Bab 84. Sebuah Rahasia

1.9K 562 115
                                    

Tadi tuh ngadep laptop sambil lihat Bang Chan jadi salah update

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Tadi tuh ngadep laptop sambil lihat Bang Chan jadi salah update. Yang sudah baca ya rejeki. Mudah-mudahan tetap asik lah walau lompat banyak banget. Happy reading semua. Lope sekebon buat kalian ♥️

*

Pada akhirnya, seremonial penyambutan itu berlangsung hingga ke teras auditorium. Nyaris seperti di film-film, saat seperti itulah para petinggi rumah sakit yang memiliki sifat penjilat, melakukan bagiannya. Menjilat sana sini. Bahkan, seorang pria dengan setelan perlente, dengan gesture berlebihan, rela membawakan tas jinjing mahal milik istri direktur rumah sakit. Beberapa diantara mereka, berdiri dan menyahuti pembicara dengan gesture tubuh merunduk-runduk sangat hormat.

Jarak mereka cukup jauh. Kiko yang sudah keluar dari auditorium, berhenti di sebuah pilar dan menatap ke arah teras. Akhirnya, semua orang mengantarkan direktur utama masuk ke mobilnya.

Gadis bernama Arumia Sashikirana itu sangat santun. Tangannya selalu berada di depan tubuhnya dan ketika dia diajak bicara, maka sebuah senyuman terbit dari bibirnya diiringi gesture tubuh sedikit condong ke arah lawan bicara menandakan kalau dia menghargai dan memiliki perhatian khusus pada pembicaraan mereka.

Kiko membuat frame dengan tangannya ketika melihat Ankaa dan gadis itu berbincang. Dia bergumam lirih dan berdiri mematung untuk beberapa saat. Di sana, hanya Ankaa dan Bapaknya yang bersikap normal.

"Yang normal itu yang nyata mendapatkan tekanan lebih, Michiko."

Kiko berbalik dan berjalan dengan langkah panjang melintasi halaman menuju tempat parkir. Dia sengaja memarkirkan mobilnya di tempat parkir rumah sakit dan bukan di tempat parkir auditorium dengan alasan yang jelas. Dia bukan tamu undangan dan jelas sekali dia penyusup. Kiko tertawa sumbang menyadari kenyataan itu.

Kembali menyusuri jalanan menuju Griya Bausasran, Kiko mengatupkan mulutnya. Dia sesekali melirik ke arah jalanan dan mendadak merasa dia kembali lapar. Kiko menepikan mobilnya dan menghela napas panjang.

"Aaaah...makan sedikit atau banyak juga tetap bangkring...jadi makan lagi Michiko." Kiko meregangkan tubuhnya dan keluar dari mobil. Dia berjalan memasuki sebuah kedai toast dan kopi dan berdiri di antrian. Dia membalas beberapa pesan sambil menunggu.

Tiga buah toast dan satu cup besar es teh.

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
PINK IN MY BLUEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora