18. Tentang Dimas

586 98 10
                                    

Kal membuka tasnya, menghancurkan kembali puzzle yang telah ia susun beberapa waktu lalu.

Sebetulnya ia telah hapal susunan puzzle itu, entah ini kali keberapanya memasang puzzle itu kembali.

Dimas sepertinya memiliki lebih banyak rahasia.

Ayah temannya itu menikah hari minggu kemarin, dan lihat saja, Dimas bahkan tak mengucapkan apa-apa hari itu, bahkan saat ia membicarakan Adrian, Dimas tak memberitahunya jika laki-laki itu mengenalnya.

Kal tak egois dengan menginginkan Dimas menceritakan semuanya padanya, tapi setidaknya Kal tidak jadi orang bodoh dengan mencurigai Jake dan Adrian yang sering bersama.

Jake memanfaatkan Adrian untuk kembali mendapatkan kepercayaan ayahnya yang kini mulai melarang Jake melakukan tindakan-tindakan yang merusak citra keluarganya lagi.

Dengan uang, Jake bisa menutupi skandalnya tanpa ayahnya tau, dan hal itu yang dimiliki oleh Adrian.

Orang tua Adrian sudah cukup kaya, ditambah menikah dengan ayahnya Dimas.

Kal tak tahu seberapa kaya orang tua Dimas, melihat bagaimana Dimas bersikap setiap kali ditelpon ayahnya sudah cukup membuat Kal tahu jika orang tua Dimas bukan sembarangan.

Dimas hanya menutupinya dengan tinggal di rumah neneknya yang memang tak jauh dari sekolah.

"Kesel banget lo keliatannya, " Kai membuka suara saat masuk ke dalam kamar cowok itu.

Kal hanya berdehem singkat.

"Adrian gak ke sekolah, jadi motor gue baik baik aja. "

"Orang tuanya nikah kemarin. "

"Lo tau dari mana? "

"Mamanya nikah sama papapnya Dimas. "

"Dimas? Dimas yang kita kenal? "

"Berapa Dimas yang lo kenal emang? "

"Sepupu gue ada yang nanya Dimas. " balas Kai, Kal hanya memghela napas. "Iya, Dimas. "

"Dia gak pernah bilang ke gue kalau dia kenal sama Adrian. " ucap Kai

"Tapi bakalan sakit hati juga gak sih, nyeritain orang soal keluarga kita yang hancur. " lanjut Kai.

Kal menghentikan memasang puzzle ketiga terakhirnya.

"Gue kalau kadi dia juga gak bakal nyeritain Adrian itu siapa, ya ga mungkin kan,  gue bilang dengan santai, 'gue tau dia kok, dia calon sodara tiri gue' "

"Lo pernah ngerasain? "

Kai langsung menatap Kal.  "amit amit jabang bayi. Orang tua gue masih lengkap ya monyet! "

"Gue pernah ngerasain, "

Kai langsung terdiam.

"Seandainya papa gue gak meninggal, Jay dan gue udah sodaraan. "

"Anjir?! "

*

Jay memesan hot chocolate pada kasir kemudian membayarnya disusul Kal yang berada di belakangnya yang juga menyebutkan pesanannya.

Keduanya berjalan ke kursi kosong, walaupun masih sama-sama bungkam.

"sorry udah lupa sama lo. "

Jay tersenyum, "kita masih kecil pas itu. "

"Tapi lo gak nangis. " balas Kal.

"Karena gue tau mama gue salah. " respon Jay cepat.

*

"what the hell? Jay senyum?  " Teriakan Kai menghentikan cerita Kal. Cowok itu menghela napas pasrah? Dua haru yang lalu, keduanya bertemu. Mungkin hanya beberapa menit karena Jay tiba-tiba mendapat panggilan dari ayahnya.

"Emang sih, pas awal gue udah curiga sama Jay dan lo yang sering dibelain sama dia. "

Kal mendengus melihat kehebohan Kai. Padahal setaunya Jay hanya terlihat judes, tapi baik. Bahkan cowok itu tersenyum tipis saat pertama kali bertemu dengannya.

"Pas gue pindah sekolah, ngeliat gue aja kayaknya cuman dihitung jari. Itupun dia ga sengaja balik terus ngeliat gue. "

"Gue sama dia senasib, makanya dia gak terlalu judes amat sama gue. " balas Kal.

"Dia baik. " lanjutnya.

"Iya tapi kita gak tau dalamnya kan? "

Suara Dimas membuat kedua cowok itu menoleh.

*

"Lo harus minta maaf sama Kal, "

"Jay, gue beneran lagi kesulut emosi pas itu. "

"Dia berusaha buat nahan biar gak nonjok lo, La. Lo harusnya tau Kal gak salah disini. Dia pindah ke kelas kita karena perbuatan lo itu. "

"Gue gak salah Jay! "

"Terus lo mau nyalahin Kal? Dia sampai rela dihujat satu sekolahan! Lo emang bodoh ya?! "

"Jay, gue mohon, jangan keluarin gue. Gue lebih baik mati daripada harus keluar dari sekolah. UN bentar lagi Jay, gak akan ada sekolah yang bakal nerima gue. " Ila memohon dengan putus asa. Ia menunduk menatap sepatunya yang kini basah karena rela hujan-hujanan datang ke rumah Jay di tengah malam setelah mendapat chat dari Raiden jika besok Jay akan memberikan petisinya tentang ia yang harus dikeluarkan dari sekolah.

"Lo harus minta maaf sama Kal, "

"Tapi gue tetep sekolah kan? "

Jay tak menjawab, ia melempar jaketnya pada Ila, kemudian masuk ke dalam rumahnya setelah menutup pagar, meninggalkan Ila yang terdiam.

Ia tak punya pilihan lain.

Kal menang.

*

XII IPA 6 | 02L [✓]Where stories live. Discover now