Chapter 25- ancaman

2.8K 167 11
                                    

Maaf typo dan pendek.

Semoga suka sama part ini

Jangan lupa vote dan comentnya.

Biar athour semakin semangat untuk menulis.

Semakin dekat dengan endingnya....

Cekidot.

Keynan menghentikan mobilnya didepan rumah ku. Matanya menatap tajam kedepan. Aku mengikuti arah tatapan keynan. Dan mendapati adrian yang baru turun dari mobilnya.
Aku menghelakan nafas ku.
"Kamu mau turun?" Tanyaku padanya yang masih menatap tajam kearah adrian. Yang juga menatap kearah mobil keynan. Aku yakin adrian tidak tau kalau didalam mobil adalah keynan. Dikarenakan kaca mobil keynan yang gelap dan hanya bisa tembus kalau diliat dari dalam.
"Apa boleh?" Tanyanya tidak mengalihkan pandangannya. Aku tau tatapan itu penuh emosi dan kemarahan pada adrian. Aku kembali menghela nafas berat. Tanganku bergerak mengelus pipi yang mulus. Mencoba meredakan emosinya. Tapi gak berguna, buktinya tatapan itu masih tajam dan sama sekali tidak beralih padaku. Lagi-lagi aku menghela nafas berat. Dan menurunkan tanganku.
Aku turun dari mobil keynan. Tapi keynan masih betah didalam mobil audi hijaunya.
Aku melihat adrian tersenyum padaku. Tapi aku tidak membalas senyumannya. Yang membuatnya mengernyitkan dahinya.
"Kamu masih marah?" Tanya adrian menghentikan langkahku yang ingin masuk ke pintu gerbang rumahku.
"Sayang aku minta maaf"ujarnya. Aku membalik kan tubuhku menghadap adrian.
"Jangan memanggil ku sayang ian" ucapku dingin. Aku sudah tidak ingin bertemu dengannya lagi.
"Apa maksud kamu? Aku tunangan ku ve, wajar aku memanggil mu seperti itu" ucapnya.
"Hmm .. itu karena kamu membohongiku, karena kamu memanfaatkan keadaan ku. Ian.. aku sudah tau semuanya adrian. Aku sudah ingat semuanya"ujarku panjang lebar. Adrian kaget mendengar ucapanku. Wajahnya berubah pucat pasi. Tapi aku tidak peduli.
"Apa?.. gak mungkin, kamu.." ujarnya terbata. Dan tak percaya.
"Gak, aku gak peduli. Kamu sudah ingat atau belum. Ve, kamu masih tetap tunangan ku. Dan kita akan menikah"ucapnya keras kepala.
Apa dia sudah gila. Adrian mulai mencengkram tangan ku kuat. Sehingga aku merintih kesakitan.
"Lepasin ian" ucap keynan menghempas tangan adrian entah sejak kapan dia sudah turun dari mobil.
"Loe.,?"ucap adrian melihat keynan.
"Gue kan udah bilang, gue akan ngambil kembali sama apa yang seharusnya jadi milik gue" ujar keynan dingin dan tajam pada adrian.
Aku bisa melihat adrian tersenyum meremeh pada keynan.
"Loe kira loe udah menang? Loe gak akan menang dari gue nan"ujar adrian remeh ke keynan. Yang dapat menyulutkan amarah keynan. Aku menggegam tangan keynan yang sudah mengepal. Mencoba agar dia tidak terpancing emosi.
"Loe udah kalah adrian. Dan sekarang jauhin veranda." Ucapnya tajam dan penuh penekanan.
Adrian kembali tersenyum penuh arti.
"Oya! Dari dulu, veranda cuma punya gue, loe lupa? Loe selalu buat dia menangis? Dan loe harus tau selama dia bersama gue, dia selalu tersenyum. Dan sekarang loe mau buat dia kembali menderita karena loe?"ujar adrian tersulut emosi. Keynan menatap padaku.
Tatapannya melemah padaku.
"Loe...."
"CUKUP adrian, sekarang kamu pergi dan jangan pernah menemuiku lagi" ucapku menghentikan kata-kata adrian. Yang mampu menhujam dan membuat keynan lemah. Dan membuatnya makin bersalah. Aku tau , aku lebih banyak mengeluarkan air mata saat bersama dengan laki-laki ini.
Tapi aku tidak pernah menyesal.
Aku lebih baik menangis tapi tetap bersamanya. Dari pada aku bahagia tapi tidak ada dia disampingku.
Bagiku keynan adalah jiwaku. Dia adalah nyawaku.
"Baik, sekarang aku akan pergi, tapi aku tidak akan melepas mu ve"ujar adrian dangan tatapan dan senyuman penuh arti.
Adrian pun pergi meninggalkan aku dan keynan yang hanya diam. Menatap lemah padaku.
Dalam keremangan malam aku bisa melihat tatapan nya.
"Dia benar ve" ujarnya lirih memalingkan pandangannya kearah jalanan. See! Kata-kata adrian mampu membuatnya lemah.
Aku menangkup kedua pipi keynan dengan tangan ku agar dia menatapku.
"Enggak key. Aku bahagia sama kamu. Walau pun dulu aku lebih banyak mengis karena mencintaimu. Tapi lebih baik seperti itu asal kamu tetap disamping ku dan bersamaku."ucapku tulus padanya. Keynan menatap mataku seolah mencari kejujuran disana. Kemudia senyumnya keluar. Aku merasa lega saat keynan tersenyum.
"Aku akan berusaha membuat mu bahagia ve, dan tidak akan melepas mu. Kalau bukan kamu yang menyuruh ku untuk melepasmu"ucapnya.
"Jadi, kalau aku menyuruh mu pergi kamu akan pergi?" Tanyaku tajam. Dan keynan dengan polosnya mengangguk. Apa itu? Apa dia tidak mau memperjuangkan ku?
Aku langsung menurun kan tangan ku. Dan memasang muka sebel .
"Kenapa?" Tanyanya polos.
"Kamu tidak mau memperjuangkan ku? Mau pergi gitu aja?"tanyaku ketus.
"Untuk apa? Kalau kamu saja meyuruh ku pergi! Jadi untuk apa aku memperjuangkan mu, kalau kamu sudah tidak menginginkan ku"ujarnya padaku. Aku semakin sebel danga jawabannya itu.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?"tanyaku padanya dangan masih memasng muka jutek.
"Mungkin aku akan bunuh diri,aku mah gitu orangnya"ujarnya enteng. Jawaban apa itu?
Keynan menggengam kedua tanganku dan membawanya kedadanya. Matanya mengunci mataku.
"Ve, kalau kamu menyuruh ku untuk pergi. Aku akan pergi, asal itu membuat mu bahagia.
Karena aku tidak akan memaks mu untuk bersamaku sedangkan kamu sendiri tidak menginginkan ku. Tapi aku akan tetap bersama mu jika kamu memintaku untuk tetap bersamu dan aku gak akan melepas mu"ujarnya tulus dan lembut. Matanya masih mengunci mataku.
Aku mendekatkan wajah ku padanya. Dan mencium bibirnya sangat lama.
"Kalau gitu, tetaplah bersamaku"ucapku setelah aku melepaskan ciuman dibibirnya. Keynan tersenyum dan mengangguk pasti.
Sebuah cahaya menyilaukan aku dan keynan. Sorotan lampu mobil yang berhenti didepan kami.
Itu mobil papa.
Sekarang akan ada perang dingin nih. Bagaimana ini?
Papa turun dari mobil dengan tatapan tajam kerah keynan. Dan keynan malah dengan berani membalas tatapan tajam papa.
Apa keynan lupa kalau itu calon mertuanya?
Apa tidak bisa dia menatap dengan tatapan lembut?
Aku sedikit memberi jarak antara aku dan keynan.
"Kenapa malam-malam masih diluar?"tanya papa tajam saat sudah didepanku dan keynan. Kini tatapan papa kembali pada keynan.
"Dan kamu, kenapa masih disini? Ini sudah malam tidak baik, mengujungi anak gais orang sampai selarut ini?"ujar papa tajam. Tapi ada sedikit aneh dengan kata-katanya.
"Keynan mengantar ku pulang pa"jawabku lirih tidak berani menatap kepada papa.
"Jam segini, kamu baru mengantarkan putri ku pulang?" Tanya papa dingin pada keynan.
"Maaf om, saya.." keynan kehilangan kata-katanya. Dan mencoba meberi alasn. Tatapan tajam nya pada papa sudah hilang entah kemana. Sekarang berganti dengan tatapan bersalah.
"Ve, masuk"ucap papa dingin.
"Tapi pa.."ucapan ku terhenti saat papa menatap tajam kearah ku. Aku melihat keynan! Dia pun mengangguk.
"Dan kamu! Jangan pernah menemui anak ku lagi" pap sedikit memberi jeda dalam ucapannya, " sebelum kamu membawa kedua orang tua mu kehadapanku" ucapan papa menhentikan langkahku yang hendak pergi. Aku menatap papa takpercaya dengan kata-katanya. Apa itu artinya papa merestuiku dengan keynan?
Papa langsung masuk kerumah setelah mengucapkan itu. Aku melihat keynan masih terdiam membisu.
Apa yang dia pkirkan?
Kenapa hanya diam?
Apa dia tidak bisa berekspresi senang dan bahagia?
Oh aku lupa! Kalau keynan hanya memiliki dua ekpresi yaitu dingin dan datar.
"Itu papamu?"tanyanya masih tatapan kosong kearah jalan.
Apa maksud pertanyaannya. Apa dia lupa dengan wajah papaku.
Apa dia lupa dengan orang yang hampir dibunuhnya? Yang benar saja.
"Aku rasa, aku sekarang sedang bermimpi ve"ujarnya lagi. Dan aku lansung mencubit pipinya.
"Awww, sakit ve"rintihnya setelah aku mencubuitnya.
"Sakit?" Keynan mengangguk
"Beraryi kamu gak mimpi"ujarku padanya. Yang masih memasang muka polosnya.
"Apa itu artinya papamu menyuruh ku untuk segera melamarmu?"tanyan lagi masih dengan tampang polosnya. Yang membuatku semakin sebel dan gemas padanya.
Aku tidak tau kalau keynan bisa menjadi semenyebal kan ini.
"Tau ah, pikir aja sendiri" ucapku ketus. Lalu meninggalkan nya. Dan masuk kerumah ku.
"Ve, tunggu. " aku sudah tidak memperdulikan teriakannya dan lansung mengunci pintu gerbangku. Aku berjalan menuju dalam rumah sambil mengembangakan senyum ku.
Aku melihat papa sedang duduk bersama mama sedang menonton. Papa masih mengenakan stelan kerjanya. Aku langsung memeluk papa erat.
"Makasih pa! Makasih"ucapku memeluknya.
"Sebenarnya papa masih gak rela kamu bersama anak brandal itu! Tapi papa juga ingin melihat bidadari papa bahagia seperti dulu" ujar papa. Akusemakin mengeratkan pelukakan ku pada papa.
"HeI ! Papa sesak kamu pelut seerat itu"ucap papa. Aku langsung melepas pelukkanku. Dan tersenyum padanya. Papa menghapus air mataku.
"Papa harap kamu akan menemukan kebahagian mu bersama brandal satu itu" ucapnya sedikit kesel.
Aku tersenyum mendengarnya. Dan mengangguk pasti. Sepertinya opanggilan brandal akan menjadi paggilan sayang papa untuk keynan.
"Jadi kapan,? Si brandal itu membawa orang tuanya kedepan papa dan mama" timpal mama yang juga ikutan menyebut keynan brandal.
"Secepatnya" ucapku yakin tersenyum pada kedua orang tua ku.

To be countineu.......

Makin gak jelas ya?
Kira-kira apa yang akan dilakukan adrian?

Apa Itu Cinta ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang