Harap bijak! Part ini mengandung banyak kata-kata kasar.
Call me Naa.
*
"Sejauh mana pun kau pergi. Jika takdir menginginkan kita bertemu, kita pasti bertemu."
Queenaa ..
"Gue yakin kalo dia itu Mara." ucap Angkasa lirih.
Saat ini Angkasa tengah terbaring di genteng rumahnya, entah apa enaknya, namun Angkasa seringkali merasa tenang jika dia terbaring di atas genteng.
Mata Angkasa perlahan merapat, ia tertidur.
"Angkasa jangan tinggalin Mara. Mara takut Asa,"
"Angkasa kamu mau kemana?"
"Aku benci kamu Asa!"
"Hiksss hiksss Bunda Asa jahat."
Angkasa membuka matanya, nafas yang ngos-ngosan, dan keringat yang sudah membasahi wajahnya. "Lagi-lagi mimpi buruk." gumam Angkasa seraya turun dari atas genteng itu.
"Apa gue pastiin aja kalau dia itu beneran Tamara?" ucap Angkasa setelah turun.
"Besok gue pastiin!"
"Shhhh kenapa harus Mara sih Sa? Lo kan tau kalau Ayahnya Mara yang bunuh orangtua lo," ucapnya seraya mengacak-acak rambut, prustasi.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
..
"Malam ini gue nginep ya ditempat lo!" ucap Angkasa pada Rean di telepon.
"Kenapa lagi lo? Boleh aja asal-" balas Rean sengaja menggantung kalimatnya.
"Iya, ntar gue beli makanan dijalan." jawab Angkasa peka.
"Nah gitu dong, ini baru sohib gue."
"Yaudah gue kesana sekarang ya, males disini sepi." ucap Angkasa yang langsung mematikan teleponnya.
Diperjalanan, Angkasa terus memikirkan Tamara.
"Mara. Lo cantik banget," Angkasa bergumam sebari melihat jalanan kota yang sedang macet.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
