Bagian 17

10 1 0
                                    

Happy Reading.

**

Kabar Alexandra yang terjun dari lantai 10 kini sampai ditelinga Angkasa. Ada rasa tidak percaya dalam dirinya namun pikirannya terus bimbang, ia takut jika Alexandra juga pergi meninggalkannya.

"Nggak! Ini semua nggak bener!" Angkasa terus menyangkal, tak ingin mendengar kabar tersebut dan berharap itu semua hanya mimpi.

"Mohon maaf tuan. Tapi itu kebenarannya, sekarang nona berada di Rumah Sakit Medika." Ajudan Rajendra itu memberitahukan.

"Kalau kau berkata jujur, antar aku ke tempat dimana Alexandra berada sekarang," ucap Angkasa masih tak percaya.

"Baik akan saya antar," ucapnya.

Tanpa banyak pikir Angkasa langsung berangkat mengikuti langkah bawahan mertuanya itu.

"Halo Re. Gue titip anak gue bentar ya, Mara udah ketemu dan kata bawahan mertua gue kalo dia ada di RS tapi gue gak percaya. Sekarang gue mau mastiin benar nggaknya, titip Lio ya Re." Angkasa berucap.

"Oke," jawab Rean disebrang sana. Pasalnya Rean sudah tau sebelum Angkasa menelpon.

Telpon itu dimatikan sepihak oleh Angkasa.

Satu jam telah berlalu, dan kini ia pun sudah sampai di Rumah Sakit tersebut. Ajudan Rajendra itu mendahului Angkasa dan menemui seorang suster lalu menanyakan dimana Alexandra dirawat.

Setelah mendapatkan apa yang ia butuhkan, Angkasa langsung berlari menuju ruangan Lavender01 dilantai dua.

Langkahnya mendadak berat dan lidahnya menjadi kelu saat melihat sang istri terbaring di brankar penuh dengan berbagai selang ditubuhnya. Angkasa benar-benar hancur karena tidak bisa melindungi Alexandra.

Saat ia hendak masuk tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alexi. "Mau ngapain lo kesini?" tanyanya.

"Lo ga salah nanya?"

"Nggak." Alexi menjawab dengan sorot mata benci.

"Lo gak gila kan? Kenapa lo culik adik lo sendiri? Jangan bilang kalau lo lupa bahwa Alexandra udah nikah sama gue?" tanya Angkasa beruntun.

"Sejak kapan kalian nikah? Gue gak pernah restuin kalian!" ujar Alexi.

"Gue gak butuh restu dari lo, minggir! Gue mau ketemu istri gue!" ucap Angkasa menghempaskan tangan Alexi yang hendak menghentikannya lagi, dan ia pun berhasil masuk.

Alexi hampir saja berhasil menghentikan Angkasa agar tidak masuk, tapi sayang tiba-tiba ia mendapat telpon dengan nomer asing sampai membuat Alexi banjir keringat dingin. Dan ia pun mengangkat telpon itu.

"Udah gue bilang jangan sampe Tama kenapa-napa anjing! Lo ga pernah becus kalo dikasih tugas. Tahan nafsu bajingan lo itu dan selesaikan tugasnya secepat mungkin, bahkan untuk menyingkirkan seorang Angkasa aja harus pake beberapa bodyguard, ga becus! Kalo sampe gue denger kabar kayak gini lagi, nyawa lo taruhannya." Lalu telpon itu dimatikan sepihak oleh orang yang menelpon Alexi.

"Sialan!"

"Sialan! Sialan! Sialan! Kenapa lo harus tunduk sama bajingan itu Alexi!" ucapnya geram.

Dengan langkah cepat, Alexi pergi menuju markas. Saat diperjalanan handphone milik Alexi bergetar.

"Ck orang tua bangka!"

"Halo Dady." Alexi mengangkat telpon tersebut.

"Fuck you! Jika Alexandra tidak selamat hidupmu hanya akan tinggal nama!"

"Shit! Diam saja kau tua bangka!" Alexi tersulut emosi karena semua orang menyalahkannya.

"Saya sudah bilang jangan melewati batas antara saudara! Kau tidak pernah mendengarkan ucapan saya dan sekarang Alexandra terbaring di rumah sakit karena ulahmu," ucap Rajendra.

REALLY ( On Going )Where stories live. Discover now