Yang merasa naskah ini berat silahkan jangan membaca ya. Kekuatan hati dan pikiran setiap orang itu berbeda dan diri kalian sendiri yang bisa mengukurnya. Jangan memaksakan membaca hanya karena penasaran. Silahkan mencari bacaan sesuai dengan kemampuan mencerna.
Jangan mumet. Aku saja.
*
"Luka bakar derajat tiga dengan cakupan tujuh puluh persen bukan hal yang sepele. Keadaan Ibu berkali-kali drop."
Semua yang ada di halaman belakang kediaman Pramoedya mengangguk-angguk mendengar perkataan Kinanti yang lalu terlihat melamun dan Ilman yang segera meremas bahu wanita itu lembut.
Kembali seperti semula. Situasi sepertinya sudah kembali nyaman untuk mereka, terutama untuk Ilman dan Kinanti. Mereka terlihat berbincang dengan luwes sejak tiba di rumah itu. Acara makan malam dilaksanakan di luar ruangan dengan konsep barbeque.
"Sepertinya tidak ada yang aneh."
Kiko menoleh sedikit pada Gempar yang mengelap piring. Dia mengendikkan bahu pada adiknya dan membawa piring ke meja lalu menatanya. Kiko kembali ke samping adiknya dan bergumam lirih.
"Semoga, itu saja sih doa Mbak."
Gempar mengangguk dan menatap ke arah Ilman dan Kinanti yang sibuk dengan panggangan mereka sementara Kiko mengedipkan mata dan menatap gelas yang dia pegang.
YOU ARE READING
PINK IN MY BLUE
Romance"Heh cewek sipit, medhok..." "Hisssh...jauh-jauh..." "Nama kok seperti es jeli." "Hiish...saya sumpahin Mas naksir!" "Aku? Naksir kamu?" "Iya." "Bilang R dulu yang benar baru nanti ditaksir. Hahaha..." "Mas Ankaa jeleeeeeek..."