Part 3. Terlihat berbeda

130K 10.5K 41
                                    

Terlihat si kembar Gama dan Gemi sudah pulang dari sekolahnya.
Bocah laki-laki itu berekspresi datar saat memasuki rumah, berbeda dengan si gadis kecil yang terlihat menggerutu kesal, entah karena apa.

Gemi mengikuti langkah kembarannya dari belakang.

"Ish, menyebalkan!"kesal Gemi sambil menghentakkan kakinya.

Bibir mungilnya mengerucut, terlihat lucu dengan ekspresi seperti itu.

Nampaknya Gama mulai kesal dengan tingkah kembarannya itu, bagaimana tidak? Sepanjang diperjalanan pulang, Gemi terus saja menggerutu.

"Diam lah!" Sentak Gama mulai kesal.

"Tidak bisa! Ini tidak bisa dibiarkan kakak. Divia selalu saja mengejekku, aku sungguh kesal!" Seru Gemi bersidekap dada.

Gadis kecil itu menghempaskan tubuhnya di sofa. Sementara Gama berlalu pergi menuju kamarnya yang berada dilantai atas.

Di lain sisi, Inez mulai merasa bosan terus berada didalam kamar. Akhirnya gadis itu memilih keluar dari kamar.

Saat menuruni anak tangga ia melihat sosok gadis kecil yang masih memakai seragam sekolahnya, dia adalah Gemini.

Tatapan mereka tak sengaja bertemu beberapa detik, setelah nya Inez memalingkan wajahnya.

Gadis itu berlalu begitu saja tanpa menyapa atau berbasa-basi dengan anak sambungnya.

Gemi mengernyit heran menatap kepergian ibu sambungnya. Tak biasanya ibu sambungnya itu bersikap cuek seperti itu.

Biasanya, jika melihat si kembar, Inez akan menghampiri mereka sekedar berbasa-basi, walupun selalu diabaikan.

Hari ini, entah mengapa ia merasakan aura berbeda dari ibu sambungnya.

Apa tadi? Ibu sambungnya mengabaikannya.

"Dia kenapa?" Batinnya.

"Aneh," gumam gadis kecil itu.

Gemi segera berjalan menuju kamar nya.

Inez melangkah menuju taman belakang. Ya, dirumah ini terdapat taman yang cukup luas dan banyak bermacam-macam bunga yang ditanam oleh mendiang istri Gio.

Adhisti sangat menyukai tanaman sehingga Gio membuatkan sebuah taman dibelakang rumahnya. Karena dibelakang rumah itu masih terdapat lahan yang cukup luas untuk dibuat sebuah taman.

Inez mendudukkan dirinya disebuah kursi, ia menatap bunga-bunga itu dengan tersenyum.

"Mbak, jangan marah ya, jika nanti aku memilih menyerah di hubungan ini," ujarnya menatap bunga-bunga itu, seolah-olah berbicara pada Adhisti.

"Maaf, Inez tidak bisa mewujudkan keinginan mbak sepenuhnya. Bukan aku yang tak ingin, namun mereka yang menolak," sambungnya.

"Mungkin, perpisahan adalah jalan terbaik untuk aku dan mas Gio."

***

"Kakak!" Panggil Gemi saat memasuki kamarnya.

Ya, si kembar tidur sekamar.

"Apa?" Sahut Gama dengan malas.

Bocah laki-laki itu sudah berganti pakaian dan ia sedang bermain dengan handphone nya.

"Tau gak?" Tanya Gemi seraya mendudukkan dirinya disebelah sang kakak.

Gama tetap fokus pada layar handphonenya.

"Gak."

"Tadi aku melihat wanita itu," ucap Gemi mulai bercerita.

"Terus?"

"Dia berlalu begitu saja, tidak seperti biasanya saat melihat kita dia akan menghampiri," sambung Gemi.

Gama mulai tertarik dengan cerita sang adik, ia menghentikan mainnya.

"Benarkah?" Tanyanya tak percaya.

Gemi mengangguk,"he'em."

Gama mengetuk-ngetuk kan jarinya di dagu, seolah sedang berpikir.

"Hem, mencurigakan," ucapnya.

"Sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu untuk membuat kita luluh," sambungnya menduga-duga.

"Sepertinya begitu," timpal Gemi.

"Kakak, telpon Daddy. Kita harus memberitahu Daddy tentang ini," ucap Gemi menatap sang kakak.

Tanpa berkata, Gama segera menghubungi sang Daddy.

***

Disebuah restoran terkenal, disalah satu ruangan VIP, terdapat empat orang pria berjas yang sedang melakukan pertemuan mengenai pekerjaan.

"Bagaimana? Apakah anda tertarik menjalin kerjasama dengan perusahaan kami?" Tanya salah satu pria yang berada di sana.

Pria yang ditanya tidak langsung menjawab, ia tampak berfikir sejenak.

"Hm, cukup menarik," jawabnya.

Pria yang bertanya itu tersenyum senang, sepertinya pria di depannya ini menerima kerjasama antar dua perusahaan.

"Jadi?" Tanyanya penuh harapan.

"Ya." Jawabnya singkat padat dan jelas.

Pria itu memberikan berkas perjanjian untuk menjalin kerjasama.

Giovanni, segera menandatangani berkas itu.

Drrtt.

Dering handphone mengalihkan atensi semua orang yang berada di ruangan itu.

Gio, melirik handphone nya yang ternyata anaknya lah yang menelpon.

Pria itu mematikan handphone nya, tak ingin waktunya diganggu.

"Sudah selesai?" Tanyanya.

"Sudah tuan gio," balas pria itu.

Kedua pria itu berdiri dan saling menjabat tangan.

"Senang bekerjasama dengan anda, tuan Giovanni," ucap pria itu.

"Ya. Senang juga bekerjasama dengan anda, tuan Satya," balas Gio dengan nada datarnya.

"Kalau begitu kami permisi," pamit Satya dan diikuti oleh sekretaris nya.

Setelah kepergian klien kerjanya, Gio menyalakan handphone nya kembali, ia akan menghubungi anaknya.

Sementara pria yang sedari tadi diam,  kini mulai mengeluarkan suaranya.

"Tuan, apa kita akan langsung ke kantor?" Tanya nya.

Pria itu yang tak lain adalah Asistennya.

"Ya. Tunggu sebentar!"

Gio menghubungi sang anak dan langsung diangkat oleh anak laki-lakinya itu.

📞:"Halo, Daddy," sapa Gama lewat telpon.

"Hm, ada apa?" Balas Gio to the poin.

📞:"Daddy, ada yang aneh dengan wanita itu," ucap Gama.

Kening pria itu mengkerut.

"Aneh?" Tanya nya sangat singkat.

📞:"Iya, Daddy. Wanita itu sangat aneh hari ini," seru Gemi yang ikut berbicara.

"Sudahlah, tak usah kalian hiraukan. Biarkan saja dia bersikap seperti apa," ucap Gio sebelum mematikan panggilannya sepihak.

Pria itu sangat malas jika sang anak sudah membahas wanita itu.

Wanita yang sudah enam bulan ini ia nikahi.

Di sisi lain, si kembar menggerutu kesal kepada Daddy-nya yang memutuskan panggilannya sepihak.

.
.
.

Giovanni's second wife [END/TERBIT]Where stories live. Discover now