Bagian 10

14 5 0
                                    

Hai semuanya.

Jangan lupa vote dan komennya ya.

Komentarmu semangatku><

Happy Reading🌼

**

Setelah kabur dari kejaran musuh, Angkasa berhenti sejenak seraya menunggu berharap ada mobil yang lewat.

"Sial! Luka di kaki bikin gue inget Mama," ucap Angkasa.

"Maa, apa kabar? Mama kenapa ninggalin Angkasa, Angkasa kangen Mama." Angkasa bermonolog.

Tak lama dari itu. Terlihat dari kejauhan ada sebuah mobil yang akan melewati jalan itu.

Angkasa berinisiatif menghentikan mobil itu, namun langkahnya terhenti saat mobil itu berhenti lalu muncul para pengawal Alexi yang tadi mengejarnya.

"Sial!" ucap Angkasa lalu secepat mungkin kabur dari tempat itu.

Dorr!

Satu tembakan mengenai lengan Angkasa.

"Awhhh Mama tolong Angkasa," ucapnya seraya terus berlari.

"Mau gak mau gue harus balik nyerang mereka." ucap Angkasa berhenti berlari.

Dengan hati-hati Angkasa menembaki para pengawal itu dari balik rumput yang tinggi.

"Tenang! Hati-hati musuh ada disekitar kita." Pemimpin mereka memberi intruksi.

"Siap!"

"Jangan sampai ada yang terluka lagi."

"Baik bos!"

"Sial mereka udah sadar," gumam Angkasa lirih.

"Tuan. Dimana pun kamu, keluarlah, jangan menghambat kerjaan kami. Kalau anda keluar, kami tidak akan membunuh anda," ucap pemimpin mereka.

Perlahan mereka mengendap ke arah Angkasa bersembunyi.

"Tuhan, cuma engkau harapan terakhirku, untuk kali ini aku memohon kembali, aku masih ingin hidup," ucap Angkasa seraya memejamkan matanya.

"Tuan?" ucap mereka pelan.

Saat mereka membuka rerumpunan itu, ternyata yang muncul hanyalah sosok kucing kelaparan yang sedang memakan tikus.

"Arghhh! Ku kira dia target, Tuan kemana perginya anda? Oh shit!" teriak sang pemimpin prustasi.

Angkasa seketika menghilang dari hutan itu. Jika dia tidak bisa kabur, lantas kemana Angkasa? Dia ternyata dibawa oleh seseorang yang menolongnya dari kejaran pengawal Alexi.

"Kau siapa? Mengapa kau menolongku?" tanya Angkasa yang masih di bopong oleh orang itu.

"Aku penyelamatmu," ucapnya.

"Aku tau. Tapi kau siapa? Namamu siapa?" Angkasa kembali bertanya.

"Tania."

"Kau, kau perempuan?"

"Kalau iya kenapa?" tanya orang yang bernama Tania itu.

"Lepaskan aku! Aku tidak suka disentuh oleh perempuan selain Mara," ucap Angkasa seraya melepaskan tangannya di bahu Tania, namun pegangan dia sangat erat sampai Angkasa tidak bisa melepaskan tangannya itu.

"Bisa diam? Kau sedang terluka!" bentak Tania.

"Aku tau."

"Kalau tau mengapa tidak diam?"

"Aku tidak suka disentuh orang lain!" tekan Angkasa.

"Aku sedang menolongmu bukan cari perhatianmu, jadi diamlah!" ucap Tania seraya menghela nafas kasar.

REALLY ( On Going )Where stories live. Discover now