Bagian 12

9 3 0
                                    

Happy Reading🌼

**

Angkasa membawa Alexandra ke Rumah Sakit Medika, tempat dimana Andra sekarang dirawat.

Sesampainya disana, Angkasa langsung disambut oleh senyuman Rean yang mungkin itu pertanda baik bagi Angkasa. "Mara, sepertinya kabar baik sedang berpihak padaku," ucap Angkasa seraya menghampiri Rean yang sedang tersenyum.

"Re. Bang Andra udah sadar?" tanya Angkasa penasaran.

"Sa. Tenangin diri lo, lo pasti kuat," jawab Rean yang membuat Angkasa mengerutkan keningnya.

"Bang Andra dibunuh sama orang bertopeng saat gue pergi ke toilet sebentar, pas gue kembali dari toilet, gue liat ada orang yang bertopeng keluar dari dalam ruangan itu. Terus gue buru-buru masuk dan Bang Andra udah meninggal Sa." Rean menjelaskan seraya mengusap punggung Angkasa.

"Nggak. Gak mungkin! Bang Andra gak mungkin ninggalin gue!" ucap Angkasa beberapa kali menggelengkan kepalanya.

"Mara, Rean pasti bohong kan?" tanyanya.

Seperti anak kecil yang merengek ingin permen, ia terus menggenggam baju Alexandra dan terus bertanya, "semua ini bohongkan?"

Angkasa rapuh seketika, saat jenazah Andra akan dibawa keruang autopsi. Ia menangis seperti anak kecil, sesekali ia juga menjambak rambutnya layaknya orang depresi.

"Mara. Bang Andra jahat! Dia ninggalin aku, dia janji di depan Mama dia akan jagain aku, tapi sekarang dia ninggalin aku Ra! Bang Andra jahat! Mama pukul Bang Andra kalo kalian ketemu, dia udah jahat karena ninggalin Angkasa," ucap Angkasa disela tangisnya.

Alexandra tak tahu harus apa, ingin berbicara namun mulutnya tidak mau bergerak. Seakan-akan dunia telah berhenti, dan hanya ada suara tangisan Angkasa yang begitu menyayat hati. Siapa yang tak akan menangis jika orang yang sangat ia sayangi pergi meninggalkan dunia ini.

"Tuhan kejam, kenapa dia mengambil kebahagiaan aku, kenapa?" ucap Angkasa dipelukan Alexandra.

"Ssttt, kamu jangan bicara seperti itu, Tuhan itu baik," jawab Alexandra.

"Dia udah ngambil Dady, Mama, Bang Andra Mar! Dia udah ngambil semuanya. Kalau pun harus mati seharusnya itu gue bukan Bang Andra!" ucap Angkasa membentak.

Alexandra yang dibentak memejamkan matanya, ia takut, ia tak tau harus apa. Ia tidak ingin Angkasa murka.

"Maaf kalau aku salah ngomong, kamu jangan sedih."

Alexandra memberanikan diri untuk memegang tangan Angkasa. Namun dengan cepat Angkasa menghempaskan tangannya.

"Mereka meninggalkan mu, tapi aku tidak! Aku janji, aku tidak akan meninggalkan kamu Angkasa," ucap Alexandra yang masih berusaha mendekati Angkasa.

"Gue mau sendiri! Lo pulang, sorry."

Angkasa melenggang pergi dari hadapan Alexandra yang kini tengah melongo dengan kepergian Angkasa.

"Kamu terasa jauh Sa. Aku udah seneng kamu bawa aku dari neraka itu, dan sekarang kamu pergi," gumam Alexandra yang menuruti ucapan Angkasa, ia pulang ke rumah Angkasa, sendiri.

Saat mereka sudah pergi dari rumah sakit, dari kejauhan ada orang yang menyeringai.

"Ini baru permulaan Angkasa."

**

Bugh!

Bugh!

Beberapa kali tinjuan yang Angkasa layangkan membuat samsak itu hancur.

REALLY ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang