Bab 22 Games

2.2K 614 119
                                    

"Ibu kamu itu bersumpah tidak akan sudi menangis kalau terjadi apa-apa sama aku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ibu kamu itu bersumpah tidak akan sudi menangis kalau terjadi apa-apa sama aku."

Kiko menghentikan gerakan tangannya menekan punggung Eyangnya dengan bantal hangat.

"Kapan Ibu bilang begitu ke Eyang?"

"Bilang apa?"

"Haduh..." Kiko menekankan bantal hangat di tangannya lebih keras. "Yang katanya Ibu tidak akan menangis kalau terjadi apa-apa sama Eyang."

"Lupa. Tapi Ibu kamu pernah bilang seperti itu."

"Ibu tidak akan seperti itu, Yang..."

"Ibumu itu benci setengah mati sama aku."

"Kalau Ibu benci sama Eyang, Eyang tidak akan ada di rumah ini. Ibu tidak akan datang setiap saat mengurus Eyang."

Kiko mengamati ekspresi wajah Eyangnya yang berubah. Wanita itu terlihat seperti tengah menerawang dan kembali mengingat sesuatu.

"Aku jahat sekali sama Ibumu dulu..."

Pagi itu, bukan kali pertama Kiko mendengar kisah yang terjadi di masa lalu dari mulut seorang Mayang Pratiwi. Eyangnya yang seumur Ibunya. Dan bukan kali pertama Kiko melihat wanita itu menangis sambil menceritakan babak demi babak kehidupan jahiliyah nya. Bagaimana dia dulu begitu menyusahkan Ibunya. Bagaimana dia dulu sangat jahat dan ingin menghancurkan keluarga Danurwendo. Di telinga Kiko cerita itu sudah seperti dongeng sepanjang masa yang tak lekang oleh usia. Seperti lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dia hafal di luar kepala.

"Kamu itu harus ketemu sama laki-laki seperti Bapakmu. Kalau tidak mending kamu tidak usah menikah."

Topik pembicaraan berubah seketika. Kiko termenung. Dia sangat tahu Eyangnya itu fans berat Bapaknya. Seperti Ibu Dian Agni yang mengidolakan Ankaa Pananggalih. Kiko mencebik lirih. Jelas tidak ada yang bisa seperti Bapaknya. Bapaknya itu luar biasa sabar dan...tampan. Kiko tertawa dalam hati.

"Anak dari keluarga Pananggalih itu...siapa namanya? Yang suka menggantikan Bapaknya untuk memeriksa aku?"

"Dokter Ankaa."

"Iya. Dia...baik hati tapi tengil. Bukan tipe yang bisa menolak kalau ada gadis yang nemplok sama dia."

"Oya...?"

"Percaya sama Eyang kamu ini Nduk. Eyang sudah pengalaman sama yang model seperti itu. Kalau kamu pacaran sama dia, siap-siap makan hati setiap hari."

"Makan hati?" Kiko menunjuk hidungnya sendiri. "Aku?" Kiko menekan bantal hangat lebih keras ke pundak Eyangnya hingga wanita itu mengaduh.

"Pelan-pelan, Michiko..."

"Eh...Ngapunten, Yang..."

"Kamu pacaran sama dia?"

"Siapa?"

"Kamu sama anak Dokter Pananggalih itu."

"Ah!" Kiko mencebik keras. "Tidak boleh pacaran sama Bapak. Kalau ada yang serius langsung menikah saja." Kiko mengendikkan bahu dan menatap Bapaknya yang melintas halaman. Pria itu keluar dari garasi sambil membawa gunting tanaman.

PINK IN MY BLUEWhere stories live. Discover now