Chapter 14: The Angle

1.4K 40 21
                                    

Yuka’s POV

            Aku merasa kegelapan masih menyelimuti seluruh pandanganku. Aku tidak bisa melihat apa-apa. Semuanya gelap dan tidak ada setitik cahaya pun. Nafasku… biasa saja. Normal. Tidak berat. Penciumanku juga baik. Tapi aku tidak bisa mendengar suara apapun. Apa aku di surga? Kudengar surga itu sunyi tapi damai. Tidak ada suara apapun. Ugh, Yuka, berhentilah berkhayal.

            Tiba-tiba aku merasakan sebuah titik cahaya muncul di mataku. Aku mencoba membuka mataku yang berat dan kudapati diriku tertidur di atas suatu alas yang lembut dan empuk. Aku merasa aku berada di sebuah ruangan yang aman.

“Kau sudah sadar?” tanya sebuah suara dari kiriku. Aku mencoba bangun dari tidurku dan duduk di atas benda empuk dan halus yang ternyata adalah sebuah tempat tidur.

“Gerald? Bagaimana bisa kau – HARRY!” teriakku ketika aku menyadari apa yang terjadi pada Harry. “Gerald! Di mana Harry?!” teriakku semakin terdengar bergetar. Gerald hanya melihatku tanpa memberikan jawaban apapun.

“Gerald, kumohon, di mana Harry…” nada suaraku mulai turun. Harry, kumohon jangan benar-benar mati. Jangan biarkan pikiran bodohku ini menjadi sebuah kenyataan.

Gerald berjalan ke arahku dan duduk di sebelahku. Memberikanku secangkir air mineral. “Kau bodoh atau apa, sih. Lihatlah di sebelahmu,” ucapnya dan membuatku melihat ke sebelah kananku. Ada Harry tertidur pulas di sana. Aku hanya tersenyum.

“Aku sudah berusaha mengobati luka-lukanya. Tapi ada beberapa yang nggak benar-benar bisa aku sembuhkan –“

“Ugh, di mana aku…” lagi-lagi sebuah suara terdengar di telingaku memotong ucapan Gerald.

“Harry! Syukurlah kau gak kenapa-napa!” aku memeluk tubuhnya sekuat yang aku bisa dan membiarkan air mata kebahagiaanku mengalir.

“H-hei, kenapa kau menangis?” aku tidak menjawab apa-apa hanya terus memeluk Harry sekuat tenagaku. Aku merasakan tangan kanannya memegang kepala bagian belakangku.

Aku melepas pelukanku dan duduk di hadapan Harry. “Ssstt, jangan nangis. Kau jelek,” tawanya.

“Berisik,” balasku tertawa sambil mengusap air mataku.

“Hei, maaf mengganggu kemesraan kalian. Harry, minumlah ini,” Gerald datang dengan membawakan segelas air mineral seperti yang dia berikan padaku tadi.

“Air apa ini?” tanya Harry memperhatikan gelas trasnparan berisikan air berwarna bening itu.

“Kencing ikan,”

“Hah?”

“Kubilang minum saja,”

“Kau gila. Kau menyuruhku meminum hal seperti ini,” Harry hanya akan menaruh gelas tersebut tetapi sebelum sempat menaruhnya, Gerald berkata, “sampai kau letakkan gelas itu dan kau tidak meminumnya, lihat akibatnya. Aku akan keluar dulu. Ketika aku kembali dan gelas itu masih berisi air, kubunuh kau,” ucap Gerald lalu keluar dari kamar ini. Harry hanya terlihat ketakutan. Aku tahu Gerald hanya bercanda dan aku hanya tertawa kecil.

“Ngomong-ngomong, Harry. Ikan, kan, nggak bisa buang air kecil…” ucapku dan membuatnya melihat ke arahku. “Minum saja. Aku juga sudah meminumnya, kok.”

“Kau sudah meminumnya? Bagaimana rasanya? Kau merasa ada yang aneh pada dirimu? Bukan racun, kan?” banyak pertanyaan yang keluar dari mulut Harry. Membuatku ingin tertawa.

“Tenanglah, dia nggak sejahat itu,” lanjutku meyakinkan Harry. Kemudian dia menegak beberapa tegakan air mineral pemberiaan Gerald tersebut dan menatapku dengan aneh.

Voice of The SkyWhere stories live. Discover now