8. Bocor

737 159 1
                                    

Kai memilih tak berangkat ke sekolah hari ini. Ia berpura-pura sakit. Untungnya saja dua abang kembarnya mau diajak bekerja sama.

"Pertama, bilang sama gue apa yang lo takutin masuk ke kelas itu? Takut kalah saing? Takut rangking lo nurun? "

"Teman sekelas gue bakalan benci gue bang. " jawaban itu membuat dua kakak laki-lakinya itu agak kaget dan juga keheranan.

"Mereka iri sama lo? "

"Enggak, dari kemarin gue bilang gak niat masuk kelas itu, gue gak belajar pas ujian kemarin. Tau-taunya gue malah lolos. Kan anjing! "

"Oopss. " ralat Kai cepat. Ia lupa jika sedang berbicara dengan kedua kakaknya.

"Udah pinter ya lu anjing-anjingan. "

"Sorry bang, gak sengaja. "

"Lo mau pindah sekolah nih sekarang? "

"Heh! Yakin mama ngijinin, nih anak udah kelas 12." ucap Sanha, Kai mengangguk setuju.

"Gue udah gak tau mau ngapain bang. "

"Putus sekolah aja gimana? " lagi Soobin memberikan saran yang mana langsung dilempar bantal keroppi oleh sanha.

"Lo mending bicara dulu sama guru bk, atau guru siapalah yang bersangkutan terus bilang lo gak tertarik sama kelas itu. "

"Atau… lo mau bikin skandal pencurian soal ujian itu kayak teman lo yang pernah lo ceritain? " untuk ketiga kalinya Soobin memberikan saran yang benar-benar diluar akal sehat.

Tapi…

Saran itu sepertinya bagus untuk Kai lakukan.

"Bentar, lo sebenernya gak mau masuk di kelas itu gara-gara temen lo atau emang lo gak suka kelas itu? "

"Kai, temen bisa dicari, tapi kayaknya kelas itu yang gak bisa dicari. Dari artikel yang gue baca, siswa di kelas itu bakalan masuk SNMPTN dan berpotensi besar dapet beasiswa. "

"Bang… " Kai hendak memotong perkataan Sanha, tapi Sanha segera melanjutkan ucapannya, "Kesempatan ini gak datang dua kali, masih banyak manusia di luar sana yang berpotensi bisa jadi temen lo Kai. "

Untuk kedua kalinya Kai tidak bisa tidur nyenyak karena ucapan sang kakak pertamanya.

Kai bimbang.

*

Kal heran, ia sangat yakin Kai tidak mungkin berbohong tentang dirinya yang tak memiliki niat sama sekali masuk ke kelas 'itu'. Kal tahu, Kai cukup pintar, tapi tidak belajar saat melakukan ujian kemarin dan kemudian lolos, itu sudah tidak masuk akal.

Hari ini kelas tampak damai, tak ada suara ribut seperti biasa. Mereka hanya akan berbicara saat perlu saja. Kejadian kemarin mungkin terlalu mengejutkan, dan Kal sepertinya harus ikut dalam drama kelas ini.

Kai telah dianggap pembohong, dan teman sekelasnya tidak ada yang mulai percaya.

Kal prihatin, hanya karena kelas 'itu' semuanya jadi seperti ini. Tapi setidaknya ia tahu, mereka yang selalu menganggap remeh kelas 'itu' termasuk Ila yang bahkan telihat selalu mengumpat ketika melewatinya, kini Kal tahu, mereka masih berkeinginan masuk. Kal tahu jika mereka hanya berbohong pada diri mereka sendiri, atau berbohong pada Kal.

"Ila ngelakuin itu karena lo berhasil lolos dengan nilai tertinggi, Ila benci saat lo bisa ikut tesnya tanpa dihalangi guru sendiri. Ila iri sama lo. "

Dan Kal paham, ia tak sepenuhnya diterima di kelas ini.

"Lo bawa pensil? Gue lupa bawa. " Dimas menatapnya dengan alis terangkat.

"Bawa, " balas Kal kemudian mengambil pensilnya dalam tas.

Dimas mendekat kearahnya, mencondongkang kepalanya menatap Kal, "Hati-hati, " bisiknya.

"Thanks. " ucap Dimas kemudian duduk di tempatnya kembali.

Kal menoleh ke arah teman sekelasnya itu.

Ini peringatan atau sebuah kode oleh Dimas?

Deringan ponselnya membuat Kal segera tersadar, sebuah pesan dari Dimas. Kal menyempatkan dirinya kembali menoleh ke arah Dimas kemudian membaca pesan teman sekelasnya itu.

Dimas
Hati-hati, gue rasa jay udah ngasih tau
Di luar kelas emang banyak ular tapi di dalam kelas kita lebih banyak lagi.

Dan notifikasi pesan lain dari Ujun membuat Kal tercengang.

Ujun
Temen lo dijebak

Sepertinya peringatan hati-hati ini bukan hanya untuk dia, tapi Kai…

*

Jay memutar bola matanya, alih-alih membantu Ila yang terjatuh akibat berlari di dalam kelas. "Lo udah tau tadi abis hujan lo malah lari-larian.  " omel Jay.

"Sini biar gue aja. " Jay yang baru saja memegang pel menatap tak suka kepada Dimas ketika laki-laki itu mengambil alih kain pel dan mulai membersihkan genangan air akibat hujan.

"Piket gue, hari ini piket gue kalo besok ujan lagi lo boleh puas ngepel lantai. " balas Dimas.

"Sekolah beneran minta disantet ya! Cuman kelas kita kayaknya yang dapat atap bocor! " Ila berkomentar lantaran pantatnya masih sakit akibat terjatuh tadi.

"Yan, lo ke perpus bareng Kal, ambil lks biologi. Bu Beta mau masuk. "

Sean mendengus, kemudian berdiri dari kursinya yang tumben sekali ia betah duduk diam hari ini.

"Ayo Kal! " panggilnya.

"Jangan lama, "

Sean mengacungkan jempolnya, kemudian berjalan mendahului Kal keluar kelas menuju perpus.

Kelas itu kembali hening, kemudian suara bentakan Ila membuat Dimas, Jake dan Raiden terlonjak kaget. "Gue gak bisa maafin lo, kesalahan lo udah besar banget Jay! "

"Apa? "


"Lo ngasih tau Kal kan pelakunya? Gue diam bukan berarti gue gak tau Jay! "

Jay mendengus, kemudian mendecakkan lidahnya. Ia sedang malas bertengkar sekarang. "Iya, gue ngasih tau dia, setidaknya biar dia tau kalo lo munafik. "

"Udah udah berisik banget entar kelas sebelah dengar. " Setidaknya masih ada Raiden yang berani menengahi.

"Lo yang munafik! "

"ILA UDAH! "

.

Sebenernya cerita ini mau gue endingin sebelum ngelaprak lagi wkwk, tapi gue anaknya beneran jadi mageran sekarang😥

XII IPA 6 | 02L [✓]Where stories live. Discover now