21. Kartu Emas

443 82 2
                                    

"Lo yakin lo gabung kita hanya karena pengen tau siapa yang jebak bokap lo? "

"Gue yakin, "

"Bokap lo dan orang yang mainin kita sekarang kayaknya gak ada hubungannya. "

"Kalau gue bilang ada lo percaya? " Sean menatap Kal lama. Ia yakin Kal tak akan dengan mudah menerimanya, apalagi dia pernah melarang keras cowok itu untuk menyelidiki siapa yang telah merancang kehidupan sekolah mereka.

"Bokap gue ditangkap di waktu yang sama saat gue dapat kartu akses buat masuk ke aula lantai 4."

"Aula? "

Sean tersenyum miring, "lo bahkan belum tau itu kan? Aula tempat rapat semua donatur dan pemilik sekolah. Bahkan anak top class tahun lalu pernah diberikan akses masuk ke sana. "

"Buat apa? "

"Gue gak tau, tapi berdasarkan informasi dari kakak kelas yang pernah masuk, mereka disuruh untuk menjadi kelinci percobaan. "

Kal semakin tak paham.

"Untuk apa? "

"Dia gak pernah muncul lagi setelah ngasih gue informasi itu. Kata Jay kayaknya dibunuh. "

Sean menoleh kearah Kai, "Kayaknya seangkatan kita bentar lagi bakalan masuk juga setelah ujian nasional. "

"Gue udah jauh dulu Kal, tapi keadaan papa gue maksa gue buat berhenti. "

Kal terlihat masih tak percaya, "lo bisa nyelidikin ini sendiri dengan informasi yang lo dapat dulu, bahkan lo bisa ngadu ke mama lo. "

"Mama gue bahagia ngeliat papa gue sekarang. "

Kal menoleh ke arah Kai yang daritadi menyimak.

"Gue sama Sean pernah dekat, gue bukannya ngebela dia, tapi dulu gue pernah ngeliat langsung gimana mamanya perlakuin bokapnya. " ucap Kai.

"Kita berempat bisa dengan mudah ngungkap siapa yang udah jadiin kita mainannya. Lebih banyak kepala lebih bagus.  " lanjut Kai.

"Gak, kita berlima. " balas Kal.

*

"Lo kenapa liat gue kayak setan?! " seru Ila menunjuk Kai yang sedari tadi menatapnya tak percaya.

"Dia? "

"Iya, dia jago manjat dan kayaknya kita bakalan butuh dia entar. "

"Lo percaya sama dia Kal? "

"Dia cuman cewek bodoh yang ngejebak gue, buat mikir rencana mainin kita dia gak bakalan bisa. " balas Kal membuat Ila memukul lengan cowok itu kesal.

"Bangsat juga lo ya! "

Sean hanya tersenyum melihat perdebatan itu.

Ia menoleh ketika mendengar suara pintu yang perlahan dibuka.

"Kal, gue dengar ada suara cew–"

"DIMAS ANJING! LO JUGA TERNYATA BAGIAN DARI COWOK BANGSAT INI!?! "

Sean kira 1 orang yang dimaksud Kal tadi adalah Raiden. Dia tidak pernah mengira jika orang itu adalah Dimas yang masih terlihat terkejut menatapnya dan juga Ila.

"Lo pake pelet apa hah sama temen gue!? Dimas itu hobinya tidur, dia ga mungkin gabung sama kalian!? "
seru Ila tak percaya. Ia menatap Dimas penuh penjelasan.

"Gue cuman tertarik sama Kal, kenapa sih? Gue juga bisa tidur walaupun gabung sama dia. "

Ila mendengus. "Kenapa sih orang-orang di deket gue pada tertarik sama Kal! Kal sehebat apasih?! "

"Dia hebat bisa bikin lo di pihak dia sekarang. " Dimas mengedikkan bahu, ia kemudian menatap Sean seolah meminta penjelasan.

"Gue pengen bokap gue bisa dapat keadilan. " ucap Sean.

Dimas mengangguk paham, ia langsung melompat dan berbaring ke kasur Kal.

"Bangunin gue kalau kalian ada rencana. "

"Tuh kan! Dia hobinya tidur doang! "

*

Kal memilih tak masuk kelas hari ini, ia menyusup ke gedung ips dan bertemu Ujun.

Sekolah memang sedang sepi-sepinya jika jam belajar sudah dimulai jadi mereka tak perlu khawatir akan di temukan berdua di dalam ruangan klub musik. Ditambah Kal pernah masuk ke klub ini jadi tidak ada yang perlu di curigai.

Ia mengambil gitar, duduk melihat Ujun sedang berkutat dengan laptopnya.

"Itu tugas lo? "

"Gak, gue cuman gabut mau denger lo cerita. " balas Ujun terkekeh.

"Jadi gimana? " tanyanya.

Kal menghela napas, "lo percaya Sean gabung sama gue? "

"Sean? "

Kal mengangguk sekali lagi, ia memetik gitar asal. Menunggu jawaban dari Ujun.

"Gak papa, lagian dia emang ga mencurigakan. Cuman yah… dia kayaknya agak keras kepala dan ga bisa dibantah. "

"Dia baik kan sama lo dulu? " Kal mengedikkan bahunya mendengar pertanyaan Ujun. Sean baik, tapi ini terlalu cepat baginya jika Sean tiba-tiba ingin membantunya.

"Dia baik kok, setelah gue liat riwayatnya dia emang gak pernah dapat sp dari sekolah, tapi kemungkinan dia pernah dapat tapi ditahan sama orang tuanya. Keluarganya cukup kaya, terus kasus papanya masih dalam penyelidikan, "

"Dia pernah ngelakuin hal yang sama kayak gue. "

"Yah karena itu lo juga pasti butuh dia. Infonya dia pasti banyak kan? "

Kal mengangguk, "Dia hampir berhasil nyusup di rapat pemilik sekolah dan sejajarannya, "

"Nah! Lo ga punya alasan gak ngebiarin dia gabung sama lo! Dia itu kartu emas Kal! "

*

XII IPA 6 | 02L [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang