucu.

Setelah pintu tertutup, Gemi mendudukan dirinya. 

Gadis kecil itu tersenyum, ternyata prasangkanya selama ini tidaklah benar. Ibu sambungnya itu tidak sama seperti yang ia dengar dari cerita teman-temannya.

Gemi tahu, yang mengompres dirinya adalah ibu sambungnya. Lagi pula, jika diingat-ingat, tidak pernah sekalipun Inez memperlakukan dirinya dan kakaknya dengan tidak baik. Yang ada malah dirinya dan sang kakak lah yang sudah memperlakukan ibu sambungnya dengan tidak sopan.

Gadis kecil itu mulai sadar akan sikapnya yang tidak pernah menghargai ibu sambungnya.

"Mommy benar, mama Inez memang baik. Tapi..." Ucap Gemi menggantung.

Kepala gadis itu menunduk.

***

Cklek.

"Hai, bro!" Sapa Baron saat memasuki ruangan Gio.

Gio menoleh menatap kedua sahabatnya yang tiba-tiba saja datang ke kantornya.

Baron dan Daniel mendudukkan dirinya di sofa. Gio pun menutup laptopnya.

Pria itu menyenderkan punggungnya dikursi kebesarannya.

"Ada apa kalian ke sini?" Tanya Gio.

"Kita cuma mau ngasih tahu, reuninya gak jadi minggu depan. Jadinya Minggu ini," ucap Baron memberitahukan tentang reuni SMA.

"Pokoknya Lo harus ikut!" Sambungnya.

"Bener! Gak boleh sampe gak dateng. Oh iya, sekalian juga bawa istri Lo, biar gak dikira masih duda," ucap Daniel dengan semangat.

Gio masih diam, pria itu nampaknya sedang berpikir.

Sebenarnya pria itu sangat malas menghadiri acara, jika bukan karena terpaksa. Reuni kali ini sepertinya, ia harus ikut. Tapi, Gio ragu, apakah harus membawa Inez juga? Pikirnya.

Memang, tidak semua temannya tahu bahwa dirinya sudah menikah lagi. Karena pernikahan yang keduanya itu tidak mengundang banyak orang, hanya orang terdekatnya saja dan juga sebagian kolega bisnis.

"Woi, malah bengong lagi!" Sentak Daniel.

Gio berdecak, memutar bola matanya malas.

"Lo dateng, Yo. Kali-kali lah, lagian besok kan libur. Lo gak ada alasan lagi buat gak datang ke reuni kali ini," seru Daniel.

Gio berdehem menanggapi ucapan Daniel.

.
.
.







Giovanni's second wife [END/TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang