Chp 21

451 25 0
                                    

"Battel yo, yg duluan sampe sebrang menang"

"Hadiahnya apa?"

"Kgk ada sih"

"Wuuu bang*at" Ledek Farlan sambil bersiap-siap mendorong dirinya "1... 2... 3!" Keempat pemuda itu mulai mendayung dan dan mengkecipak-cipakan(?) Wtf, how do i say it ya gitu lah bingung. Suara cipratan air memenuhi kolam tersebut, akhirnya pemenang pun kita dapatkan.

Ravi menjadi yang pertama, Farlan ke dua dan Bara ke tiga "Yang ngajak yang kalah" ledeknya kembali para Riyu karena yang mengajak ketiganya battel adalah yang kalah, yaaa... tidak ada salahnya malah membuat hari ini semakin seru bukan? 2 jam mereka habiskan, bermain apapun yang ada di sana, battel lagi dan bermain voli air.

"Brrrr a-akku mmanddi ddduluann yyaa" ijinnya dengan badan yang gemetaran, Ravi berlari menuju kamar bilas disana. Tetapi entah mengapa Farlan memiliki firasat buruk, jika ia tebak Ravi besok akan sakit. Baru ia sadari saat Ravi tadi menuju kamar bilas dirinya tidak membawa handuk dan baju ganti.

"Gw juga duluan ya" ijinnya lalu menaiki tangga keluar dari kolam. Farlan membawa handuk dan baju ganti miliknya dan Ravi, berjalan memasuki kamar bilas ia bertanya "Udah mandinya? Kamu lupa bawa anduk"

"Hmm...? OIYA, bawain dong tolong"

"Tanpa kamu minta udah aku bawain" setelah itu terdengar suara pintu bilik terbuka.

"Mmakasih, kkamu mmmau mannddi jugga?"

"Hahaha ampun geneter gitu, pake air anget aja mandinya ya sayang. Iya aku mau mandi, awas kepeleset ya" suruhnya setelah itu memasuki kamar bilas sebelah Ravi. Keduanya keluar dari kamar bilas bersamaan, berjalan keluar dan membereskan peralatan mereka.

Selain fasilitas kolam, terdapat Cafe juga disana. Berhubung Farlan lapar, ia membeli nasi goreng dan membelikan hot chocolate untuk Ravi "Nih minum, awas kalo gk abis" suruh Farlan pada Ravi sambil menyodorkan hot chocolate.

Kata yang baru saja Ravi dengar seperti suruhan yang tidak bisa dibantah, maka dari itu ia harus menghabiskan hot chocolate itu. Jujur saja dia senang, badannya menjadi hangat. Hangat dengan kasih sayang dan kenikmatan hot chocolate, cieee pada iri.

Mungkin pasangan satunya juga ikut lapar melihat Farlan dan Ravi, maka keduanya juga ikut memesan. Riyu dan Bara makan tanpa mandi atau ganti baju, malah hanya diselimuti handuk agar tidak terasa dinging. Biar lah terserah apa mau mereka yang penting mereka kenyang.

"Eh guys, gw duluan sama Ravi ya sorry. Dadah" pamitnya berjalan sambil merangkul Ravi, inisiatif akhirnya Farlan memakaikan jaket pada Ravi sambil berkata "pake." Lagi-lagi kata yang tidak bisa dibantah oleh Ravi, entah apa yang dirasakan tapi Ravi sulit membantah apa yang disuruh Farlan dalam beberapa waktu.

Selama di mobil hanya terjadi keheningan, tidak biasanya ini terjadi. Farlan ingat tentang kekhawatirannya makan ia mencoba menempelkan tangannya pada kening Ravi "Walah, kok panas? Pantes kamu diem mulu" kagetnya.

Untung saja yang menjemput mereka sopir Bunda, jika saja Ayah yang jemput bisa-bisa Farlan di introgasi. Tidak butuh waktu lama untuk sampai rumah, setelah mengantar dan merapihkan barang bawaannya Farlan kembali menuju lantai 1 bertujuan mencari Bunda. Terlihat dari arah tangga Bunda sedang ada di dapur "Bunda bunda, Ravi panas"

"Hah kok bisa?"

"Kayanya tadi renang kelamaan"

"Yahhh, Ravinya mana? Bawa aja ini"

"Ada di kamar, oww okok" setelah mendapatkan obat, Farlan speed run menuju lantai 2. Memang lelah tapi mau bagaimana lagi, kekasihnya butuh bantuan dirinya "Nih sayang, makan obat dulu baru bobo" suruhnya diikuti Ravi yang terduduk dari rebahannya.

ꜰᴀʀʟᴀɴ × ʀᴀᴠɪ🔞Where stories live. Discover now