"Mas, mereka tidak pergi bulan madu?"
"Tidak. Mas Ilman jadwalnya penuh."
"Loh...bagaimana sih? Kan mereka pengantin baru."
"Kenapa tidak tanya dengan Mas Ilman saja?"
Sudut bibir Kiko naik tajam. "Aku masih kesal dengan Mas Ilman."
"Sama Mas tidak marah? Kan Mas juga tahu mereka akan menikah dadakan."
Kiko mendengus. "Ya lain. Mas Ilman tidak bicara sama sekali sama aku. Itu menyebalkan."
"Karena kalau sudah terjadi, kan kamu mau ngambek juga tidak akan terjadi apa-apa. Sudah terlanjur...haiish...sakit, Dek." Ankaa gagal berkelit dan Kiko mencubit pinggangnya kencang. Ankaa tertawa dan meraih kepala Kiko dan menciumnya dalam. "Sudah ya...tidak apa-apa. Atau kamu tidak suka Mbak Dida yang menjadi istri Mas Ilman?"
"Tentu saja aku suka. Suka banget. Tapi..."
"Ya sudah. Jangan rewel..."
"Tidak bisa rewel lagi sama Mas Ilman...huaaa..." Kiko mulai berteriak kalap dan berjalan menuju meja kerjanya. Dia mulai menangis tanpa alasan yang jelas membuat Ankaa menautkan alisnya.
"Kamu bisa rewel sama Mas."
Kiko menoleh dan mencebik pelan. "Mas kan bukan Mas nya Kiko...lain Mas..."
"Haduh..." Ankaa menyugar rambutnya dan baru menyadari satu hal. Kiko jelas memiliki hubungan yang unik dengan Mas Ilman. Interaksi mereka sebagai sepupu jelas berbeda dengan yang lain. "...terus maunya bagaimana sekarang?"
Kiko membuka tirai pelapis dan bergeser membuka pintu. "Mbak Dida...kok ngantor Mbak? Mas Ilman kok tidak mengantar?"
"Assalamualaikum, Dek."
"Waalaikumsalam...Mbak...kok sendiri? Mas Ilman bagaimana sih? Kok istrinya dibiarkan jalan sendiri?"
"Tidak apa-apa..."
"Aku buatkan teh panas ya Mbak. Sebentar..."
Kiko melangkah panjang menuju pantry sementara Dida menatap adiknya dengan tatapan heran. "Kenapa?"
Ankaa mengendikkan bahu lalu berbisik ke arah Mbak nya yang segera terlihat mengangguk-angguk.
"Ya sudah. Mbak yang urus. Kiko pasti masih kaget. Tadi Mas Ilman bilang agar Mbak mengajak Kiko bicara. Kamu mau ke rumah sakit?"
YOU ARE READING
PINK IN MY BLUE
Romance"Heh cewek sipit, medhok..." "Hisssh...jauh-jauh..." "Nama kok seperti es jeli." "Hiish...saya sumpahin Mas naksir!" "Aku? Naksir kamu?" "Iya." "Bilang R dulu yang benar baru nanti ditaksir. Hahaha..." "Mas Ankaa jeleeeeeek..."