Chapter 11- sama-sama sakit

2.7K 158 9
                                    

maaf typo bertebaran.
Dan siapkan tisu untuk membaca chapter ini mungkin.
*lebay
Hehehe

Jangan lupa vote dan comentnya

Cekidot

Aku turun dari mobil adrian. Rasanya aku sudah kehilangan semangat ku. Sejak kejadian semalam saat keynan menemuiku dirumah. Semalaman aku hanya menangis.
Kenapa keynan melakukan itu?
Kenapa keynan berbohong ?
Aku beruntung karena adrian selalu ada disisiku. Dan menghiburku dengan joke-jokenya.
Aku berjalan menuju kekelasku.
"Ve, nanti ketemu dikantin ya" ucap adrian saat kami telah sampai ditangga. Aku mengangguk lemah. Lalu adrian pergi menuju kelas nya.
Aku berbalik untuk menaiki tangga.
Tubuh ku membeku dan dada terasa sesak saat melihatnya sedang menatapku sendu. Rasa kecewa itu kembali. Aku melangkah kan kaki ku diatas tangga. Sedangkan keynan turun kebawah dan melewatiku begitu saja. Ini sakit, keynan mengacuhkan ku. Aku menatap punggung keynan yang sudah menjauh. Bahkan keynan tidak menoleh padaku.
Bukankah seharusnya aku yang marah dan mengacuhkannya.

Keynan sudah tidak lagi mencoba untuk menghubungi ku dan tidak lagi menemuiku. Kita sudah seperti dua orang yang tidak saling mengenal kalau berpaspasan disekolah. Jujur aku tidak sama sekali merasa lega dengan keadaan kami seperti ini. Ini bahkan menyakitiku. Keynan menjadi pribadi yang semakin dingin dan kasar. Lebih banyak menyendiri.
Sekarang aku sedang duduk dikantin bersama ketiga temanku shania,melody,dan stella. Sambil mengisi perut. Aku mengedarkan pandangan ku kearah lapangan.
Aku melihat farish sedang mendrible bola basketnya. Tapi mataku jatuh pada sosok cowok yang sedang berdiri mengawasi sekumpulan cowok yang sedang menggocek bola. Dandanan nya jauh dari kesan rapi dengan rambut yang bergaya ala-ala jepang sana. Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana abu-abunya. Rasanya seperti dejavu. Melihatnya sekarang.
"Keynan"ucap sebuah suara dari samping ku. Itu stella.
"Hah?"
Shania dan melody menoleh kebelakang melihat kearah pandangan ku.
"Loe masih gak mau nemuin dia?"tanya melody yang kini sudah kembali melihat kearahku. Aku tak menjawab pertanyaannya.
"Loe benar-benar menjauh darinya "itu pernyataan stella ada nada sedikit dingin dalan pernyataannya.
Aku kembali menatap nya yang kini sudah duduk dipinggir lapangan dengan tatapan kosong.
"Hei"sapa suara cowok yang sudah berada disampingku.
"Hei ian" balasku. Adrian duduk disampingku. Aku melihat stella berdiri dari duduknya.
"Mau kemana stel?" Tanya shania.
"Gue mau ketoilet" jawabnya ketus.
Lalu pergi dari kantin. Kenapa dengannya?
Apa dia marah karena aku menjauhi keynan? Yang notabene adalah sepupunya.
"Kenapa tu anak?" Tanya melody. Aku dan shania hanya mengindik bahu. Tanda tidak tahu.
"Oya entar malam ada pameran fotografi di kemang, mau liat?"tawar adrian. Aku mengangguk sambil tersenyum padanya. Aku melihat lagi kearah keynan yang kini melihat kearah ku.
Tatapan itu bukan seperti biasa, tapi tatapan putus asa.
Dan hati ku sakit melihat tatapan itu darinya. Aku ingin berlari dan memeluknya. Mencium bibir merahnya. Tapi ego ku ingin menjauh darinya.

Authuor

keynan merinkuk di lantai kamarnya. Tubuhnya bergetar menahan rasa sakit yang luar biasa. Tubuhnya mengigil.
"gue harus kuat, gue gak boleh nyerah"ucapnya dalam hati. Keynan sudah bertekat untuk tidak menyentuh barang itulagi. Tapi,tubuhnya terus meminta barang itu. Keynan mengerang kuat. Rasa sakit menyrang tubuhnya.
"Ini gak seberapa, rasa sakit melihat veranda menjauh dariku jauh lebih sakit dari ini" ucapnya dalam hati.
"Key" teriak seseorang dari luar kamar keynan. Tapi keynan kembali berteriak karena kesakitan. Seluruh tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa. "Keynan buka pintunya" kini diseratai suara gedoran.
Diluar kamar keynan berdiri seorang wanita paruh baya tapi masih keliatan cantik. Dengan air mata membasahi pipinya.
"Key, sayang buka pintu nya nak, ini mama sayang" ucapnya sambil terisak.
"Keluar kamu" bentak seorang pria paruh baya. Pada wanita itu. Itu handoko papanya keynan.
"Mas, keynan pasti kesakitan mas" ucapnya pada mantan suaminya. Raut hawatir juga terlihat jelas dari wajah handoko. Mendengar jeritan putra satu-satunya yang akan mengatikannya kelak.
"Keynan, buka pintu nya sayang" mama keynan kembali memanggil nama anaknya. Tapi bukan nya membuka pintu, malah terdengar suara teriakan keynan.
Beberapa pria berbadan besar muncul.
"Kalian dobrak pintu ini"perintah handoko pada beberapa pria tersebut.
"Baik pak" ucap salah satu dari mereka. Beberpa pria itu mendobarak pintu kamar keynan. Dalam sekali dobrak pintu langsung terbuka.

BRAKK

Terlihat keynan mulai mencabik-cabik dirinya sendiri. Mama keynan dan papanya langsung menghampiri keynan.
"Keynan syang" ucap mamanya sambil memeluk anaknya yang menjerit kesakita.
"LEPASS, PERGI KALIAN, GUE GAK BUTUH KALIAN" teriak keynan melepas pelukan mamanya. Mamanya keynan terus menangis ingin meraih anaknya.
"Aarrggghhhhhhhhkkkk" jerit keynan.
"Maafin mama sayang"ucapnya lagi.
"KALIAN, CEPAT PANGGILKAN AMBULAN" perintah handoko pada pria-pria yang tadi mendobrak pintu. Mereka langsung melesat keluar.

Ditempat lain.....

Veranda dan adrian sedang berjalan menyusuri koridor sambil melihat-lihat foto yang terpajang rapi di dinding. Veranda yang sangat menyukai fotografi berdecak kagum.
"Bagus ya"ucap adrian pda veranda. Veranda mengangguk.
"Kita kesana yuk" ajak adrian menarik tangan veranda. Veranda mengikuti patuh pada adrian.
Veranda dan adrian terus menyusuri koridor tersebut sambil mengobrol ringan sesekali diselingi tawa dari veranda.
Veranda turun dari mobil adrian yang di ikuti adrian yang mengntarnya sampai depanpintu rumah.
"Thanks ya Ian" ujar veranda pada adrian.
"Sama-sama"jawab adrian tersenyum.
"Aku pulang dulu, besok aku jemput ya" pamit adria pada veranda. Veranda mengangguk.
"Hati-hati" jawab veranda. Lalu adrian pun pergi dari hadapan veranda. Veranda pun masuk kedalam rumahnya.

Veranda pov

Aku menghempas kan badan lelah ku keatas tempat tidur. Menerawang kelangi-langit kamar. Dadaku kembali sesak saat nama keynan muncul dikeplanya.
Aku merindukanya. Akumerindukan tatapan tajam itu.
Aku memegang dadaku untuk menekan rasa sesak yang menjalar dalam dadaku.

Drt drt drt.

Aku mengeluarkan HP kudari saku celana.

Form: stella

Gue mau ngomong sama loe, sekarang gue ada didepan rumah loe

Stella? Dia mau ngomong apa? Kayaknya penting banget.
Aku keluar untuk menemuinya diluar.
Aku membuka pintu pagar dan mendapati stella yang bersandar di samping mobilnya.
"Masuk stell" ujarku. Stella tersenyum lalu melangkah kan kakinya mengikutiku.
"Kita ngobrol disitu aja ve" ujar stella menunjuk kearah ayunan. Aku mengangguk dan melangkah kan kaki ku kearah ayunan itu.

"Kamu mau minum apa?" Tanya ku saat kami sudah duduk diayunan.
"Gak usah ve, gue cuma pengen ngobrol aja sama loe" ucapnya.
"Apa ini ada hubungannya dengan keynan?" Tanyaku hati-hati. Dadaku kembali sesak menyebut nama orang yang sangat aku cintai.
Stella mengangguk.
"Sampai kapan loe akan menjauhi keynan ve?" Tanya stella. Aku enggeleng tidak tau.
"Aku kecewa stell" jawbaku lemah. Air mataku jatuh mengingat kejadian saat aku mengetahui keynan seorang pecandu.
Stella pindah kesampingku mengusap punggung ku. Mencoba menenang kanku.
"Gue ngerti perasaan loe ve, loe pasti sangat kecewa" ujar stella.
"Tapi,Seharus nya loe berada disamping keynan ve, bukan menjauhinya. Seharus nya loe menarik nya dan mengulur tangan loe untuk membantu keynan keluar dari jurang itu, bukan mendorongnya agar dia jatuh lebiha dalam lagi kejurang itu ve" ucap stella. Aku menoleh kearahnya.
"Keynan butuh loe ve, jangan tinggalin dia sendiri.
Sudah lama dia hidup dalam gelap, tapi sejak loe datang hidupnya menjadi terang ve, keynan sudah lama hancur ve semenjak orangtuanya memutuskan bercerai" tambah stella, aku kembali terisak. Mendengar penuturan stella. Apa segitu menderitanya keynan?
"Gue lihat keynan sekarang, semenjak loe menjauhi dia, da jauh lebih buuk ve, keynan makin hancur ve, keynan sekaran, keynan yang putus asa, yang siap mengakhiri hidupnya kapan aja" ujarnya lagi. Aku semakin terisak mendengar ucapan stella.

'Hidup aku sudah lama hancur, sebelum aku menyentuhnya ve'

Ucapan keynan kembai terngiang dikeplaku. Stella memeluk ku untuk menenangku yang semakin terisak.
aku meremas hati ku. Mncoba menekan dadaku yang semakin sesak dan jauh lebih sakit dari pada rasa kecewaku kemarin.

to be contineu....

Apa Itu Cinta ? (END)Where stories live. Discover now